Chapter 4

1.4K 265 68
                                    

Wonwoo ikut duduk di karpet saat Jisoo sudah menyiapkan makanan. Di hadapannya, terdapat sebuah kotak bekal berwarna biru. Namun benda tajam itu masih berada di tangannya. Ia masih menggenggamnya erat.

Jisoo yang tengah membuka kotak bekal, melarikan pandangannya. Menatap tangan Wonwoo yang memegang pisau dengan erat. Untuk sesaat, Jisoo terdiam. Namun kembali melanjutkan kegiatannya.

Remaja manis itu meregangkan genggamannya pada gagang pisau. Beralih mengapit benda tipis itu dengan jari tengah dan jari telunjuknya.

"Mingyu, jangan bergerak!"

Tubuh Mingyu langsung mematung. Bahkan ia lupa caranya bernafas. Bukan karena suara Wonwoo, tapi karena sebuah pisau yang melayang melewati kepalanya. Sedikit saja ia menegakkan tubuhnya, ia yakin pisau itu menancap di dahinya.

Jisoo langsung menoleh ke belakang. Mendapati seorang laki-laki yang ketakutan karena pisau itu menancap kuat di pohon. Dengan wajah memucat, ia langsung berlari kencang.

"A-Apa ... apa yang kau lakukan?" tanya Mingyu terbata.

"Kau ingin membunuhnya?" tanyanya lagi. Dan kali ini Wonwoo menggeleng.

"Aku hanya ingin menakutinya saja. Sedari tadi dia mengintip kita. Aku pikir dia orang jahat." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Wonwoo beralih fokus pada kotak bekalnya. Mengabaikan dua orang yang terus memandanginya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Mingyu-ya, makanlah bekalmu!" perintah Jisoo seolah tidak terjadi apa-apa.

0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0o0

Wonwoo keluar kamar setelah membersihkan tubuhnya. Ia berniat menuruni tangga. Namun langkahnya terhenti di anak tangga pertama. Hanya terdiam dengan pandangan ke arah Seokmin dan adik-adiknya.

Ia bisa melihat Seokmin menonton tv dengan camilan di pangkuannya. Di sampingnya, Seungkwan juga melakukan hal yang sama. Dan tidak jauh dari keduanya, Mingyu dan Myungho duduk di karpet. Tampaknya mereka tengah bermain puzzle.

Meski sudah dua hari berada di rumah Jisoo, ia tidak pernah berbicara dengan yang lainnya. Ia hanya tahu nama dari masing-masing mereka. Selain Jisoo, ia masih takut untuk melakukan interaksi.

Remaja berkulit pucat itu memutar tubuhnya. Berjalan ke arah kamarnya dan terus berjalan hingga tepat di depan kamar Jisoo. Dengan sangat perlahan, ia membuka pintu di depannya. Tidak ingin mengganggu Jisoo yang sedari tadi berada di kamar. Ia hanya ingin tahu apa yang pemuda itu lakukan.

"Wonwoo-ya, masuklah!"

Wonwoo terkejut mendengar suara itu. Ia kira Jisoo tidak akan mengetahui kehadirannya. Apalagi Jisoo tengah duduk memunggunginya.

"Masuklah!" perintah Jisoo sekali lagi dan memutar tubuhnya. Tersenyum ke arah Wonwoo yang masih ragu untuk melangkah.

Setelah memantapkan hati, Wonwoo melangkahkan kakinya. Menutup pintu dan mendekati Jisoo. Pemuda yang lebih tua itu tengah menyusun buku yang sepertinya baru saja dibaca. Wonwoo tidak tahu jenis buku apa yang tengah dibaca. Yang Wonwoo tahu, buku itu terlihat tebal dan bersampul organ-organ manusia.

"Bosan, hem?" Wonwoo langsung menggeleng. Ia berkunjung memang hanya sekedar ingin tahu apa yang Jisoo lakukan.

"Hyung, kenapa di rumah ini banyak sekali orang?" tanya Wonwoo setelah mengingat penghuni rumah.

"Maksudmu seperti Seungkwan, Myungho, Seokmin dan Jun?" tanya Jisoo yang diangguki.

Jisoo tersenyum tipis. Duduk di tepian ranjang dan menepuk tempat kosong di sisi kirinya. Meminta Wonwoo untuk duduk di sampingnya.

Light In The DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang