Bagian. 8 Midnight

310 14 0
                                    

Yuirii Point of view...

Malam panjang ketika langit tidak berbintang, ketika hati keras berpikir mengenai kata-kata yang indah kertas kosong dihadapkan ku tak kunjung terisi, aku paling kaku dalam hal merangkai sebuah kata. Puisi kuno seperti apa yang akan kuisi, yang akan ku baca untuk tugas bahasa besok. Aku sama sekali berhenti berfikir, merangkai kata itu sulit..apalagi saat itu akan kita ucapkan di banyak orang.

Entah pada malam yang mana aku berhenti bercerita,
Belum habis coretan dalam hati ku baca tapi itu tidak dapat aku tulis nyata. Masih hanya suara tirai yang tertiup angin malam, hembusannya membuat kulit ku harus ku sentuh karena mulai terasa beku.

Melihat jendela tua rumah ku dengan sedikit memiringkan kepalanya. Hanya ada seutas tali disana, sisa kaitan gambar kalender. Dengan lingkaran merah disana, sebagai tanda akhir musim gugur untuk menjadi musim yang berganti.

Bagaimana bisa hatiku berdebar, mengingat awal musim semi ini ketika pandanganku terlanjur menuju kearah seseorang dengan wajah mesumnya... aku tidak bisa lagi menolak rasa ini, ini terlanjur dalam untuk ku. Rasa penasaran ku kepadanya..namun yang aku tahu kini, hanya dia yang menempati akal sehatku.

Bagaimana ada rasa sakit ketika dia bersama dengan Megu, dan harus melihat wajah seseorang yang sama dengan apa yang ada di pikirannya akhir-akhir ini.

Loppp....

Getaran dari phonsel ku memecah lamunan ku yang sedari tadi tidak dapat aku urungkan, "Megu...?".

Ada apa dia menelfonku malam-malam seperti ini. Aku hanya mengira dia akan menceritakan banyak kisah hidupnya lagi. Ya akhir-akhir ini dia selalu mencurahkan segala keluh kesahnya mengenai tentang masalah keluarganya dan satu fakta yang paling aku kagetkan ketika dia terus terang untuk menginginkan bibirku.

Dan pada akhirnya, lusa lalu dia dapat mencuri ciuman pertamaku. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, bagaimana bisa ketika hatiku merasa ngilu tapi tidak terasa perih.

"Ne, Megu...?", jawabku ramah setelah dia menarik nafasnya dari seberang panggilan.

"Kau sedang apa?", tanya nya cukup lesu.

Mungkin dia rindu dengan diriku, tapi jujur aku juga merindukannya.. sahabat pertama ku. Tapi ada apa dengannya yang tampak begitu sedih suaranya.

"Aku di depan, keluarlah...!", ucapnya ringan.

"Hee? Honto..?", jawabku cukup kaget lalu berlari melirik dari arah jendela luar kamar yang tembus kearah halaman rumahku.

"Cepat ganti baju, dan ikut aku..!", aku mengangguk lalu mendengar suara nyaring ditelinga. Ya..telefon kami sudah terputus beberapa detik lalu.

Dengan mengenakan pakaian berwarna redup, dengan jaket yang tebal sengaja kututupi dengan syal kain flanel dengan warna selaras membuatku sedikit hangat untuk meraih gagang pintu mobil milk nya. Megu bukan tipe gadis yang memamerkan harta yang ia miliki, walau begitu aku tahu dia adalah seorang keluarga yang berada..berbeda dengan ku.

Kutatap dirinya, matanya lebam dan masih tampak bengkak. Apa dia menangisi sesuatu.. lalu dia segera memeluku erat lalu menggenggam tanganku.

"Kau tidak apa-apa Meguchan? Tenanglah..!", lalu aku menyentuh ujung kepala depannya. Mengelusnya pelan, agar dia tetap tenang aku pun masih merangkulnya dengan cukup erat.

"Gommenasai... ", dia mengucapkannya dengan air mata yang semakin deras.

"Nani koree?", jawabku kesal karena dia benar-benar membuatku bingung.

Dia menggeleng memejamkan matanya mengeraskan tangisannya, lalu mengusap air matanya cukup keras.

"Aku takut sekali Yuuchan, benar-benar takut..!", ucap megu lalu melirik mata yuirii yang masih mendengarkan cerita nya.

Kataomoi Finally (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang