Pukul 7 malam, hujan sudah berhenti dari tadi. Dan Raina merasa bahwa ia sudah membaik.
"bi abis makan aku kerumah teman, jenguk. "ujarku.
Bi mirah menggeleng pelan, ia juga terlihat khawatir. "jangan non, non masih sakit, istirahat dulu. "
"nanti nyonya marah, bibi takut"
"aku udah sehatan kok, sebentar aja bi" mau tak mau bi mirah mengangguk pelan. .
Sesampainya Raina dirumah Nathan, tanpa pikir panjang Raina mengetuk pintu rumahnya. Bahkan Raina juga sudah sedari tadi memencet bel rumah Nathan. Ninil, tak ada yang menjawab.
Hingga suara dari dalam terdengar, "sebentar" seorang wanita paruh baya membukakan pintu, ia tersenyum.
"ehh non Raina, mau jenguk den Nathan ya? " tanyanya, aku mengangguk.
Wanita paruh baya itu adalah pembantu Nathan, bi Arin. Ia mengenal Raina karena Raina suka diam diam mengikuti Nathan pulang. Ia juga yang suka membujuk Nathan untuk memperbolehkan Raina berkunjung, hingga akhirnya Nathan meng-iyakan walau terpaksa. Karena siapa pun tau, Nathan menganggap bi Arin lebih dari pembantu. Tapi ibu kedua.
Bi Arin pembantu Nathan menghela napas, ia seperti kebingungan.
"kebetulan non, dari tadi den Nathan gak mau keluar. Mukanya pucet banget, badannya panas. Bantu bibi bujuk den Nathan ya supaya mau keluar. Bibi khawatir dia kalau sakit suka mendem sendiri. " Raina lagi lagi hanya mengangguk.Setelah Raina diantar bi Arin kekamar Nathan, bi Arin permisi pergi. Mau memasak bubur katanya.
"Nath? Gue Raina, boleh gue masuk?" tanya Raina dari luar. Tak ada jawaban.
"Nath?"ulang Raina lagi,"gue gak bakal ganggu lo istirahat kok, gue cuman mau jenguk. Janji gak bakal berisik Nath"
akhirnya Nathan membuka suara,
"masuk aja. " pintu tak terkunci, didalam terlihat Nathan yang sedang memejamkan matanya.Raina menaruh buah yang dia beli diminimarket tadi dimeja belajar Nathan.
"udah baikan Nath?" tanya Raina, setelah itu ia menarik kursi belajar Nathan, meletakannya didekat tempat tidur Nathan.
"udah gue bilang kan, ikut gue pulang bareng Dimas aja, liat lo tambah sakit kan? " ujar Raina ketika ia merasakan leher Nathan yang sangat panas.
"lo udah janji tadi gak bakal berisik," nathan masih memejamkan mata.
"iya deh" Raina melirik sekilas kamar Nathan. kamarnya besar, interiornya khas anak cowok. Sekilah tak ada yang terlalu menarik perhatiannya, hingga matanya terhenti tepat di dekat jendela, ada sebuah foto. Foto Nathan dengan gadis remaja seumurannya, dan Raina yakin dia Melody.
Ia mendekati foto itu, matanya tak bisa berhenti menatapnya. "dia yang namanya Melody Nath?" tanya Raina.
"Cantik ya. Gak heran lo gak bisa move on dari dia." lanjutnya dengan suara pelan, namun Nathan masih bisa mendengar.
"Nath, udah hampir jam 9 nih, gue pulang ya. Takut Mamah nyariin" bohong Raina, padahal Mamahnya sedang keluar kota hari ini, dan akan pulang lusa.
Nathan tau, Raina hanya menutupi perasanya sekarang. Jadi sebelum Raina benar-benar keluar, Nathan berkata, "bukan karena dia cantik Rain, dia beda. Dia gadis yang bikin gue terlihat bodoh karena cinta, iya karena gue percaya janji dia. Janji kalau dia gak bakal ninggalin gue. "
Raina berhenti melangkah, lalu tertawa lemah, "memang yang bisa bikin orang pinter kaya kita terlihat bodoh cuman cinta ya Nath. "
"tapi sayangnya lo lebih bodoh, karena nungguin dia yang udah gak ada. Dan gue bodoh karena nungguin lo yang masih berharap dengan dia. "
_____________________________________
"nath gue ikut lo ya? " raina mensejajarkan langkahnya dengan Nathan.
Nathan malas menanggapi Raina, gadis itu selalu saja membuntutinya. Padahal bisa dibilang Raina sangat cantik, dan Nathan tau Raina banyak ditaksir cowok disekolah mereka. Bahkan Dimas, ketua tim basket sekolah mereka, cowok incaran cewek satu sekolah. Tapi bodohnya hati Raina tak bisa berpaling dari Nathan dari hari pertama ia pindah kesekolah ini.
"kapan sih lo berhenti buntutin gue? Udah gue bilang kan gue gak suka dibuntutin. " ujar Nathan tegas.
Tapi yang lawan bicaranya hanya cengengesan khas anak kecil,
"ikut ya? ""gak"
"Nath! Please! "
"sekali gue bilang enggak ya enggak. " nathan langsung menaiki motornya, dan menghidupkan motornya.
Tapi Nathan kalah cepat kali ini, Raina terlebih dahulu naik motor Nathan. Bahkan saat Nathan menyuruh Raina turun, Raina tetap stay cool tak mau pergi.
Jadi mau tak mau Nathan Membiarkan Raina mengikutinya lagi.
Tebakan Raina benar, Nathan pergi kepemakaman ini lagi.
Nathan menyuruhnya tetap didekat motor. Raina mengangguk meng-iyakan. Ia membuka tasnya, mengambil payung bermotif beruang miliknya. Dan disini Raina hanya bisa diam, memegang payungnya erat-erat.
Dipemakaman ini, Nathan bisa berubah menjadi seseorang yang berbeda. Nathan yang lebih banyak diam, disini ia banyak mengucapkan kata kata yang terdengar menyedihkan. Bahkan ia bisa menangis disini. Tanpa memperdulikan hujan deras yang sekarang sudah membasahi seragam smanya.
Ketika Raina menghampiri dirinya, Nathan tampak tak senang. Bahkan ketika Raina mengucapkan kata-kata penyemangat baginya. Karena mungkin baginya, Raina hanya mengganggu waktu dirinya untuk mengingat melody lagi.
Setelah itu Nathan mengantar Raina pulang, tapi didalam perjalanan pulang menuju rumah Raina, tak ada dari mereka yang mau membuka pembicaraan.
Sesampai dirumah, Raina berkata,
" Nath gue mau nungguin lo sampai kapan pun . Tapi jangan bikin gue nunggu cinta gue terbalas terlalu lama ya" setelah itu Raina meninggalkan Nathan sendirian, masih didepan rumahnya. Dengan motor menyala, dan hujan yang belum berhenti.Ucapan Raina tepat sasaran.
_____________________________________
Hai semuanya!
Aku mau ngasih tau, kalau yang tulisannya miring itu flashback.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, Its Mistakes
Teen Fictionsemua tetap sama bukan? apa perjuangan ku selama ini hanya hiburan bagimu? apa kau tak bisa sedikit saja menghargai perasaanku? atau sedetik saja kau menyukaiku juga. apa cinta sekejam ini? apa harus aku yang selalu berjuang?