Motor Alno berhenti di sebuah toko buku yang sering dikunjungi oleh Siska. Tempat yang mempertemukannya dengan seorang Siska untuk pertama kalinya.
Tanpa membuang-buang waktu, Siska langsung saja masuk ke dalam dengan semangat. Alno saja sampai dibuat geleng-geleng kepala melihatnya.
Alno mengikuti Siska yang masih sibuk mengelilingi jajaran rak yang memuat banyak sekali buku. Seperti biasa, mata Siska akan selalu berbinar jika melihat novel-novel yang tersusun rapi itu.
"Novel lagi?", Siska tak menggubrisnya. Ia masih saja terus mencari judul novel yang menurutnya menarik. Seakan mencari tumpukan harta karun yang berharga, Siska memeluk beberapa novel yang menarik perhatiannya.
"Perasaan baru kemarin lo ngerampok Sinta buat beli novel"
"Yang kemarin udah abis baca", Alno masih mengikuti Siska dengan beberapa buku yang sekarang sudah berpindah tangan padanya.
"Lo mau beli berapa? Ini udah banyak", terhitung sudah empat buku yang sedang di pegang Alno. Tapi Siska masih memilah-milah tumpukan novel itu.
"Lo serius mau beli ini semua?", celoteh Alno mengingatkan Siska bahwa buku yang ia pegang sudah kelewat banyak.
"Ck. Diem deh. nanti gue pilih lagi, nggak mungkin itu gue beli semua", Siska mengambil sebuah tempat duduk dan mulai membaca sinopsis dari novel-novel yang dibawanya.
"Lo emang hobi baca akut ya?", Alno mengambil tempat duduk di samping Siska lalu menyerahkan buku-buku yang tadi dibawanya.
Siska terhanyut oleh bacaannya. Tidak memperdulikan Alno yang sekarang menatapnya intens dengan bertopang dagu menggunakan tangan kanan.
Cara Siska berkedip, menggerakkan bibirnya, atau kadang mengerutkan dahinya membuat Alno tersenyum. Guratan ekspresi yang jarang muncul di wajah Siska menjadi pemandangan langka yang tidak akan di sia-siakan oleh Alno begitu saja.
"Apa?", ucapan Siska membuyarkan lamunan Alno.
"Lo udah sadar? Kiraiin gue bakalan dicuekin sampe nanti", Siska menoleh ke arah Alno sebentar, lalu kembali fokus ke novelnya lagi.
"Lo inget berapa kali kita ketemu di sini?", tanya Alno.
"Tiga kali", jawab Siska masih tanpa menatap Alno.
"Dan tiga kali juga lo ngusir gue", Alno tersenyum mengingatnya.
"Kenapa lo selalu gangguin gue waktu itu?", Siska sudah selesai membaca dan meletakkan semua bukunya.
"Karena gue pikir lo menarik", Siska menoleh cepat. Ia mengeryitkan alisnya bingung. Lalu sedetik kemudian kembali menormalkan wajahnya.
"Lo nggak jaga lagi? Gue pernah liat lo yang jaga", Siska berdiri, kemudian menyerahkan empat novel pada Alno. Sementara dirinya memegang tiga novel lainnya.
"Oh, waktu itu ada yang ijin, jadi gue yang gantiin bentar"
"Kenapa?", Siska menyuruh Alno berdiri dengan isyarat. "Itu balikin", katanya sambil menunjuk novel yang dipegang Alno dengan dagu.
Setelah mengembalikan buku-buku tadi, Alno segera menyusul Siska yang sudah lebih dulu ke kasir. Begitu sampai, yang dilihat adalah Siska yang masih berdiri di depan kasir sambil mengetuk-ngetuk telunjuknya di atas buku-buku yang akan dibelinya itu.
"Kok nggak ada yang jaga?", Siska berbalik kemudian mengedikkan bahu sekali sebagai jawaban.
"Sini deh", Alno menarik tangan Siska pelan untuk mengikutinya.
Siska hanya menurut saja ketika Alno menariknya masuk dan mendudukkannya di kursi tempat penjaga kasir. Kemudian Alno duduk di kursi lain di samping Siska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar yang Dikembar-kembarkan
Подростковая литература. Alih-alih saudara kembar yang biasanya selalu akur kemana-mana berdua, Siska dan Sinta adalah kembar yang akan cakar-cakaran jika disandingkan. Kembar dengan segala perbedaan bumi dan langit, ditambah lagi dengan sikap semua orang yang sel...