Malam ini, Bayu kembali duduk di meja favoritnya di The Moffee's. Di pojok ruangan, dekat dengan ruangan pemiliknya. Dan seperti biasa juga, ia ditemani oleh si pemilik kafe berambut super pendek yang tetap gemesin karena ponj depannya yang selalu bergerak kesana-sini setiap si pemilik rambut bicara. Dan si poni depan ini adalah orang yang sudah berhasil menduduki posisi teratas di hati Bayu semenjak mereka pertama kali bertemu di The Moffee's."Bay, si Galih kok udah mulai jarang kesini? Udah semingguan loh, tumben banget."
Bayu menatap heran pada Cilla yang sedang duduk disebelahnya.
"Yaelah, Cil, nyariinnya Galih mulu. Jelas-jelas disini ada yang lebih ganteng." Bayu bicara dengan pelan nyaris seperti orang yang sedang komat-kamit membaca mantra.
"Gantengan Galih lah, Bay! Anak TK kalo ditanya juga nggak mungkin pilih lo."
Bayu memajukan bibirnya kesal.
Tuh tuh! Giliran gue ngedumel beginian telinganya cepet banget nangkepnya. Hhh untung gue sayang, Cil.. Eh?
"Iya, iya gantengan Galih."
Tawa Cilla meledak seketika. "Ih kok ngambek beneran? Apaan sih, childish! Sini-sini duduk sini, kita bicarakan semuanya baik-baik sambil makan strawberry cheesecake ya!" rayu Cilla sambil menepuk-nepuk pundak Bayu lalu berjalan mengambil sepiring kue kesukaan Bayu.
Bayu menatap punggung Cilla yang perlahan menjauhinya. Ia sebetulnya hanya pura-pura, supaya ya begini. Dapet gratisan dari Cilla. Ada plus-plusnya pula kan, dapet plus puk-puk gemes dari tangannya Cilla!
"Nih, gratis. Khusus buat yang lagi ngambek karena kalah saing sama sahabatnya."
Tuh kan gratis!
"Bay, serius deh. Galih kemana sih? Dia sama Asta masih deket atau malah..?"
Bukannya menjawab, Bayu malah asik melahap kue yang dibawakan Cilla barusan.
"Haduh, lo mah kebiasaan kalo dapet gratisan langsung lupa sama yang ngasih!"
Bayu menaruh sendok diatas piring kue lalu menghadap Cilla sambil cengengesan. "Apa sih, Ncil, apaaa?"
"Galih."
"Dia lagi ada project di luar kota. Hari sabtu balik kok."
"Terus, dia sama Asta gimana?"
Hhh, perempuan. Keponya nggak abis-abis. Dijawab yang satu, nanya yang lain. Untung ya gue sayang.. Elah dangdut amat gue!
"Lo nggak tanya Asta sendiri aja?"
"Ih, Bay, kalo ditanya itu dijawab bukan balik tanya. Kalo gue udah tanya Asta ngapain gue nanya lo? Gue sama Asta kan nggak sedeket itu, Bay. Asta mau dikorek kayak apa juga nggak bakal cerita."
Salah lagi gue, Ciiil. Lagi PMS kali nih anak ya?
"Nggak tau gue, Cil. Galih belom cerita-cerita sama gue. Yang waktu itu dia jemput Asta, abis itu besoknya dia balikin mobil terus langsung cabut ke Jogja. Nggak sempet ngobrol."
Cilla mengangguk paham, sedangkan Galih mengelus dadanya pelan-pelan karena akhirnya Cilla berhenti bertanya.
"Semoga mereka baik-baik aja ya. Dulu awalnya sempet ragu kalo Galih udah cukup baik buat Asta. Tapi kalo ngeliat Asta murung pas lagi ada masalah sama Galih, gue jadi mikir juga. Mereka tuh kurangnya cuma takut buka hati masing-masing. Kayak masih saling nahan. Ya nggak, Bay?"
"Ya bisa juga, mungkin. Terus kalo kita? Kurangnya kita apa, Ncil?"
Cilla bergidik lalu buru-buru berdiri siap untuk meninggalkan Bayu. Tapi Bayu berhasil menahan Cilla sampai akhirnya Cilla kembali duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling In Love At a Coffee Shop
ChickLit"Asta itu kebahagiaan yang nggak gue cari tapi gue temukan tanpa sengaja dan tanpa rencana disaat gue udah merasa cukup bersyukur sama hidup gue yang udah lama tanpa pendamping. Dia melengkapi hidup gue yang selama ini gue pikir cukup." -Galih Danah...