Suara jam weker di atas nakas berbunyi nyaring tanpa jeda. Sang empu pemilik jam weker masih hanyut dalam bunga tidurnya. Di bawah selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Wanita setengah baya yang sedari tadi terganggu dengan suara jam weker itu, langsung masuk ke dalam kamar bercat putih.
Dengan gemas jemarinya tergerak menyibakkan selimut tebal. Detik berikutnya wanita itu menarik gorden jendela sehingga cahaya matahari masuk mengenai seseorang yang masih tertidur lelap.
Seseorang itu mengernyitkan kening dan menggeliat merasakan silau mengenai wajahnya. Mendengkus pelan, jemarinya menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Berusaha mengenyahkan silau yang mengganggu waktu tidurnya.
Wanita setengah baya yang masih terlihat cantik itu hanya bisa berkacak pinggang dan menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya.
"Gigi, ayo bangun." Wanita setengah baya itu kembali menyibakkan selimut tebal berlogo tim sepak bola favorit seseorang yang sembunyi di baliknya. Manchester United.
"Mama, Gigi ngantuk. Mau tidur," rengeknya masih memejamkan matanya.
"Gigi Sayang, bangun. Nanti kamu telat ke sekolahnya." Sekarang ganti pria setengah baya yang angkat bicara.
Gigi berdecak kesal. Kenapa harus ada yang mengganggu tidur nyenyaknya di pagi hari seperti ini? Ingin rasanya ia segera melepas masa putih abu-abunya. Setengah malas, setengah kesal, Gigi bangkit dari tidurnya. Jika mengelak takut kena ceramah orangtuanya lagi.
"Baba tunggu di ruang makan sama Mama ya, Sayang," ucap pria setengah baya itu seraya mengajak istrinya keluar dari kamar putrinya.
Setelah satu jam, Gigi keluar kamar mandi sambil menguap. Untuk ukuran Gigi, perempuan berjiwa laki-laki ini tak mungkin menghabiskan waktu mandi sampai satu jam lamanya. Tapi, jangan berpikir dia tomboy.
"Gigi, kamu lama banget mandinya," heran Kayla.
"Gigi ketiduran di bathub, Ma." Gigi memberikan cengiran kudanya.
Kayla hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sifat malas Vanka mewarisi putrinya.
"Astaga!" pekik Gigi membuat Kayla mengelus dada karena suara cempreng anaknya itu.
"Mama, Gigi langsung berangkat, ya. Udah telat banget." Gigi mengambil tasnya. "Mama kenapa nggak bangunin Gigi agak pagian, sih?" imbuhnya mengerucutkan bibirnya.
Kayla menjewer telinga Gigi pelan. "Kamu ini, nggak tahu apa Mama bangunin kamu dari shubuh."
"Aw aw awww, sakit Mama," ringis Gigi mengusap telinganya. "Ugh, Gigi pengin punya Mama kayak Mama Sita, bisa hibernasi sesuka hati," tambahnya merajuk.
"Mama malah bersyukur kalau kamu anaknya Mama Sita, Gi. Mama pengin punya anak kayak Saga atau Jo yang penurut." Kayla mendudukkan Gigi di kursi. Mengepang rambutnya seperti Elsa di Frozen.
Sebab Kayla tahu, jika rambut Gigi dibiarkan tegerai pasti pulang-pulang seperti tikus kehujanan. Entah apa yang dilakukannya di sekolah.
What? Jo penurut? Plis itu pencitraan! Kalau Bang Saga gue masih percaya, batin Gigi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings
Teen FictionSequel of Inside of You My 4th story Aku tahu rasaku ini untuk siapa. Bukan untuk kamu yang ingin kuperjuangkan dalam diam dan sekadar angan. Bukan pula kamu yang memperjuangkanku dan berhenti di tengah jalan. Bukan kalian yang pandai menyembunyikan...