sepuluh

122 48 32
                                    

"Gue.. gue suka sama lo, Yell. Sampai sekarang pun, gue masih suka sama lo."

-------------------------------

"YELL, angkat sih. Berisik tauuu. Lagian ya, siapa tau ada sesuatu yang beneran penting?" bujuk Tasya.

"Tau Yell. Masa sih dia nge-call puluhan kali tanpa ada apa-apa?'

"Itu Dimas. Biarin aja,"

Sudah 10 menit Rahiel mendapat boom call dari Dimas. Namun dari 122 panggilan masuk itu tidak satupun cewek itu angkat. Alasannya malas, dan tidak peduli.

Itulah Rahiel.

Serangan telepon dari Dimas sudah berhenti. Beberapa menit setelahnya, ada telepon masuk lagi. Tapi... nada deringnya berbeda. Rahiel memang membeda-bedakan nada dering. Agar bisa tahu siapa si peneleponnya.

Dan yang menelepon ternyata...

Rivzy.

Ada apa cowok itu menelepon Rahiel? Belum puas kemarin jalan-jalan?

"Siapa Yell? Nomor barunya Dimas?"

Rahiel menggeleng, lalu mengambil ponselnya, "Bukan. Rivzy ini mah."

Rahiel menarik napas, lalu mengangkat panggilan tersebut, "Halo?"

"Kamu, aku telepon gak di angkat-angkat. Aku kan udah minta maaf sama kamu, Rahiel."

Sialan, ternyata Dimas meminjam telepon milik Rivzy. Dan dari seberang sana terdengar, "Gece lah make telepon orang, bro."

Rahiel menggigit bibirnya, "Dasar brengsek lo. Gausah telepon-telepon gue lagi."

"Rahiel, dengerin dulu! Maafin aku. Aku sadar aku salah. Semuanya ini kesalahan aku."

"Gua gak marah sama lo. Dan tolong ya gausah aku kamuan, kita itu udah bukan apa-apa. Lagian cara lo rendah banget sih? Pake pinjem telepon orang,"

"Balikan sama aku ya kalau gitu?"

"Damnit, Dimas! Lo tuh apaan sih? Dasar brengsek!"

Lagi-lagi, dari seberang sana Rahiel kembali mendengar suara seseorang, dan kali ini lebih parah.

Telepon yang di genggam Dimas jatuh, Lalu terdengar suara seseorang marah, "CUKUP, DIM! GAUSAH PAKSA DIA! TOLOL, LO COWOK BUKAN SI?"

"Santai-santai, Zee!"

"Gue gak suka dia manfaatin Iyell!"

"Tenang goblok, Zee. Ini masih daerah sekolah kita! Nanti kedengeran orang."

Kemudian Rahiel mendengar suara pukulan. Cewek itu panik. Kenapa jadi seperti ini?

"Ha--halo? Rivzy, Dimas? Lo ngapain?!"

tut.. tut..

Rahiel berdiri. Ia langsung pergi ke kamarnya, berganti pakaian lalu tanpa berpamitan ia langsung pergi keluar rumah. Ia yakin sekali Dimas, Rivzy dan teman-temannya yang lain sedang nongkrong di taman belakang sekolah.

"Woi, Rahiel itu kenapa?"

"Gak tau! Ikutin aja--"

"Jangan, ini masalah Rahiel. Gue yakin kok Iyell bisa selsaiin sendiri," Fani menyabarkan teman-temannya. Kemudian keempatnya mengangguk.

"Oke-oke. Kita tanya dia pas.. pulang."


---


Rahiel sudah sampai. Namun tidak menemukan Dimas dan yang lainnya-- Tunggu.

[RGS 1] To, Aidan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang