28. Bilang Apa Barusan?

4.4K 1K 193
                                    

yang nulis juga pusing kok kenapa ini story enggak tamat2

.

.

.

"bilang apa dek barusan? aduh, anginnya kenceng bikin budeg." daniel memaju-majukan telinganya hingga mendekati wajah jiwoo.

"budeg beneran apa pura-pura budeg?" sahut jiwoo sinis. pipinya masih merah setelah terang-terangan mengungkapkan isi hatinya barusan. 

"dek jiwoo sayang siapa tadi?" daniel enggak beranjak sejemang pun dari posisinya mendekati jiwoo.

"enggak ada siaran ulang!"

"produce 101 aja seminggu diulang lima kali sama tvN."

"ihh ga nyambung!" jiwoo yang kesal pun memutar wajahnya dan tanpa sengaja langsung berhadapan dengan daniel. sialan, sekarang mereka saling pandang dan jaraknya deket banget.


"jadi, sayang siapa?" daniel enggak menyerah dan terus mengulang pertanyaan yang sama demi mendapat jawaban dari jiwoo.

"sayang mama sama papa."

"terus?"

"sayang kak seongwoo."

"ada lagi enggak selain itu?"

"ada..."

"siapa?"

"kak daniel."


mendengar itu, daniel langsung mengembangkan senyum sangat lebar, matanya menyepit, dan pipi chubby-nya terangkat. jiwoo langsung nundukin kepalanya kaya lagi mengheningkan cipta. dia malu banget.


"alhamdulillah, doa kakak di tiap dua per tiga malam akhirnya diijabah." kata daniel yang bikin tawa jiwoo langsung pecah. tapi tetap dalam keadaan nunduk.

"tapi nembaknya nanti aja ya abis dek jiwoo ujian." jiwoo langsung ngangkat kepalanya setelah daniel ngomong begitu.

"kak daniel apaan sih?!" jiwoo memukul lengan daniel pelan. ketahuan banget saltingnya.


waktu baru berlalu selama lima belas menit. mereka enggak ada bahan lagi untuk dibahas setelah jiwoo ngaku kalau dia juga sayang sama daniel. awkward.

"ngeprint foto buat apa sih? bukannya kalo buat ijazah biasanya pihak sekolah ya yang ngeprint?" daniel akhirnya membuat topik baru untuk mengusir hening.

"daftar PMDK kak, besok terakhir ngumpulin berkas." jawab jiwoo.

"kamu mau masuk politeknik?" daniel memasang wajah kaget.

"ya semuanya coba aku daftarin, hehehe..."

"mau ambil teknik listrik juga?" tanya daniel.

"enggak, aku daftar teknik telekomunikasi sama manajemen informatika."

"oh... boleh juga tuh." tandas daniel kemudian meneguk sebotol coca-cola yang barusan ia beli sebagai pengganti bir bintang kaleng.


entah cuma perasaan jiwoo doang apa emang beneran daniel kayak enggak terlalu excited ketika mendengar dia ngedaftar di politeknik, yang merupakan kampusnya juga. gimana ya, kayak aneh aja. bahkan senyum daniel perlahan-lahan luntur. padahal biasanya, meskipun perbincangan mereka enggak lucu, daniel tetep menanggapi dengan muka berseri-seri.


"kayaknya ini yang terbaik deh buat kita. udahan aja ya sampe sini? sumpah, asli, enggak bohong, beneran, suer, ciyus, berat banget buat gue buat lanjut." jenny sekuat tenaga berusaha terlihat santai saat ia mengutarakan keinginannya untuk berpisah dengan daniel. padahal sebenernya berat buat dia mengakhiri hubungan ini. jujur dia masih sayang sama cowok yang sebentar lagi jadi mantannya itu.

"sori karena udah bikin hidup lo jadi berat." daniel berucap dengan penuh rasa bersalah.

"mangkannya kalo lahir tuh enggak usah cakep-cakep! sampe tante-tante aja doyan." jenny bicara sambil mencubiti kedua pipi chubby milik daniel.

"najis gue macarin tante-tante!" daniel membalas tindakan jenny dengan mencubiti hidung cewek itu.

"ya gue saranin nanti kalo lo cari pacar, jangan yang sekampus. entar nasibnya sama kayak gue."

"beres deh, entar gue nyari temennya woojin aja buat dijadiin pacar."

"LO KALO DESPERATE SAMA KEADAAN YA JANGAN JADI PEDO JUGA GOBLOK!"


TBC

sebelumnya aku mau bilang, nanti aku mau private salah satu chapter (atau mungkin lebih, yang jelas enggak akan banyak tapi masih belum tau chapter berapa). soalnya ini puasa XD bukan mature scene sih, sumpah bukan. cuma enggak tau kenapa hati mengatakan akan lebih baik apabila diprivate saja ;)))

Oh Little Girl • kang daniel [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang