SECOND

1.3K 71 179
                                    

DUA :

Menulislah karena memang kamu suka, bukan karena kamu ingin di sukai (:

         "Hufh..."

          Untuk kesekian kalinya Chinta kembali menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan. Menatap gedung yang menjulang di hadapannya dengan tatapan gamang. Merasa dirinya benar-benar pengecut.

Demi menjauhi dan menghilangkan rasa kepada Bagas, Chinta nekat meminta kepada orang tuanya, untuk pindah sekolah.

Konyol!

Tapi memangnya siapa yang bisa mendustai hati?

Berpura - pura tegar atau sok tertawa, padahal hati terluka?

Dia tidak sekuat itu!

Menurutnya menghindar bukan suatu hal yang buruk untuk di lakukan.

         Setelah memantapkan hati Chinta segera melangkah masuk ke halaman sekolah.

Setelah bertanya kesana kemari akhirnya Chinta sampai di ruang guru. Ya biasalah, harus menjalani prosedur sebagai formalitas murid baru.

         Begitu selesai Chinta segera melangkah keluar. Sebuah senyum terukir di bibirnya. Ternyata semuanya tidak sesulit yang dia bayangkan. Mulai besok dia sudah bisa melakukan kegiatan belajar mengajar disekolah itu.

         Begitu keluar dari Ruang guru, langkah Chinta terhenti. Matanya terpaku pada keempat siswa yang tak jauh darinya yang kini juga sedang menatapnya.

Ayolah, memangnya penampilannya aneh ya? Atau terdapat jerawat di wajahnya? Kenapa mereka sampai menatapnya se-intens itu?

       "Ehem." Sedikit berdehem, Chinta segera melangkah melewati mereka. Makin salah tingkah saat tau cowok yang tidak dia ketahui namanya masih terus menatapnya tanpa berkedip.

Astaga, keluhnya dalam hati.

       "Hai.."

       "He?" Kening Chinta berkerut, sama sekali tidak menyangka akan disapa mereka.

       "Kali ini lo benar-benar beruntung Dark. Tapi kita lihat aja ntar, apa keberuntungan itu akan terus berpihak sama lo."

Walau lirih, samar Chinta masih mampu menangkap suara bisikan oleh seseorang yang tidak dia ketahui namanya pada seseorang lagi yang juga tidak dia ketahui namanya.

       "Boleh kenalan nggak? Gue Darka," kata cowok yang katanya bernama Darka itu sambil mengulurkan tangannya. Chinta hanya melirik sekilas. Mendadak merasa takut.

Ayolah, secara di tv-tv kan banyak tuh kabar heboh soal berandalan di sekolah.

       "Kalau gue Renold."

       "Gue Andra."

        "Aldy."

Chinta hanya mengedipkan mata bingung.

        Sementara Darka melirik kesal kearah teman-temannya. Uluran tangannya saja belum di sambut, kenapa mereka ikut - ikutan. Lagi pula, yang mau taruhan siapa sih? Gerutunya sebal.

TBC (Taruhan Berujung Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang