M&M -20

38 9 38
                                    

"Tapi kok perasaan gue bilang kalo Theo baik-baik aja ya?"

{***}

"CEPETAN! LO MAU BIKIN GUE JADI GAK WARAS YA?!" teriak Monic yang sudah berada di ujung lorong rumah sakit. Sedangkan John masih berada dilorong yang lain.

John terengah-engah. Ia mengangkat satu tangannya memberi kode kalau ia ingin beristirahat sebentar. Monic yang memang sedang kalap pun tidak membiarkan hal itu. Malah Monic menarik lengan John untuk bisa sampai ke ruang rawat inap Theo.

"Eh anjir, gue cape. Lo gak liat gue ngos-ngosan gini kayak orang yang mau mati?" sindir John sembari berjalan terseok-seok.

Monic yang memang tipikal orang yang bodo amatan, ia terus menyeret John. John sendiri sudah pasrah dan membiarkan Monic menyeretnya sesuka hati.

"Bacot, gue lagi gak mood buat ngomelin orang."

Ini anak punya penyakit bipolar kayaknya, tadi aja nangis nangis minta Theo sekarang malah kayak kelebihan tenaga gini, sabar aja, batin John.

Setelah acara seret-menyeret, Monic dan John sudah sampai didepan ruang rawat inap yang tadinya ditempati oleh Theo. Sella dan Dello yang sudah menunggu Monic pun segera berdiri dari duduknya dan menghampiri Monic.

"Theo kemana Sel?!" tanya Monic sambil mengguncang-guncang pundak Sella. John yang memang tidak mengerti pun hanya bisa mengernyitkan keningnya.

"Mon, sabar dulu. Tadi gue udah tanya kedokter, katanya dia gak bisa kasih tau. Itu keputusan keluarganya buat ngerahasiain hal itu," jawab Sella dengan kalem.

"Ini seben-"

"DIEM LO! BERISIK TAU GAK?!" Lagi, Monic membentak John. Dello yang tadinya sedang menunduk pun sampai mendongakan kepalanya dan memandang datar Monic.

John sendiri mendengus, "Gue baru ngomong, anjir," gumam John.

Monic mendudukan dirinya dilantai rumah sakit. Pikirannya tertuju kepada; kemana sekarang Theo? Apakah sudah dimakamkan? Atau berobat kenegara lain? Atau APA?

Sella berjongkok untuk menyejajarkan dirinya pada Monic. Dipegang pelan pundak Monic sembari tersenyum tipis, "Mon, jangan emosi dulu. Gue mohon sama lo. Lo lebih mengerikan saat marah dibanding saat lo lagi diem nahan sedih."

"Ya tapi gue marah karena Theo gak ada diruangannya, Sella. Gue cuma takut kalo gue gak akan bisa ketemu dia lagi. Gue takut gue gak bisa nengokin dia di makamnya. Gue takut, Sel. Takut," jawab Monic dengan lemah.

Tanpa aba-aba, Sella memeluk Monic dan membiarkan Monic menangis sepuasnya disana. Dello dan John yang memang tidak mengerti pun hanya bisa diam dan memandangi Sella dan Monic.

Disaat Monic sedang menangis dipelukan Sella, ponsel Monic berdenting. John yang memang menyimpan ponsel Monic pun merogoh saku kantong celananya dan memberikan pada Monic.

"Hape lo bunyi. Cek dulu, siapa tau penting," ujar John dengan singkat. Monic menerima ponselnya dan segera membuka notifikasi tersebut.

Keningnya berkerut melihat nomor ponsel yang tidak diketahuinya. Orang tersebut memberi pesan singkat yang berisi; Monic?

Monic & Memories✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang