16. Lisan

13.2K 1.1K 56
                                    

Chapter 16

"Jadi gimana? Lo kesini sama siapa Ka? Terus-terus lo tinggal dimana sekarang? Sekolah lo gimana Ka? Lo ngapain—"

"Satu-satu Lun." Intrupsi Aric saat melihat gadis disebelahnya itu begitu bersemangat.

Luna menggaruk ujung hidungnya, sementara Zaka sudah tertawa kecil sambil meminum Matcha Latte yang baru saja lelaki itu pesan setelah bergabung di meja Luna. "Jadi—terserah deh lo mau ngejawab yang mana dulu." Ucap Luna membuat Aric dan Zaka sama sama menggeleng kecil.

"Gue habis dari toko buku." Jawab Zaka santai. Luna yang mendengar itu terlihat tertarik—terlihat dari cara gadis itu memajukan dirinya agar lebih mendekati Zaka yang duduk di hadapannya. Sedangkan Aric, lelaki itu memilih untuk menghabiskan sepiring spagetti, dan juga waffle coklat pesanannya dengan khidmat dan khusu.

"Lo masih suka baca-baca buku? Masih suka diem di toko buku?" dalam hanyutan makanan yang sedang berada di dalam mulutnya, Aric bisa melihat Zaka mengangguk.

Ternyata cowok di depannya itu spesies seperti Alger, pikirnya.

"Ya, dari pada bosen aja sih. Sekalian beli beberapa Ensiklopedia."

Nah kan. Percis Alger banget ini mah. Cocok dah kalo mereka jalan berdua.

"Oh—ternyata hobby kamu nggak ilang-ilang ya Ka." Ucap Luna. "Pantesan kamu jadi pake kacamata gitu."

Zaka tersenyum lalu mengangguk kecil. "Iya, semenjak masuk SMA mata aku jadi minus nih. Kayaknya kebanyakan main game sama baca buku deh." Luna mengangguk mengerti. "Kalian ini pacaran ya?" tanya Zaka sambil menunjuk Aric yang tengah menyuapkan spagetti kedalam mulutnya dan Luna secara bergantian. Luna mengangguk malu sambil melirik-lirik Aric dengan ujung matanya.

Masa bodoh dengan pertanyaan Zaka, Aric memilih menghabiskan kembali makanannya dan membiarkan kedua sahabat lama itu bernostalgia.

"Udah berapa lama?" tanya Zaka lagi, tapi kini melirik kearah Aric yang terlihat cuek-cuek saja dan lebih memilih asik dengan makanannya.

"Hampir sebulan ya Ric." Ucap Luna sambil megoyangkan bahu Aric dengan bahunya. Aric melirik sebentar kearah Luna, sampai akhirnya mengangguk dan kembali terhanyut dengan waffle nya yang tinggal tersisa setengah itu. "Eh Ka, rumah lo sekarang dimana?"

"Em—rumah gue di daerah Dago. Nggak terlalu jauh juga sih dari sini." Ucap Zaka. "Eh, kayaknya gue harus cabut duluan deh. Soalnya gue ada janji sama temen gue."

"Oh gitu—yauda, lo hati-hati ya Ka.

"Eh Lun. Gue minta nomer hp lo dong. Biar nanti kita gampang ketemu." Zaka menyerahkan ponselnya pada Luna, dan diterima baik oleh gadis itu.

Rasanya waffle dengan tambahan topping ice cream di dalam mulut Aric ini terasa panas. Argh! Dasar teman lama. Aric tidak suka.

***

Luna meminum segelas coklat dingin yang Meli berikan padanya. Saat ini, Luna tengah berada di rumah Meli untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka. Saat pulang sekolah tadi, seharusnya Sonia dan Lisan juga ikut. Tetapi, Lisan ada urusan entah dengan siapa dan Sonia ada latihan cheerleader. Jadilah, tugas kelompok yang harusnya di kerjakan berempat, kini hanya di kerjakan oleh Luna dan juga Meli.

"Kalo pake contoh yang ini gimana?" tanya Luna yang kini tengah memangku Laptop milik Meli. Meli mengangguk sambil membuka bungkus camilannya.

"Eh bentar, gue coba itung dulu. Takut google nya salah." Ucap Meli, Luna mengangguk lalu memberikan secarik kertas dan pensil agar Meli menghitungnya. Ponsel Luna yang ia simpan di atas meja belajar Meli, bergetar menandakan ada sebuah pesan yang masuk.

Seeking for Something [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang