Hari pertama sekolah pun dimulai. Sekolah baru, seragam baru, teman baru, dan semangat baru pastinya. Aku siswi baru di SMA Wijaya 17 di tahun 2013 ini. Kata orang, aku pribadi yang menyenangkan dan mudah untuk mendapatkan teman. Benar memang, saat aku masuk ke dalam kelas teman-temanku menyambut dengan gembira. Terutama teman dekatku saat berjuang melawan manis pahitnya masa orientasi siswa kemarin. Karena kelas saat MOS bukanlah kelas tetap, jadi teman kelasku bukanlah seluruhnya sama seperti kemarin MOS, namun ini membuat aku sangat senang karena bisa satu kelas lagi dengan Bela di jurusan IPA.
Terlihat beberapa teman kelasku mulai akrab satu sama lain. Suasana kelas hari pertama begitu bersahabat. Dan seperti hari-hari kemarin, Bela selalu saja menggoda aku agar bercerita tentang usahanku untuk bisa kenal dengan senior yang aku kagumi itu.
"Ayo dong Nis, ceritain. Udah nemu facebooknya Kak Rama belum?"
"Belum aku cari, Bel." Aku menjawab dengan nada yang datar.
"Yah, ku kira kamu langsung gerak cepat, Nis. Jangan lama-lama, nanti kamu penasaran terus loh."
Aku tertawa. "Ya enggak lah, Bel. Lagian aku ga jatuh cinta sama dia, cuma kagum aja. Aku mau fokus daftar OSIS dulu."
"Oh, jadi ceritanya mau bisa lebih dekat sama Kak Rama? Ciee."
"Namanya juga usaha seorang fans, Bel." Aku tertawa.
"Oke, aku support kok, Nis."
"Maksih Belaaaaa." Aku menjabat tangan Bela dengan penuh semangat.
Hari ini bagaikan angin kebahagiaan berhembus di sekitarku. Guru yang ramah, teman yang asik, dan kelas yang strategis untuk melihat Kak Rama di setiap jam istirahat. Kelasku dekat dengan kantin jadi memungkinkan untuk dilewati olehnya setiap ia hendak pergi ke kantin sekolah. Ah, seneng banget kalo gini. Tiap jam istirahat bisa liat Kak Rama lewat depan kelas.Teng...teng...teng.
Mendengar bel berbunyi, guru yang mengajar beranjak meninggalkan ruangan. Sedangkan aku bergegas membereskan buku-buku dan masukkannya ke dalam tas, setelah itu aku langsung berjalan menuju jendela kelas. Aku berusaha santai agar tidak ketahuan akan memata-matai Kak Rama dari dalam kelas. Benar saja dugaanku, tak lama Kak Rama lewat bersama teman-teman kelasnya. Ia terlihat sedang berbincang-bincang dengan teman kelasnya. Ada yang bertubuh tegap, tinggi, hitam manis, dan sepertinya dulu semasa junior dia ikut ekstrakulikuler Paskibra. Ada lagi yang tinggi, putih, sipit, tampan, dan dia terlihat ramah. Dan satu temannya yang lain dia pengurus OSIS yang aku masih ingat ketika MOS kemarin, dan dua teman lainnya yang aku tidak mengenalinnya. Namun tetap saja Kak Rama adalah objek utama pemandangan saat ini.
"Hayo! Ngapain kamu Nis?" Bela mengagetkanku sesaat setelah Kak Rama dan teman-temannya lewat. "Ke kantin yuk, siapa tau nanti ketemu pangeran Rama di sana Nis." Bela tertawa setelah menggodaku.
"Terus kalo udah ketemu mau apa, Bel?"
"Senyumin aja, siapa tau dia paham kamu kan Nis?"
"Bisa dikira gila aku senyum-senyum sendiri nanti." Aku tertawa.
"Ya biarian lah. Kan kamu bukan aku." Bela tertawa.
"Ih kamu jahat, Bel. Yaudah, aku atur nafas dulu."
"Haha. Oke Nis. Jangan lama-lama, keburu bel masuk nanti."
----------------------------0-----------------------------
Setelah melewati beberapa seleksi akhirnya aku resmi menjadi pengurus OSIS. Sebulan yang lalu aku dan pengurus OSIS yang baru resmi dilantik. Awalnya memang hanya berniat masuk kepengurusan karena Kak Rama, namun setelah ku renungkan lagi niatku berubah bukan karena Kak Rama yang membuatku bertahan sampai namaku disebutkan dalam susunan kepengurusan OSIS itu, tapi karena berorganisasi merupakan salah satu hal yang baik dan bermanfaat untuk diriku. Meskipun artinya sekarang aku mengikuti dua organisasi di sekolah ini. OSIS dan Pramuka. Perjalanan yang cukup panjang untuk bisa sampai di titik ini. Niat yang masih belum bulat, seleksi yang cukup ketat, persaingan dengan orang-orang yang hebat, hingga restu dari orang tua yang tidak sepenuhnya mendukung kalau aku mengikuti dua organisasi. Alasannya ya karena aku belum kos dan kalau pulang selalu sore hari. Sampai rumah ya mandi, makan, tidur. Seperti hanya singgah saja. Belajar ya kalau tidak merasa lelah, sedangkan aku selalu merasa lelah. Hingga aku benar-benar ingin membuktikan jika aku sanggup menjalani ini dan nilaiku akan tetap bagus.
Di sini aku tidak dipertemukan dengan Bela, dia tidak berminat ikut organisasi. Aku pun tidak dipertemukan dengan Kak Rama, karena masa jabatannya telah berakhir. Senior tertua sudah mulai disibukkan dengan aktifitas belajar ekstra untuk menghadapi ujian nasional.
-----------------------------0----------------------------
Annisa Amalia
Bel, lagi apa? Ganggu nggak? Mau tanya nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua
Teen FictionAnnisa Amalia, seorang remaja yang masih duduk di bangku SMA. Jantungnya kembali berdegup cepat setiap mendengar nama laki-laki itu. Dia adalah sosok yang membuat perjalanan rasa kagum menuju rasa cinta bagaikan jalan yang penuh liku. Ini akan men...