Farel menaiki motor ninja hitamnya lalu menepuk jok belakangnya mengisyaratkan Naureen untuk segera naik lalu kemudian ajakan itu dituruti sepenuhnya oleh Naureen.
"Ayo berangkat!!" Ucap gadis itu penuh semangat.
Naureen suka hujan, setiap kali hujan turun hatinya langsung bergejolak senang. Dan setiap kali hujan turun ia selalu hampir bermain hujan. Ya, hampir. Karena setiap hujan Farel selalu melarangnya keluar rumah. Entah apa yang membuatnya begitu, mungkin baginya hujan itu berbahaya? Atau memang ia takut dengan suara gemuruh? Entahlah menurut Farel apa, sepertinya ia tidak paham jika hujan menyimpan banyak kebahagiaan. Yang penting aku suka hujan!!
"Kalo gue mati ditengah jalan, ini semua salah lo ya!" Seru Farel ditengah perjalanan.
"Cowok kok takut hujan" Balas Naureen mengejek.
Sedari tadi Naureen terus menutup matanya, menikmati tetesan air mata awan dan dinginnya hawa khas hujan yang seakan menembus raganya. Ia duduk di jok belakang sambil merentangkan tangannya. Dirinya sangat bahagia karena baru kali ini Farel mengizinkannya bertemu langsung dengan Hujan.
"Rel kenapa sih lo gasuka sama hujan?"
"Rel?"
Karena tidak ada jawaban, perlahan Naureen membuka sedikit celah matanya dan tersadar bahwa punggung Farel tidak ada lagi di hadapannya, Entah dari kapan motor Farel berhenti di tengah jalan sepi ini. Ia terlalu asyik menikmati hujan sehingga ia tidak tau sudah berapa lama ia sendirian disini.
Naureen berusaha mengitari pandangannya, berharap dapat melihat satu sosok lelaki di dekatnya. Namun hasilnya nihil, yang dapat ia lihat hanyalah pohon-pohon rindang yang hanya diterangi dengan cahaya bulan.
"Rel?" Naureen terus mengitari sekelilingnya.
"Rel serius jangan bercanda" Perlahan suara indahnya berubah parau.
Selain kegemarannya dengan hujan, Naureen sangat takut dengan kegelapan.
Ia menunduk, namun yang ia lihat malah semakin gelap. Kini Naureen sangat kebingungan. Kemana sahabat kesayangannya itu pergi? Dan apa yang ia harus lakukan untuk dapat melihat cahaya? Hatinya terlalu bimbang untuk menemukan jalan keluar. Yang bisa ia lakukan hanyalah ikut melengkapi air mata hujan, dengan menangis."Baaa!!!" Suara itu muncul tiba-tiba membuat Naureen menjerit ketakutan.
"Cengeng dasar ah kasian kan jadinya gue ngerjainnya," Ucap Farel mengelus lembut pucuk kepala Naureen
Mengenal suara itu, Naureen mengangkat wajahnya lalu menunduk lagi. "Nggak lucu"
"Yang penting satu sama kan?" Tawa Farel masih dengan kegiatannya yang tadi.
Naureen tetap diposisinya, tidak bergerak sedikitpun, buliran air juga masih menetes disana.
Menyadari akan kesalahannya, Farel langsung mendekap sahabatnya, "Jangan nangis dong nanti tambah jelek" ucap Farel menghibur namu tidak digubris oleh sang lawan suara.
"Yaudah ayo pulang maaf ya reenn abisnya lo nyebelin sih tadi," Farel melepas dekapannya kemudian menaiki ninjanya lalu segera meleset menuju komplek perumahan mereka.
***
Hari ini adalah pagi yang indah, namun tidak bagi seorang gadis mungil berkulit putih yang masih menyelimuti dirinya diatas kasur. Sekarang menunjukkan pukul enam lewat lima puluh lima menit. Gadis itu masih saja tergeletak di tempat yang sama. Sepertinya gravitasi di kasurnya hari demi hari kian meningkat.
Ia menggeliat pelan, tangannya meraba-raba berusaha mencari handphone di samping tempat tidurnya dengan mata yang masih tertutup. Ketika telah menemukannya ia membuka celah kecil dimatanya yang masih berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAUREEN
Teen FictionCinta itu indah, mungkin bagi mereka yang saling mencintai. Tapi bagaimana pandangan cinta menurut satu orang yang hanya mencintai sendirian?