Taman

75 5 0
                                    

Jam hitam yang melekat pada tangan Azriel menunjukan pukul tujuh malam. Cukup lama waktu yang ia habiskan tadi bersama kekasihnya, diawali menonton film bergenre horor, belanja di mall, makan siang, sampai ke kebun binatang.

Setelah mengantarkan Vara ke rumahnya dengan selamat, ia pun bergegas pulang ke rumahnya, ralat! Rumah ibunya.

"Azriel.. " Suara menggetarkan itu.. sudah lama rasanya ia tak lagi mendengarkannya. Hanya dengan mendengar suara itu saja, kakinya sudah seperti jelly. Azriel berbalik arah, benar saja ada seseorang itu. "Azriel, Mom rindu sama kamu nak" Azriel menatap sosok wanita berpakaian formal di hadapannya ini. Ia juga rindu, bahkan sangat. Tapi bukankah wanita ini sendiri yang menelantarkannya?

"Azriel, kau juga merindukan mommy mu ini, bukan?" tetesan air mata mulai membasahi pipi wanita yang diketahui bernama Freyantika itu. Tangisannya membuat hati Azriel sakit.

Disisi lain Azriel merasa bingung, ia merasa kecewa dengan Freyantika karna dulu tak berusaha memperjuangkannya, dan sekarang saat Azriel menemuinya di Indonesia baru sekarang ia bertemu dengannya, kemana saja Freyantika selama 6 bulan ini? Hanya kerja dan kerjalah jawabannya. Ia tidak benci kepada wanita ini, lebih tepatnya ia kecewa. Ia menyayangi wanita ini, dan ia sudah tak mau lagi kehilangannya untuk yang kedua kali.

"Mom.. " kalimat yang terdengar serak serta lirih yang berasal dari mulut Azriel sukses membuat wanita dihadapannya ini tersenyum bahagia.

"Maafkan mommy.. " Freyantika memeluk anaknya. "Terimakasih sudah memaafkan mommy mu ini, mommy sangat menyayangimu, sangat. " hangat. Itulah yang Azriel rasakan saat ini. Ia selalu merindukan pelukan ini selama bertahun-tahun yang lalu. Tanpa sadar setetes air mata sukses jatuh di pipinya. Ia sudah berniat membuka lembaran baru di Indonesia, tentunya bersama dua wanita yang sangat ia sayangi, Freyantika dan Vara.

                                   **

Sinar matahari masuk melalui celah-celah gorden kamar seorang gadis. Untuk yang pertama kali sang gadis langsung bangun lalu membersihkan badannya di kamar mandi.

Tak butuh waktu lama setelah 10 menit, ia selesai mandi lalu mengenakan pakaian casualnya. Ia bercermin memandang dirinya sendiri, setelah itu kaki jenjangnya menuju kamar lain dari rumahnya.

Thhokk thook thokkk
Vara mengetuk pintu tersebut, tak lama kemudian nampaklah seseorang dari balik pintu. "Apa?" tanya Vino dengan mata yang setengah terpejam. "Jalan yuk, kak!"

Vino menghela nafas dalam-dalam. Matanya sudah terbuka sempurna sekarang. "Duh, kesambet apaan sih adekku sayang? Tante kunti apa tante girang? Ini masih jam enam, mau ngapain?"

"Enak aja nyamain gue sama yang kayak gituan! Mau lari pagi gak mungkin ya, soalnya pakaian aku gini. Yaudah yuk kita keliling Indonesia aja! "

"HA?!"

SKIP

Vino mengendarai Motor Ninja miliknya. Vara yang menginginkan untuk naik motor saja, ia bosan naik mobil terus-terusan. "Kalo gini, Vara kan inget masa kecil! "

"Iya, iya. Kita ketaman ya? " ujar Vino yang setujui oleh adiknya itu.

Sesampainya ditaman, mereka berjalan-jalan. Banyak mata yang memandang mereka berdua, mungkin dikira mereka pasangan kekasih. "Liat tuh kak, dikira kita pacaran apa?! " ucap Vara yang berjalan di samping kakaknya.
"Biarin, kita akting jadi pacar aja. Biar mereka cemburu. "

"Hahahhaa, lucu. " Vara tertawa hambar.

Di sisi lain Taman, tampak seorang, cowok sedang berbincang bersama sang wanita di sampingnya. "Mmm.. bagaimana keadaan daddy mu?" tanya Freyantika. "Daddy baik-baik saja mom. Aku bingung dengan dad"

"Bingung? Kenapa? "

"Aku merasa, dad hanya mencintaimu mom."

"Jangan bercanda Azriel, jika daddy mu mencintai mommy, mengapa malah meninggalkan mommy? "

"Entahlah, aku pernah melihat daddy menangis saat melihat fotomu mom. Aku bisa merasakan jika daddy merindukanmu" freyantika hanya mendengar apa yang dikatakan anaknya. "Bukankah, kau juga masih mencintainya mom? "

"Hahaha, jangan bercanda Azriel" Freyantika tertawa getir.

"Kurasa, daddy menyembunyikan sesuatu "

                                  **

"Wah, enak banget itu. Masyaallah. " Vara menunjuk ke arah salah satu pedagang ice cream.

"Yaelah, bilang aja mau dibeliin. Ya kan? "

"Tau aja lo kak"

"Yaudah yuk! "

Mereka berdua akhirnya berjalan menuju pedagang ice cream. Namun ditengah perjalanan..

"Vara.. " refleks Vara dan Vino menoleh ke sumber suara.

'Mau apalagi dia ini?! ' batinVara.

"Pacar baru lagi ya? " Si cowok menatap Vino dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Apa lo natap gue?! " Vino tak bisa diam saja ditatap seperti itu.

"Yuk kak, gak usah diladenin. " Vara menarik tangan Vino menuju pedagang ice cream yang dimaksud tadi. namun sebelum itu terjadi, tangannya kembali dicekal oleh Davin. "Lo beneran gak mau tau alesan gue ninggalin elo? " telinga Vino memanas mendengar ucapan lelaki di depannya. "HA! LO NINGGALIN ADEK GUE?  MAKSUDNYA APAAN?! " Vino menarik kasar kerah kemeja warna biru yang melekat di badan Davin

                          **

Maaf ya kalo chapter ini kurang ngena 😢. Kalo banyak yang vote, aku bakal revisi kok (ngarep)  wkwkwk.

Jangan lupa baca cerita aku yang lain ya..

Salam kece :p

Pemeran UtamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang