Enam

29 1 0
                                    

ENAM.

Setelah bersalaman dengan kedua anaknya, Hermanto keluar dari rumah kardusnya.

'Semoga hari ini bapak dapet banyak rejeki ya,' katanya kepada anaknya. Dia lalu jalan ke seberang jalan raya, duduk, lalu mengeluarkan mangkuk.

Seseorang memasukkan lempengan besi ke dalamnya.

'Makasih, Mas.' Hermanto mengangguk, mengambil lempengan besi itu dan memasukkan ke dalam tas. Supaya mangkuknya kembali kosong dan kesannya belum ada yang ngasih.

Setelah bengong-bengong beberapa saat, Hermanto baru sadar kalau yang barusan ia masukkan bukanlah uang koin. Bentuknya seperti kartu nama, tetapi terbuat dari besi tipis. Di salah satu sisinya ada lambang menyerupai mata.

'Jangan-jangan...' pikir Hermanto. 'EMAS! INI PASTI EMAS! MAKASIH YA ALLAH?!'

Hermanto lalu membereskan barang-barangnya. 'KRU TIPI MANA KRU TIPI! UDAH KELUAR AJA GAUSAH SEMBUNYI! MAKASIH YA ALLAH!'

Semua orang ngeliatin dengan pandangan hina.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIANGLARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang