00 - Prolog

112 16 29
                                    

Di dalam derasnya hujan, gadis itu setia berdiri memandangi pangerannya yang sudah pergi menjauh. Tubuhnya basah kuyup karena tangisan langit. Hatinya mendung, melebihi mendung sang cakrawala.

Mungkin, bagi orang lain hal ini hanyalah masalah sepele. Tetapi, sangat menohok hati bagi gadis yang saat ini benar-benar basah karena diterpa derasnya hujan.

Saat ini, pikirannya hanya terfokus pada lelaki yang baru saja meninggalkannya. Menahan tangisannya? Ia sudah tak sanggup. Biarkanlah air hujan menemani setiap tetesan air mata yang keluar dari singgahsananya. Marah? Ia bukanlah siapa-siapa. Bahkan, mulai saat ini, Sheina tidak akan memanggilnya 'Pangeran' lagi. Hatinya begitu berkecamuk, sampai ia tak sadar bahwa seseorang telah meneduhkan tubuh kecilnya dengan payung kecil berwarna biru. Warna kesukaan Sheina.

"Sheina, ayo pulang, kita makan bakpao ayam bareng." Dan suara berat itu seketika meneduhkan hati Sheina dari mendungnya langit.


[ T. B. C ]

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DilemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang