Hari ini, aku bersama keluargaku pergi menuju kampung halaman mamah di kota kembang untuk merayakan hari kemenangan disana. Ya, aku sangat senang sekali ingin rasanya cepat cepat menghirup udara sejuk kota bandung yang tidak seperti purbalingga.
"Nah itu kereta kita, ayo kesana" mamah menunjukan kereta kelas bisnis dan kami mengikuti mamah.
"Yeayy bandunggg" kakaku sambil teriak kegirangan,
"iihh alay deh" kataku sambil mengerutkan keningku. Dan kakaku hanya melirik kearahku.
"Putri?" Tanya mamahku,
"ya mah?" Jawabku.
"Kamu senang?" Dan aku hanya tersenyum mendengar pertanyaan mamah. Kurasa mamah sudah paham mengenai senyumku padanya.
Aku tau, mamah pasti ada alasan lain ingin membawaku ke kota kembang. Mungkin mamah ingin aku melupakan semua kejadian itu, aku pikir begitu.
Tetapi rasanya sangat sulit bila aku melupakan semua itu begitu saja. Bagaimana jika aku semakin rindu padanya?
Ooh kiki, aku merinduimu. Sangat. Seketika air mata menetes dipipiku saat aku melihat ke arah jendela kereta.
Tiba tiba ponselku berbunyi dan pertanda ada WA masuk
From : cahya cantiq
Heyy coeg kamu dirumah ngga? Aku bosen nih main yukss nanti ku ajak coeg coeg yg lainTo : cahya cantiq
Hmm yaelah, aku lgi ga dirumah. Lgi mudikFrom : cahya cantiq
Hah mudik? Yg bener aja km? Belum main juga udah mudik2an huhhTo : cahya cantiq
Iyaa deh iyaa, nnti aku pulang kita main deh plus aku bawain oleh2 dari bandung, mau ga ?From : cahya cantiq
Wahhhh, okeyy coeg bawa leholeh yg banyak yaaTo : cahya cantiq
Oke sippSetelah itu dia tidak menjawab, mungkin dia rasa itu adalah kata kata terakhir untuk penutupan sebuah komunikasi.
Dia cahya, sahabatku dari semenjak sekolah dasar. Aku sangat menyayanginya. Dia adalah orang yang selalu berusaha menghiburku dan menyemangatiku saat aku sedang menatap kepergiannya.
Tiba tiba kakaku menjailiku saat aku sedang melamun dengan memencet hidungku "aaaa sakit tauu!!" Sambil aku mengusap usap hidungku.
"Lagian kamu dipanggilin engga denger, nglamunin apa si kamu?" Sahut kakaku dan aku diam saja memalingkan mukaku karna kesal dengannya
"ahahaha ngambek, yaudah nih rujak mau ngga?" Kulirik apa yang ada ditangannya, ternyata memang bener rujak. Aku sangat ingin rujak itu, tetapi aku sedang marah ke kakaku yang tadi menjailiku,
"yakin ngga mau? Yaudah aku makan aja sendiri" kata kakaku menggodaku.
"Makan tuh rujak!" Kataku dan tiba tiba kakaku memasuka sendok yang berisi rujak itu masuk ke mulutku yang sedang membuka.
"Ahahahaha aku tau kamu laper dan pengin rujak ini de" kata kakaku dengan tertawanyaa.
"Udah sinih aku bisa makan sendiri!" Kakaku hanya menahan senyumnya dan diseberang mamah dan ayahku hanya senyum senyum melihat kelakuan anak anaknya.
*****
Aku pergi meninggalkanmu di kotamu untuk kembali ke kotaku. Sungguh tidak ingin kulakukan mengingat beberapa waktu yang lalu kau meninggalkanku. Jujur saja, aku belum bisa yakin sampai saat ini jika kau telah pulang dahulu tanpa memberi kabar denganku. Aku merinduimu sungguh rindu. Ku harap kau mendengarkan ucapan hatiku saat ini.
Aku kecewa ki, mengapa kau meninggalkanku? Mengapa aku ditakdirkan untuk melupakanmu? Sungguh melupakanmu adalah hal yang terberat untuk ku jalani saat ini, mengingat kebaikanmu yang kau lakukan beberapa waktu lalu untuku. Aku menyayangimu, sungguh.
Aku yakin, kau telah berbahagia bersama Tuhanku sekarang dengan selalu tersenyum untuk menyapaku dikejauhan.
*****
Sesampainya di kota kembang, kami sudah dijemput keluarga mamah yang sudah menunggu di lobi stasiun. Ya, kami sudah mengerti pasti apa yang aku lakukan. Tersenyum bahagia menyambut mereka meski di dalam terdapat sebuah kerinduan terhadap seseorang.
Saat semua sedang menikmati percakapan untuk mengobati rasa rindu mereka, tante anis datang menghampiriku. Beliau adalah adik bungsu mamah yang tetap menetap di bandung.
"Kumaha atuh neng, sehat?" Tanya tante anis padaku dengan menggunakan bahasa sunda yang aku sendiri susah untuk mengartikannya.
"Alhamdulillah sehat sehat tante hehe" jawabku dengan tersenyum
"Ayo semuanya pulang udah ditunggu eyang uti dirumah" ajak bang indra. Dia adalah anak dari tante anis yang melanjutkan studinya di jakarta.
*****
Rumah ini masih tetap sama seperti setahun lalu aku berdiri di tempat yang sama ini. Dengan model dan tata ruang seperti rumah masyarakat desa di kota kembang pada umumnya. Udara yang sejuk meski disiang hari. Hamparan kebun teh yang luas yang berada tepat di depan rumah, aku rasa para investor asing maupun lokal belum menemui tempat seiindah ini dengan hamparan kebun teh yang luasnya berhektar hektar. Aku harap mereka tidak akan menemuinya dan ciwidey akan tetap seperti ini selamanya.
Allah, trimakasih telah memberikanku kesempatan untuk mengunjungi tempat ini kembali. Jagalah alam semesta ciptaanmu selalu agar tetap indah seperti ini. Aku harap, dengan ini Kau akan membantuku untuk melupakan semuanya.
Setelah selesai merapikan pakaian, sholat duhur dan lain lain, saatnya untuk makan siang bersama dengan makanan yang sudah disiapkan sebelumnya.
"Kumaha rasana?" Tanya tante anis yang duduk tepat berada disampingku
"Enak tante enak banget bahkan rasanya masih sama dengan yang terakhir Putri makan disini hehe" jawabku padanya
"Yaelah, setaun lalu kamu masih inget? Ga yakin mamas lah kalo kamu masih inget, pelajaran beberapa hari lalu aja kamu udah lupa ahahahha" ejek kakaku padaku
"Kan beda, ini rasa. Rasa masakan bukan pelajaran tau. Kalo rasa masakan Putri mah masih hafal, buktinya masakan yang sehari lalu mamah masak Putri masih hafal. Beda sama pelajaran, kalo pelajaran kan dipaksakan untuk hafal jadi karna terpaksa membuat kita bukanya semakin inget malah semakin lupa" jawabku tak mau mengalah
"Sehari yang lalu? Yaelahh mas juga masih hafal kali Put. Eh btw kamu lagi curhat? Curhatnya nanti aja pas udah pada selese makan biar ga ada yang tau kalo mau curhat tentang makanan apa yang kita makan nanti sore" katanya
"Enak aja, gamau curhat sama mas mulu. Isinya cuma makanan aja, ngabisin duit tau" omelku pada kakaku
"Ahahahhaa sudah sudahh jangan berantem. Kalian kan kaka adik kok malah berantem? Soal makanan lagi ahahahaha" sahut om bambang suami tante anis
Semua langsung tertawa saat selesai mendengar ucapan om bambang, sementara aku dan kakaku hanya bisa terdiam menghiraukan mereka seakan akan tanpa ada rasa salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
Teen FictionHal yang tak paling kusukai adalah merindu. Entah bagaimana aku melampiaskan rinduku padamu selain doa yang kuucapkan di sepertiga malamku untukmu. Hal yang sama selalu saja terulang setiap harinya yaitu RINDU.