It Started Out as a Feeling

537 47 5
                                    

Setelah tinggal berdua, Yonghwa menghampiri Seohyun yang masih terbaring lemah di tempat tidur. Yonghwa melipat kedua tangannya di depan dada, "jadi...hm... kenapa itu bisa terjadi?"

"Apa lagi? Menurutmu siapa lagi yang bisa melakukannya selain kau?" cibir Seohyun.

"Apa?! Mana sudi aku menyentuh apalagi menghamilimu?! Gadis sepertimu pasti sudah pernah melakukannya dengan oranglain kan?! Lebih baik kau mengaku pada mereka?! Aku tidak mau ada salah paham?!"

Kalau saja tubuhnya tidak sedang lemah, Seohyun akan menampar mulut pria sialan itu, "aku mungkin suka seenaknya, tapi bukan berarti aku serendah dan sehina itu!"

Yonghwa tahu tidak sepantasnya dia menuduh Seohyun sembarangan, "tetap saja! Sudahlah! Aku tidak peduli!"

"Kenapa sih kau selalu memarahi dan mnyalahkanku? Memangnya kesalahan apa yang sudah kuperbuat?"

"Pikirkan saja sendiri!" Yonghwa membanting pintu dan meninggalkan Seohyun dalam tanda tanya besar. Benar juga, Seohyun kan tidak melakukan apa-apa. Kenapa dia marah-marah seperti orang kesetanan?

Yonghwa memutuskan untuk menghabiskan sisa hari ini dengan berjalan mengelilingi istana. Sesekali dia melewati pintu kamar, tapi sampai sekarang belum terlihat tanda-tanda kehidupan Seohyun. Sampai malam tiba, Yonghwa membunuh egonya dan kembali ke kamar.

"Ehemmm..." dehemnya salah tingkah.

Seohyun refleks berdiri melihat kehadiran Yonghwa, "Oh iya, malam ini giliranmu tidur di kasur. Baiklah aku mengerti."

Sejujurnya Yonghwa tak ingat dengan perjanjian itu, tapi demi gengsi dia pura-pura mengiyakan, "baguslah kalau kau sadar."

Ntah kenapa setelah marah-marah rasanya jadi awkward. Yonghwa mencuri pandang ke Seohyun yang sedang rebahan si sofa. Tak lama kemudian dia sudah jatuh tertidur.

"Cih... dasar pemalas," umpatnya dalam hati.

👑👑

Hari sudah pagi, Yonghwa menguap lebar dan merentangkan kedua tangannya. Ia berjalan gontai ke kamar mandi, membersihkan diri, kemudian keluar untuk sarapan.

"Selamat pagi, Pangeran. Apakah saya sudah bisa mempersiapkan sarapan?" sapa kepala pelayan.

"Pagi. Silahkan. Terimakasih," jawabnya singkat. Ia melihat Seohyun yang sudah lebih dulu duduk di meja makan. Meski masih terasa awkward Yonghwa menarik kursi di sebelah Seohyun.

"Bagaimana tidurmu?"

Yonghwa menatapnya curiga. Tak biasanya perempuan ini bersikap baik. Apa dia menginginkan sesuatu? "Tumben bertanya? Ada apa?"

"Emang salah bertanya?"

"Salah. Perubahan sikapmu yang tiba-tiba membuatku merinding."

"Yasudah kalau tidak mau ditanya. Dasar aneh!"

"Kau yang aneh! Apa karena hamil kau jadi sok manis begini?"

"Apa sih? Aku hanya mencoba bersikap baik. Bukannya ini perjanjian kita?"

"Aku tak melihat ada siapapun disekitar sini. Jadi untuk apa kau berakting begitu? Bukannya sudah kubilang lakukan hanya di depan mereka?"

"Yasudah! Terserahlah!"

Tak lama kemudian para pelayan datang membawakan berbagai makan termasuk ubi manis kesukaan Seohyun. Tapi anehnya Seohyun malah memilih ayam goreng dengan sambal yang lumayan banyak.

Yonghwa berusaha untuk tidak peduli. Tapi rasa keponya melebihi dari apapun, "tidak makan ubi?"

"Bukan urusanmu!" bisiknya pelan agar para pelayan tidak mendengar mereka. Yonghwa hanya menatapnya geram.

Tak biasanya Seohyun makan dengan sangat lahap, bahkan dia tambah beberapa kali. Sangking semangatnya dia sampai tersedak dan berlari kekamar mandi. Para pengawal dan pelayan yang khawatir ikut berlari mengikuti Seohyun.

Agar tidak menimbulkan kecurigaan Yonghwa ikut juga meski dengan langkah malas.

"Putri, Anda baik-baik saja?" tanya Jungshin.

"Iy... huekkk!!" Seohyun muntah untuk yang kesekian kalinya.

"Putri, mau saya panggilkan dr.Sehun?"

"Ti... huekkkk!!!!"

Mereka tambah khawatir kecuali Yonghwa yang kelihatan tenang-tenang saja. Dia tau, dia sama sekali tak berbakat menjadi seorang suami yang baik dan benar.

"Putri. Mungkin ini efek karena Anda sedang mengandung. Lebih baik Anda istirahat," ucap kepala pelayan.

"Baiklah. Aku rasa juga begitu."

Kompak mereka semua serentak menatap Yonghwa. Seoalah-olah mengisyaratkan bahwa sudah selayak dan sepantasnya Yonghwa mengantar Seohyun ke kamar. Tapi pria tak peka itu hanya diam sambil memasang muka tak berdosa.

"Mari saya antar," tawar Jungshin yang sepertinya mengerti keadaan.

Yonghwa mengikuti mereka dari belakang. Dia hanya tidak tahu harus apa dan bagaimana. Ini semua terlalu mendadak dan belum pernah ia alami sebelumnya.

"Jadi? Bagaimana?" tanya Yonghwa malu-malu setelah mereka tinggal berdua di kamar.

"Apanya?"

"Itu..." Yonghwa menunjuk perut Seohyun ragu-ragu, "bayinya bagaimana?"

"Bagaimana apanya, sih? Aku tidak mengerti maksudmu!"

Merasa tolol Yonghwa jadi naik darah, "ah sudahlah! Dasar lamban!"

Yonghwa menghempaskan diri ke sofa, pura-pura sibuk dengan buku yang ada di atas meja. Sesekali ia mengintip Seohyun yang hanya terbengong menatap langit kamar sampai kemudian tertidur. Yonghwa menggeleng-gelengkan kepalanya, "ckckck... apa hamil membuat seseorang jadi suka tidur? Atau memang Seohyun yang terlalu pemalas?" batinnya.

Entah setan apa yang merasukinya, yang pasti Yonghwa sudah berjalan mendekati Seohyun. Menatap wajahnya dan mengangumi kecantikannya. Sayang saja sifat Seohyun yang terlalu kasar dan tak berperasaan. Kalau saja ia sedikit lebih lembut mungkin Yonghwa akan jatuh hati padanya.

Tidak. Pikiran macam apa itu? Yonghwa sama sekali tak boleh terbuai! Tapi bagaimana mungkin gadis itu tidur dengan dress mini tanpa menggunakan selimut? Apa dia tidak kedinginan?

Tak sadar, Yonghwa menarik selimut, menutupi tubuh Seohyun sampai keleher dan merapikan rambutnya yang berantakan karena sehabis muntah tadi. Tak sampai disitu, dia bahkan mau repot-repot mengambil segelas air hangat dan meletakkannya di samping meja Seohyun.

Kemudian dia duduk di sofa. Merenungkan kembali apa yang baru saja ia lakukan. Ini tidak baik. Dia tak boleh melemah. Sontak Yonghwa bangkit berdiri, meneguk habis air hangat yang tadi ia persiapkan untuk Seohyun, mengacak-acak rambut Seohyun dan yang lebih parah membuang selimut yang melapisi tubuh Seohyun.

Dress Seohyun sedikit terangkat saat Yonghwa menyibakkan selimut itu, membuat Seohyun sedikit mengerang kedinginan. Yonghwa menutup matanya tidak mau melihat pemandangan indah itu. Lama-lama dia kasihan juga lalu memperbaiki dress Seohyun dengan tetap menutup matanya dan kembali memasanginya selimut.Kemudian ia merapikan rambut Seohyun dan mengisi kembali gelas itu dengan air putih hangat lalu meletakannya di atas meja.

Kalau Seohyun bertanya, dia tinggal mengelak dan mengatakan semuanya dikerjakan oleh pelayan. Tidak ada yang perlu dia khawatirkan. Ya. Dia pasti sudah gila.

Fairytale - YongseoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang