Sarah dan Tari

36 4 22
                                    



Sarah menatap wajah Tari, dia menghela nafas panjang. Bola matanya memerah dan kelopak matanya membengkak. Kantung mata yang menghiasi wajah bulatnya, karena terlalu banyak menangis. Luka yang terlalu dalam, membuat perempuan bertumbuh gempal itu tidak mampu memejamkan mata semalaman. Dia terisak, namun tidak satupun butiran bening mengaliri pipinya. Air matanya telah mengering, dia menangis sepanjang malam.

"Semuanya berakhir, Ri!" tatapan matanya terlihat sedih, "aku tidak menyangka Suami yang sangat jujur seperti Tio sanggup melakukan hal ini." Sarah terisak sembari menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Sabar Sarah, kamu yakin itu Mas Tio?" tangan Tari mengusap lembut rambut sahabatnya.

"Dia sudah mengakui segalanya Tari! Sedikitpun dia tidak menyangkalnya. Foto mereka aku temukan di akun media sosial wanita itu." Wajah Sarah memerah dan matanya menatap tajam. Seketika dia kembali menangis.

Sesak yang Sarah rasakan memenuhi rongga dadanya, rasa perih di perut dia abaikan. Dari semalam dia kehilangan selera terhadap makanan. Bahkan air putih yang dia minum karena tenggorokan yang kering terasa seperti duri yang menusuk.

Tari memandang foto yang berserakan di timeline wanita selingkuhan Tio. Foto selfie dengan rona kebahagiaan, senyum dan kemesraan yang mereka tunjukkan di foto itu membuat mual perutnya seketika. Dia kembali menatap Sarah, perempuan dihadapannya terlihat kalut marut. Mata yang biasanya berbinar itu kini terlihat bagai matahari senja yang mulai redup sinarnya.

Kesedihan terbesar dalam kehidupan adalah ketika orang yang paling kau cintai menghianati cinta itu. Lukanya seperti mengukir sebuah prasasti yang tidak mungkin akan bisa dihapus. Itulah yang kini Sarah rasakan, dan Tari melihat jelas pada wajah sahabatnya sejak kecil itu.

"Aku akan menuntut cerai Ri!"

"Jangan terburu-buru Sarah, sekarang kamu dalam kondisi emosi. Tidak baik memutuskan sesuatu disaat seperti ini!" Tari menatap cemas sahabatnya.

"Terus aku harus gimana, Ri? Aku nggak mau bertemu dengan Mas Tio lagi, aku jijik!" nada suara Sarah meninggi.

"Aku tahu, sekarang yang kamu perlu hanya menenangkan diri. Satu minggu ini, tinggalah di rumahku dulu." Saran Tari pada sahabatnya.

"Gimana kalau Nabila mencariku?" Sarah mengingat anak semata wayangnya yang kini berada di tempat neneknya.

"Dia akan aman bersama Ibumu Sarah!" Tari menenangkannya.

Sarah memeluk sahabatnya dengan erat, seakan saat ini dia sedang menemukan sebuah sandaran. Butiran bening yang tersisa kembali mengalir di wajah pucatnya karena tidak tidur semalaman. Sahabatnya yang selalu bersikap netral terhadap setiap hal yang dia ceritakan. Tari tidak pernah menghakimi apapun yang terjadi pada hidupnya.

Masih terngiang ditelinganya saat Ibu mertuanya menyalahkan dirinya setiap kali hal buruk terjadi pada Tio, karena dia tidak becus mengurus rumah tangga. Sementara Ibunya, selalu mengatakan perempuan harus menerima tiap keadaan dengan legawa. Mereka tidak pernah mendengarkan keluh kesahnya. Apalagi kalau dia bercerita perselingkuhan Mas Tio, Sarah tahu jawaban apa yang akan dia dapatkan. Semua orang akan menyalahkannya, dan bukannya Tio.

Tapi tidak dengan Tari, dia adalah pendengar yang baik. Itulah mengapa sepagi ini, Sarah memutuskan 'lari' ke rumah sahabatnya daripada pulang ke rumah ibunya. Sahabatnya ini selalu siap menampung setiap kesedihannya. Yah, itulah sejatinya seorang teman! Menemani bukan hanya dalam suka juga ketika sedang berduka.

" Terima kasih Ri," ucapnya pelan.

"Untuk apa?" Sarah kembali menatapnya.

"Kamu mau menjadi pendengarku," jawab Sarah.

"Bukankah itu yang harus dilakukan seorang sahabat? Terkadang seseorang tidak perlu solusi atau nasihat. Mereka hanya butuh untuk didengarkan!" mulut Tari melengkung membentuk sebuah senyuman.

Pagi itu mereka habiskan di teras belakang rumah Tari. Tempat yang sama setiap kali mereka bertukar kebahagiaan atau kesedihan. Sahabat adalah orang yang akan memelukmu erat ketika dirimu dalam kesulitan. Jika kita tidak mampu merasakan kesedihan seseorang, cukuplah kita sediakan telinga untuk mendengarkan permasalahannya.ail�?�k��

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Flash FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang