"Expresso!" teriak seorang wanita, yaitu Ristretto. Menyahut, merasa terpanggil namanya. Menoleh, berhadapan dengan wanita itu.
"Apa? mau bilang terimakasih?" tanya pria yang bernama Ekspresso dengan wajah flat. Sembari menjentikkan jarinya. Sedangkan Ristretto memutar bola mata malas.
"Siapa bilang? kau pikir aku serendah itu? sampai-sampai ingin meminta maaf padamu?" pria tersebut melengos dari hadapan Ristretto. Ia tidak perduli, jika wanita yang tidak sengaja menabrak dirinya, lalu minta maaf atau tidak.
Jika dia tahu siapa nama Eksresso, itu karena dirinya memang terkenal.
Tidakkah mereka menyadari bahwa, Ristretto dan Ekspresso berselisih beda hanya sedikit.
Apa mungkin, perbedaan yang membawa mereka seperti ini?
Ristretto memutar arah hadap. Yang semula menghadap depan, dari tempat Ekspresso pergi. Menjadi membelakangi, arah dimana Ekspresso menghilang.
Sampai di cafè tempat Ristretto berjualan, ternyata pelanggan sedang sepi. Hal itu, membuat Ristretto harus memutar otak agar menemukan jalan. Supaya cafè miliknya laris kembali.
Alhasil, cafè milik Ristretto bangkrut kehabisan dana. Ristretto juga sudah menjual aset berharga dan menggunakan dana sebanyak yang ia punya. Namun, semua itu belumlah cukup untu menghidupi kehidupan Ristretto secara Royale.
Ekspresso adalah dalang dibalik semua ini. Pria itu menginginkan Ristretto menjadi wanita yang sederhana, walau kehidupan memaksa menjadi wanita royale. Tapi, bagi Ekspresso wajah Ristretto tidak cocok untuk berkehidupan mewah. Dia yakin semua akan berjalan sempurna, sesuai apa yang diinginkan.
Kaki jenjang Ristretto menapakki wilayah perkantoran milik Ekspresso. Kantor ini adalah, kantor coffè terbesar di Asia Tenggara. Orang-orang menyebut kantor mewah milik Ekspresso dengan nama Robusta. Terbilang cukup unik.
Siapa sangka Ristretto yang terkenal dengan watak keras kepala, datang menuju kantor Ekspresso demi meminjam dana sebagai suntikkan cafè miliknya. Didalam ruangan Ekspresso tersenyum senang, rencananya berhasil. Pikir pria tampan itu, Ekspresso.
Ristretto masuk kedalam ruangan pemilik kantor. Cukup kaget saat mengetahui pemilik kantor besar yang ia kenal, adalah Ekspresso. Oh, pantas saja Ristretto lupa. Jika pernah mengunjungi kantor ini sekali, waktu itu Ristretto membeli coffè disini. Kalau saja Ristretto ingat, mana mungkin wanita seperti Ristretto ingin datang memohon diberi suntikkan dana.
"Ada apa?" tanya Ekspresso ketus. Ristretto meneteskan air keringat dari pelipisnya. Hampir Ekspresso tertawa geli, jika saja ia tidak sedang bersama Ristretto.
"Bolehkah aku meminjam dana padamu?" tanya Ristretto gugup. Pasalnya, ia tidak pernah merasa serendah ini dan tunduk kepada seseorang.
"Kenapa dengan kamu?" tanya balik Ekspresso. Ristretto bingung, ia menunjukkan jari telunjuk kearah dirinya sendiri.
"Aku," pernyatan atau lebih tepat pertanyaan sekaligus oleh Ristretto. Ekspresso mengangguk pertanda 'iya'.
"Tidak kenapa-napa. Jadi, bolehkah aku meminjam uangmu?" tanya Ristretto kembali. Ekspresso mengambil sesuatu didalam laci, lalu memberikannya pada Ristretto secara kasar.
"Tanda tangan," ucap Ekspresso datar. Memalingkan pandangan dari Ristretto. Wanita itu menandatangani, tanpa membaca isi perjanjian terlebih dahulu. Hati kecil Ristretto percaya-percaya saja serta lebih memilih langsung daripada harus bertele-tele.
Seketika perkataan Ekspresso membuat jantung Ristretto hampir berhenti berdetak.
"Menikah denganku," ucap Ekspresso mantap. Menatap manik mata Ristretto lekat, sejenak mereka berdua terdiam kaku. Tidak tahu harus berkata apa, serasa mulut mereka berdua kelu diperban erat. Ristretto menghentikan keheningan yang ada, mulai mencoba mengeluarkan sepatah kalimat.
"Aku tidak mau menikah denganmu,"
"Kita berbeda,
namun seperti sama.
When the time stopped all the disappeared"-Ristretto&Ekspresso-
KAMU SEDANG MEMBACA
[LSL1/1] Ristretto
Short StoryRistretto adalah minuman yang kurang lebih, mirip dengan Expresso hanya saja meggunakan cinta yang lebih sedikit. Ristretto, wanita tak tahu diuntung juga sudah dikasihani oleh Expresso. Tanpa tanda terimakasih. Tentang hati tentu mampu berkhianat...