"Cepat, cepat! Selagi gadis itu masih tidur, ikat tangan dan mulutnya!" Seorang mafia bertopeng kain membanting pintu dengan keras dan meneriaki temannya yang tengah duduk duduk mengangkat kaki dan meminum minuman beralkohol.
"Tenang saja lah,.... Gadis lemah ini tidak akan bisa lari kemana-mana." Ujar yang ditanya santai.
"Kau tidak mengerti siapa yang kita tawan Danzo-ah!" Mafia yang baru saja masuk melepaskan topeng kainnya kasar.
"Toneri!! Kau ini selalu saja berlebihan. Tidak akan terjadi apapun dengan gadis ini! Percayalah!" Danzo masih duduk bersantai santai.
"Haish, kau ini! Bilang saja malas!" Toneri mengambil tali lalu mengikat tangan, kaki dan mulut gadis yang terkulai lemah.
"Omong-omong, bagaimana Toneri, surat tebusan sudah kau kirim?" Danzo mulai meluruskan kakinya dan berjalan ke arah Toneri.
"Tentu saja. Aku yakin Hyuga Entertainment akan langsung mengirim tebusannya kepada kita."
"Ya, tentu saja. Agency mana yang mau kehilangan gadis secantik dan seberbakat ini." Ujar Danzo sambil menyeringai lebar.
***
"Sasuke..."
"Ada apa, Naruto?" Sasuke menatap Naruto sambil tetap menatap televisi.
"Aku tidak jadi bertemu Hinata. Padahal sudah capek capek beli bunga dan menyiapkan cokelat...." Naruto menghempaskan tubuhnya ke sofa, tepat di samping Sasuke.
"serius? Jadi dari jam 7 sampai jam 10 ini kau menunggu secara sia-sia??" Sasuke menatap sahabatnya dan membulatkan matanya.
"haah..." Naruto menghela napas panjang. "Aku mencoba menghubungi ponselnya, tetapi tidak aktif. Aku telpon apartemennya tidak ada yang mengangkat..." Naruto kembali menghela napas panjang.
"Kirimlah pesan singkat. Siapa tahu dia nanti membaca. Mungkin dia sedang sibuk."
"Baiklah, Sasuke."
***
"Kou?! Apa ini?!" Hyuga Hiashi mengernyitkan dahinya sambil membaca sebuah surat di ruangannya. "Hinata? Diculik? Tidak mungkin!!" Hiashi segera berdiri dan menyuruh supir pribadinya pergi dari kantornya saat itu juga. Sebelum hal yang tak ia inginkan terjadi.
***
Sebuah gedoran pintu mengagetkan Neji yang tengah menuangkan gula ke dalam kopi. "tunggu sebentar!" Neji segera mengaduk kopi cepat cepat dan membuka pintu. "paman Hiashi! Silahkan masuk..." Neji kaget meliihat Hiashi berdiri di depannya dengan tampang cemas.
"Neji, bisakah kau panggil semua teman-temanmu ke kamarmu? Ada hal yang sangat penting untuk kuberitahukan." Hiashi menghempaskan diri di kursi ruang tamu.
"Ah, baiklah paman." Neji segera keluar kamar dan memanggil semua teman-temannya sedangkan Hiashi duduk sambil memijat pelipisnya. Memikirkan bagaimana harus memulai mengatakan hal ini.
Lalu semua nya mulai mengatur tempat duduk. Hiashi berdeham dan mulai bicara."Kalian tahu, Hinata adik sepupu Neji, telah diculik. Dan penculik itu minta tebusan sangat besar."
Semua yang ada di ruangan itu terdiam. Semuanya menahan napas. Tidak ada yang berani bicara sampai Hiashi kembali membuka mulut.
"Kalian tahu berapa tebusan yang harus kami bayar? Seharga membeli 10 mobil sport maybach exelero!"
"Aku akan membayarnya paman Hiashi. Asal Hinata kembali dengan selamat."
"Demi orang lain, kau mau mengorbankan milyaran rupiah, Naruto?" Hiashi tetap berkata sambil mengatur wibawanya.