Di taman perumahan yang tampak sepi, terlihat seorang gadis sedang duduk di ayunan sambil menggenggam sebuah gelang yang dihiasi dengan mainan berbentuk ceri. Gadis itu terlihat sedih, tetapi seketika dia tersenyum. Dia Ravlena Adara Calie, gadis berusia 16 tahun dengan paras cantik dan mata yang bersinar indah. ayunan adalah kebahagiannya, menurut pemikirannya menaiki ayunan seperti akan terbang ke angkasa. Dulu setiap dia sedih atau bahagia ayunanlah tempat tujuannya dan juga tidak pernah sekalipun dia datang ke taman sendirian, tetapi selalu ada teman yang menemaninya kapanpun dia butuh.9 tahun yang lalu, saat dua orang anak berada di taman sekitar rumah mereka.
"nana, kamu lagi sedih ya?" seorang anak laki-laki bertanya setelah menghentikan ayunannya.
"enggak kok mar, nana Cuma lagi mikir tentang sesuatu aja".
Anak laki-laki itu bernama Alvian Marcello Elfreda, sahabat ravlena sejak mereka berusia 5 thn, waktu itu keluarga Ravlena baru pindah di kompleks perumahan ini, dan mereka bertetangga walau terpisah jarak satu rumah, dan disitu marcel selalu ingin menjadi teman nana, mengingat di kompleks itu belum ada anak seusianya dan setelah bertemu nana, marcel bahagia. Bahkan dia memanggil ravlena dengan sebutan nana.
"emang nana lagi mikirin apa?" tanya marcel pelan.
"nana lagi mikir apa mama sama papa gak bisa luangin waktu buat main sama nana?" tanya gadis kecil itu dengan raut wajah yang terlihat begitu sedih.
" kan mereka cari uang buat nana, gimana kalau nana main kerumah marcel?" ajak marcel dengan bahagia.
"hmm..boleh deh nana kangen bunda marcel" nana beranjak dari ayunannya lalu berlari kearah rumah marcel dengan penuh semangat.
"nana hati-hati nantik kamu jatuh" teriakan marcel yang tampak tidak diperdulikan oleh ravlena.
Sebenarnya ravlena mendengar teriakan marcel, tetapi dia begitu semangat untuk mengunjungi rumah marcel, karna bunda marcel selalu membuatkannya cemilan serta ravlena bisa merasakan kasih sayang bunda marcel kepadanya.
"bundaaa.. nana datang" teriakan nana sambil berlari masuk dan membuat bunda marcel terkejut.
"eh ada nana, bunda kaget denger kamu teriak sayang, lain kali kalau masuk jangan teriak lagi ya" ujar bunda sambil mengacak rambut nana.
"sipsip oke bunda..hehe"
Bunda marcel tersenyum melihat tingkah ravlena, meski sudah diperingati berkali-kali nana akan selalu mengulangi tingkahnya itu saat memasuki rumah keluarga Elfreda ini.
Seketika pintu utama terbuka dan terlihat marcel yang terlihat kelelahan.
"nana..kan udah aku bilang jangan lari-lari, aku kan jadi capek ngejarnya" jelas marcel yang masih terlihat mengatur nafas nya yang terpenggah- penggah.
"nana kan gak pernah nyuruh marcel ngejar nana, jadi itu salah marcel dong" jawab ravlena jail sambil menjulurkan lidah.
"kalau gitu aku gak bakal mau ngundang nana lagi main kerumah marcel" ujar marcel bergurau.
"iyadeh nana janji bakal dengerin marcel" nana menjawab dengan memanyunkan bibirnya
"nah gitu dong, janji ya na?" tanya marcel dan menyodorkan jari kelingking tempat di depan muka nana.
"janji" lalu nana pun membalas jari kelingking marcel.
Bunda marcel selalu tersenyum melihat tingkah mereka berdua, apalagi nana. Bagaimana bisa anak yang selalu sedih tampak begitu ceria, mengingat orang tuanya selalu sibuk bekerja tanpa ada waktu untuknya.
"nana..marcel ini bunda udah siapin kue kesukaan kalian, bunda mau ke kamar sebentar jadi bunda tinggalin di meja makan ya"
"ingat jangan rebutan kayak kemarin" peringatan dari bunda
"oke bunda" teriak keduanya.
Keduanya tampak bahagia, kebahagiaan inilah yang diinginkan revlena, makan bersama serta bercanda tawa dengan keluarganya, tapi itu terlihat mustahil baginya.
2 minggu kemudian...
Marcel dan Ravlena sedang ada ditaman, mereka menghabiskan waktu seharian untuk bermain.
"nana..ada yang mau marcel kasih tau sama nana" terlihat keraguan dengan kata yang ingin diucapkannya.
"marcel mau kasih tau nana apa?" terlihat sorot mata penasaran di mata ravlena
"marcel bakal pindah na, ayah pindah kerja keluar kota jadinya marcel sama bunda harus ikut pindah sama ayah".
"kalau marcel pindah, nana bakal sendiri dong ya"
Marcel dan Ravlena terdiam satu sama lain.
"marcel janji kok sama nana, kalau marcel bakal balik lagi ke sini. Saat marcel udah besar nantik kita bakal ketemu lagi disini" marcel membuka suara dan mengeluarkan barang dari saku celananya.
"ini untuk nana, kalau udah besar nantik marcel jadi sulit ngenalin wajah nana jadi ini dipake terus ya na" lalu marcel meraih tangan nana dan memasangkan ke pergelangan tangan nana.
Nana tersenyum samar. "iya marcel benar siapa tau nana makin cantik yakan"
"nana gak sedih?"
Nana menggeleng. "nana gak sedih kok tapi nana bakal kangen sama marcel, jadi marcel tepatin janji nya ya, nana bakal selalu gunain gelang ini terus kok"
"beneran?, oke marcel janji"
Nana tersenyum dan marcello pun ikut tersenyum, marcel pikir nana tidak akan mau lagi berbicara dengannya setelah mendengar kabar darinya.
Akhirnya mereka pun pulang kerumah masing-masing. Perasaan Marcel begitu lega setelah mengatakan kepada nana, tetapi tanpa marcel tau, nana menangis dalam diam di kamarnya. Dia akan kehilangan seorang sahabat yang begitu dia sayang, bagi ravlena hanya marcel lah yang mengerti tentangnya dan tidak ada lagi yang akan menemaninya dikala senang dan sedih. Dan saat itu juga, ayunan itu seperti tak berpenghuni lagi. Semua tampak sepi, tidak adalagi dua anak kecil yang selalu berlari dan tertawa di taman itu. Mungkin bagi orang-orang di kompleks itu mereka adalah jantung taman itu. Karna hanya mereka berdua yang bisa membuat taman itu tampak hidup.
Dan apakah janji itu akan terpenuhi?
*Flashback off*
Setelah 2 jam duduk di ayunan itu, Ravlena segera berdiri dan berjalan menuju arah mobil, ravlena sudah pindah 4 tahun yang lalu dari kompleks perumahan itu, itulah permintaanya kepada kedua orangtua nya. Dia tidak ingin selalu sedih saat melihat taman dan juga rumah marcel yang sekarang sudah ditempati oleh pemilik baru.
Hay..
Ini cerita pertama aku, jadi maaf ya kalau ada kata" yang kurang jelas dan sulit dimengerti^^. Semoga klian suka sama ceritanya..