Beberapa bulan kemudian.
Hari pernikahanku dengan Sarida-pun tiba. Setiap prosesi dan adat pernikahan kami lakukan dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Mulai dari ijab qobul, ramah tamah dan resepsi perkawinan kami jalani dengan rasa suka dan senang hati.
''Selamat ya, Bro!'' ujar salah satu temanku sambil menyalami tanganku dan memberikan amplop.
''Terima kasih, Sob!'' balasku, ''silahkan nikmati sajian hidangannya!'' lanjutku seraya memberikan pengarahan untuk menikmati hidangan makan malamnya yang sudah disediakan di meja prasmanan.
''Semoga jadi keluarga yang samara, ya!'' timpal temanku yang lain.
''Aamiin!'' balasku dengan senyuman terbaikku.
Ucapan selamat dan doa terus mengalir dari kerabat dan handai taulan, hingga acara ini berada di penghujung malam.
Para tamu berangsur-angsur membubarkan diri, hingga tersisa sanak saudara dan kerabat dekatku saja yang masih betah meramaikan malam perkawinanku. Mereka sedang asik mengobrol sambil menghabiskan sisa-sisa santapan malamnya. Beberapa temanku juga masih setia mendampingi aku di sudut ruangan, mereka bercengkrama dengan menyulut sebatang rokok dan secangkir kopi yang tersaji di hadapan mereka. Di antara mereka nampak ada Geo yang duduk agak menjauh dari rombongan. Matanya nanar memandang bintang-bintang yang tersebar di langit malam yang gelap, mulutnya terkatup dengan sesekali menghembuskan asap rokok yang terlihat mengepul dan bertebaran di udara.
''Mas ...'' Tangan Sarida menyentuh pundakku. Aku mendongak ke arah wanita yang sudah menjadi istriku ini, "aku sudah lelah dan mengantuk... aku masuk dulu ya, ke kamar,'' ujar Sarida pelan, aku hanya mengangguk, lalu perempuan yang masih berdandan pengantin ini berjingkat menuju kamarnya yang telah di-setting menjadi kamar pengantin yang penuh dengan hiasan kain dan bunga-bunga yang elok.
Aku menghela nafas sebentar, kemudian berjalan menghampiri Geo yang masih duduk sendirian.
''Geo ...'' sapaku pada pemuda tampan itu, Geo menoreh ke arahku.
''Tirta ...'' balasnya seraya mematikan puntung rokoknya, lalu dia memasang wajah yang girang di hadapanku.
''Kenapa kamu ke sini... harusnya kamu berada di kamar pengantin,'' lanjutnya.
''Aku ingin menemanimu, Geo ...'' Aku duduk di samping Geo.
''Ah... tidak usah, Tirta... aku baik-baik saja ...'' tukas Geo. Aku lihat pria ini berusaha untuk bersikap tegar.
''Aku tidak yakin kamu baik-baik saja ....''
''Hmmm... lihatlah wajahku... aku sangat bahagia ....'' Geo meringis dan menunjukan wajah cerianya, ''sudahlah... sebaiknya kamu laksanakan tugas malam pertamamu dengan istri sah kamu ...'' lanjutnya dengan nada yang terdengar riang, dia memang nampak lebih tegar dari yang aku kira.
''Kamu tidak usah memikirkan aku, Tirta... Aku sudah ikhlas, aku juga sudah sangat rela kamu menikah dengan seorang wanita dan menjadi seorang suami ...'' ungkap Geo dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin dan terlihat kuat.
''Baiklah... aku juga sudah sangat lelah ... aku mau istirahat... Geo ... aku tahu kamu juga terlihat capek... aku harap kamu juga beristirahat ....''
''Iya!'' Geo mengangguk pelan.
Aku perlahan membalikan tubuhku dan berjalan menjauhi Geo.
''Tirta ...'' Geo menahan langkahku.
Aku menghentikan langkahku dan mendongak ke arahnya.
''Semangat!'' Geo mengepal tangannya dan memberikan tanda dukungan kepadaku, aku hanya menganggukan kepala dan tersenyum simpul melihat ulah Geo yang sedikit naif itu.
Aku melanjutkan langkahku dan bergerak menuju kamar pengantinku, aku tak tahu lagi bagaimana perasaan Geo setelah kepergianku, aku hanya melihat dia dari kejauhan, dia masih terbengong dengan mata yang berkaca-kaca.
''Mas Tirta ...'' Suara Sarida mengalihkan pandanganku, aku melihat istriku sudah berbaring di atas ranjang. Badannya terbujur lemas dengan pakaian sedikit terbuka. ''Aku sudah terlalu lelah, Mas ... Jadi malam ini kita tunda dulu, ya ...'' ujarnya lembut.
Aku cuma tersenyum dan manggut-manggut, lalu aku berjalan mendekati Sarida dan mengecup keningnya.
''Tidurlah, Sayang ... dan bermimpi indahlah ... aku akan menjagamu,'' ucapku seraya mengusap rambutnya yang tergerai. Sarida nampak tersenyum, lalu perlahan memejamkan matanya. Beberapa menit kemudian dia terlelap tidur. Aku memandangi wajah ayu Sarida dengan seksama, ada rona kebahagiaan di setiap garis parasnya yang molek. Dialah wanita pilihanku... wanita yang akan membawaku pada masa depan yang lebih indah... walaupun aku tahu di dalam hatiku masih ada cinta buat Geo... Cinta terlarang yang sebenarnya ingin aku buang... Namun sayangnya aku tidak bisa... Cintaku pada Geo tak bisa tergantikan... Geo ... Aku saYang, kamu!
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Geo ... Aku saYang
RomanceUntuk 17++ ''Geo ... aku akan menikah,'' ujar Tirta. Geo meringis mendengar pernyataan Tirta. ''Jangan bercanda, Tirta ... Kita tidak mungkin bisa menikah!'' ''Aku tidak menikah dengan kamu, Geo ... tapi dengan seorang wanita.'' ''Apa!'' Geo terbeng...