Untitled Part 1

92 2 0
                                    

Hari ini malam Minggu, semua orang menghabiskan waktu dengan gembira dan terutama dengan pasangannya masing-masing. Semua manusia itu memenuhi mal, restoran, kafe, taman ria, dan sebagainya. Hampir semua orang bahagia. Namun ada satu orang yang merasa terkutuk. Orang itu adalah Prussian Ecclesia. Wanita itu merasa sangat sial malam ini. Sebenarnya bukan hanya malam ini, dia sudah merasa sial semenjak tiga tahun lalu. Tahun ketika dia dikhianati kekasihnya, Victorious Samuel. Dan parahnya, laki-laki itu bermain api di belakangnya bersama sahabatnya sendiri, Carnation Lee. Bahkan, dia tidak tahu harus menjuluki Carnation apa. Apakah itu mantan sahabat atau musuh?

Ah, lupakan semua kejadian sialan itu. Sudah tiga tahun aku berkutat dengan mereka berdua.

Sial kau, Victor, kau pakai sihir apa padaku sampai aku susah melupakanmu???!!!

Prussian menjambak rambut brunette-nya dengan frustrasi. Malam ini ketika tidak sedang sibuk, dia teringat kembali akan Victor. Padahal sudah beberapa waktu dia merasa senang karena bisa move on, nyatanya itu hanya sementara. Begitu dia menerima surat undangan pernikahan dari kedua mantan (pacar dan sahabat)nya kemarin, dia bagaikan kembali sakit hati. Bagaikan luka lamanya dibuka kembali, tidak hanya dibuka, namun ditaburi dengan garam dan ditambahi dengan jeruk nipis. PERIH.

Akibat semua itu, sampailah Prussian di sini, di tempat ini, bar di pinggir kota yang cukup sepi. Ia sengaja meninggalkan dompet dan ponselnya di rumah, dan hanya menyelipkan beberapa lembar uang di saku mantelnya. Dia sudah tidak peduli lagi, kalau dia mati malam ini, bahkan jenazahnya dibuang keluar dan dilempar ke laut. Atau dicincang menjadi makanan babi, toh ia sudah merasa mati semenjak itu. Sejak hatinya dibawa separuh oleh Victor dan Prussian tidak dapat menyembuhkannya sendiri.

"Pak, saya mau pesan satu botol yang kecil saja. Terserah yang merek apa." Prussian mengangkat tangannya pada bartender, kebetulan dia duduk di depan bartender langsung. Bartender tersebut hanya mengacungkan jempolnya.

Begitu pesanannya tiba di hadapan Prussian, gadis itu langsung membuka botolnya dan minum satu gelas kecil. Satu gelas tidak terlalu berpengaruh, ia hanya masih merasa tenggorokannya panas.

Suara petikan gitar yang sangat lembut terdengar tiba-tiba. Melodi yang sangat indah itu menggelitik telinga Prussian hingga perempuan itu berbalik dan duduk menghadap seorang pria yang sedang tampil di depan. Berhubung bar ini tidak terlalu besar, Prussian dapat melihat wajah si pemain gitar itu dengan jelas. Pria itu berambut cokelat namun lebih gelap dari rambutnya, wajahnya cerah, dan dia berkacamata. Pria itu terlalu imut dan bercahaya untuk berada di bar yang suram ini. Namun, Prussian bersyukur, dia dapat melihat wajah pria yang indah itu saat ini. Wajah orang itu yang adem dan karakternya yang terlihat halus membuat Prussian merasa lebih baik, meski hanya sebentar.

Ternyata pria itu tidak hanya bermain gitar, dia juga bernyanyi. Suara pria itu sangat merdu. Kemudian lelaki itu mengangkat kepalanya menatap semua pengunjung bar. Tatapan matanya sangat lembut dan teduh. Dari hal itu saja, Prussian tahu bahwa orang yang sedang tampil itu sangat baik namun dia juga menyembunyikan raut kesedihannya atau bahkan dia juga patah hati(?). Kemudian pandangan mata keduanya bertemu. Tanpa sadar airmata Prussian jatuh.

Is it true? Is it true?
You You
neomu areumdawo duryeowo
Untrue Untrue
You You You

gyeote meomulleojullae
naege yaksokhaejullae
son daemyeon naragalkka buseojilkka
geobna geobna geobna

siganeul meomchullae
i sungani jinamyeon
eobseotdeon iri doelkka neol irheulkka
geobna geobna geobna

Butterfly, like a Butterfly
machi Butterfly, bu butterfly cheoreom
Butterfly, like a butterfly
machi Butterfly, bu butterfly cheoreom

The Beautiful Man (FlashFanFiction)Where stories live. Discover now