"Eh lo diem aja deh, kata kak Sello juga kalo cinta tuh diperjuangin. Emangnya lo, punya cewek juga enggak jadinya cuma banyak omong doang," -Monic
{***}
John memasuki ruang rawat Monic. Tidak hanya membawa dirinya, John juga membawa kantong kresek berwarna putih yang berisi makanan untuk dirinya dan Monic.
Hari ini tepat hari ke lima Monic berada dirumah sakit.
Monic yang tadinya sedang bermain dengan ponselnya, menolehkan kepalanya ke arah pintu. John segera tersenyum hangat ke arah Monic.
Astaga, lo diem gitu aja cantik ya. Duh, deg-degan gini gue jadinya, batin John.
Monic membalas senyum John tipis. John segera masuk kedalam dan menaruh bawaannya pada nakas disebelah ranjang Monic.
"John, gue ngerepotin ya? Lo pulang aja gak apa-apa, kasian gue sama lo yang harus nungguin gue gini," lirih Monic.
Yang dipanggil malah terdiam dan memandang tajam ke arah Monic, "Eh lo jangan sok-sok merendah gitu deh, gak cocok tau. Lagian gue disini juga kemauan gue sendiri, itung-itung ucapan terima kasih gue."
Monic mengernyit, "Terima kasih buat?"
John yang baru duduk pun berdecak kesal, "Lo amnesia? Abang lo 'kan udah jadian sama kakak gue. Ya gue mengucapkan terima kasih, kakak gue jadi gak galau mulu."
Mendengar hal itu Monic langsung mengangguk pelan. Selanjutnya Monic kembali sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang ia lakukan.
John yang memperhatikan itu pun tersenyum kecil. Setidaknya Monic sudah seperti dulu lagi. Ya, meskipun belum total, tapi menurut John sudah cukup seperti ini.
Setelah puas memandang Monic, John menolehkan kepalanya kearah balkon rumah sakit. Mari kita jelaskan terlebih dahulu. Monic dirawat dirumah sakit yang ayahnya kelola. Jadi, Monic dirawat diruang VVIP. Dan hanya diruang rawat Monic terdapat balkon.
Diluar sedang hujan. Kata orang, kalau kita melihat hujan rasanya menjadi tenang dan damai. Apalagi bisa mencium bau petrikor. Hati menjadi adem.
"Mon, diluar ujan tuh. Gak ada niatan buat keluar?"
Monic yang tadinya sedang sibuk bermain games kesayangannya langsung memandang John dengan aneh.
"Lo gila? Gue lagi sakit gini disuruh keluar pas ujan. Sinting ya lo, otak lo pindah ke dengkul?" sinis Monic.
Mendengus kesal, John memutar kedua matanya, "Maksud gue lo berdiri dibalkon gitu, terus nyium bau petrikor. Biar tenang."
"Makanya kalo ngomong tuh yang jelas. Jangan setengah-setengah." Monic menaruh ponselnya dan segera beranjak dari ranjang yang ia gunakan sejak lima hari lalu.
Sekitar beberapa menit, Monic duduk dipinggir ranjang. Maksudnya adalah ia mengumpulkan sedikit nyawanya terlebih dahulu. Biar nanti kalau ia berdiri tidak pusing.
Melihat hal itu, John sedikit tersenyum dan merogoh saku kantongnya. Ia memotret Monic dan sedikit mengeditnya.
Dan Monic sudah berjalan sendiri ke arah balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monic & Memories✔
Teen Fiction"And then, a happily ever after that just a bullshit." Start; 5 Desember 2016 End; 14 Juli 2017 [Baca aja, siapa tau suka]