Happy Reading ^^
_***_
Sera tak akan berhenti menggenggam tangan Jimin hingga ia bisa kembali tenang setelah terhenyak dari mimpi buruknya. Kejadian malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Sera terbangun di tengah malam dengan napas yang tersengal dan keringat dingin yang mengucur deras.
"Jii... Jiii... min." Suara Sera terbata bata memanggil Jimin. Tangannya meraba-raba telapak tangan Jimin, mencari posisi paling pas untuk sela jari jemari mereka untuk bertautan.
"Aku di sini sayang." Jimin meraih pinggang Sera untuk menariknya dalam dekapan Jimin.
"Jangan takut, aku di sini, hmm..." ujar Jimin begitu lembut. Namun tak ada reaksi apapun dari Sera.
Tak biasanya Sera mengabaikan Jimin. Dia bisa langsung tenang jika berada dalam pelukan Jimin, tapi saat ini dia begitu ketakutan. Hingga kata-kata dan sentuhan Jimin tak mempan untuk menenangkannya.
"Sera sayang." Jimin berkata dengan menarik wajah Sera untuk menghadapnya.
"Apa mimpimu sangat menakutkan hmm?" tanya Jimin cemas. Walau tak ada jawaban dari Sera tapi Jimin bisa memastikan mimpi Sera malam ini lebih menakutkan dari mimpi sebelumnya. Terlihat dari tetes keringat di pelipis Sera yang mengalir begitu deras.
"Ceritakan padaku, apa yang sudah kau lihat?" Pinta Jimin.
Sera tak bergeming, dia hanya menggigit bibir bawahnya sebagai proteksi menahan air matanya keluar. Tapi air matanya tidak bisa tertahan tatkala Jimin mulai menyingkirkan helai rambutnya serta mengelap keringat di pelipis Sera.
"Jii...Jiim..." dalam desak tangisnya Sera masih berusaha memanggil pria terkasihnya.
"Apa yang terjadi padaku?" Tangis Sera tambah menjadi.
Sejak Sera siuman dari masa-masa krisis pasca kecelakaan, ia menjadi sangat sensitif. Tidak hanya tentang mimpi buruknya tapi juga dengan orang di sekitarnya. Salah satunya yaitu Daisy sahabatnya.
Sera selalu merasa ganjil dengan perkataan Daisy. Seperti penjelasan tentang kronologi kecelakaannya yang menyebabkan Sera harus gegar otak ringan. Mana mungkin gegar otak ringan membuatnya tidak sadarkan diri hampir dua minggu. Tidak hanya itu, tiap Sera coba menceritakan pada Daisy tentang mimpi buruknya. Ia selalu berkata itu hanya bunga tidur. Tapi janggal jika si bunga tidur itu selalu datang tiap malam bahkan membuat Sera takut memejamkan mata.
"Apa mimpi buruk ini ada hubungannya dengan kecelakaanku?" Sera selalu bertanya itu pada Daisy dan jawabannya selalu sama.
"Tentu saja tidak."
Setelah itu Daisy akan berlalu dan meninggalkan Sera seorang diri. Sera benci diacuhkan, dia butuh jawaban dan kepastian untuk ketenangan hatinya. Ia tidak bisa diam jika hatinya terus diburu.
Jimin, laki-laki itu yang bisa memberikannya ketenangan. Namun, ketika Sera meminta Daisy untuk mengantarkannya bertemu Jimin atau menghubungi laki-laki itu, Daisy akan membentak.
"Jimin sedang sibuk dengan pekerjaannya. Dia tidak bisa bertemu denganmu. Lagipula keadaanmu belum membaik, istirahat saja di rumah."
Sera tak tahu harus percaya dengan perkataan itu atau tidak. Masalahnya dia tahu Jimin, mereka sudah menjalin hubungan hampir lima tahun dan sebentar lagi mereka akan menikah. Tak sekalipun Jimin mengesampingkan Sera dengan pekerjaannya. Sesibuk apapun Jimin, pasti akan menyempatkan untuk bertemu. Sekarang, Jimin seolah menghilang. Dia tidak menjenguk Sera dan tidak mengabari Sera keberadaannya.
Prasangka buruk itu datang. Jimin selingkuh. Air mata Sera langsung menetes membayangkan Jimin bersama wanita lain. Saling berpegangan tangan, bertatapan penuh cinta lalu berpelukan. Tapi prasangka itu langsung terpatahkan ketika Jimin menyelinap masuk ke dalam kamar Sera.
YOU ARE READING
Memory
FanfictionDia bukan sekedar kepingan memori.. Dia suamiku, Park Jimin.. Namanya selalu aku sebut dalam doaku.. Cast: -Park Jimin -Sera Genre: sad romance, mariage life Cover by genius_lab