1 Penantian

17 0 0
                                    

“ Penantian belahan jiwa adalah kesabaran yang bahkan godaan lebih berat dari bongkahan batu yang sangat berat “

Sayup- sayup kudengar suara adzan subuh, kulangkahkan kaki ke kamar mandi mengambil wudlu, kugelar sajadah, menunaikan kewajibanku kepada sang khalik.

Aku mendengar dentingan antara gelas dan sendok dari dapur, aku tersenyum
" pasti ayah" gumamku

"Selamat pagi yah" sapaku

"Pagi juga nak"

"Azril kan sudah bilang yah, biar yoga aja yang buatkan ayah kopi"

"Ayah masih bisa ril, oya ril, kemarin teman ayah datang kemari, dia sudah punya 3 cucu lho"

Azril terasa tercekat, kopi yang ia teguk tersendat di tenggorokan

"Kapan ya ril ayah punya cucu? Ayah merindukan anak kecil dirumah ini ril, sudah lama sekali rumah ini sepi" tatapanya menerawang keluar

"Sabar yah, azril masih menunggu jodoh, doakan saja ya yah, azril cepat dapat jodoh"

"Iya, tapi sampai kapan ril? Ayah sudah semakin tua" kecewa tersirat diwajahnya

"Mh, yah azril mau siap-siap berangkat dulu ya, takut telat hari ini ada upacara" yoga menuju kamar meninggalkan ayahnya yang kecewa

Dikamar, segera ia masukan lembar demi lembar rekap nilai yang baru semalam selesai ia kerjakan, dipakainya seragam abu-abu khas guru, sepatu fantofel, ia rapikan rambutnya dengan sedikit pomade, sehingga wajahnya terlihat fress

"Yah, azril berangkat dulu, Assalamualaikum"
Yoga mencium tangan ayahnya

"Waalaikumsalam"

*****
"Tumben mbak Naya jam segini belum berangkat?" tanya ibu-ibu saat belanja di tukang sayur

"Iya bu, saya hari ini ada urusan ke bank, jadinya dapat dispensasi masuk siang" jawab naya sambil tersenyum

"Ohh,, oia mbak naya, besok sore ada acara?" timpal salah satu ibu

"Insyaallah tidak ada bu, kenapa?"

"Ini, saya mau ngundang mbak naya, sama ibu wati juga kerumah saya, besok saya ada syukuran"

"Wah,, terimakasih bu, memangnya ada acara apa bu?"

"Mhhh,,, mhh,, itu mbak anak saya kemarin dilamar sama pacarnya, jadi besok acara pertunanganya dirumah mbak"

Wajah naya langsung pucat, namun ia berusaha menutupinya dengan senyum, meskipun tipis ia paksakan agar tidak terlihat gugup

"Iya bu, insyaallah saya usahakan datang, oia sudah bang tolong ditotal ya" sambungnya

"Semuanya 35.000 mbak"

"Ini bang, terimakasih ya bang"

"Sama sama mbak"

Ibu ibu itu, menatap punggung naya sampai naya masuk kerumah,

"Kasiyan ya Naya, umur udah cukup, tapi gag nikah nikah, sampek kelewat lho sama anak saya"

"Dianya pilih pilih kali bu"

Mengendikan bahu "entahlah saya tetangganya aja gag pernah liat Naya punya pacar, dianter pulang kek, diapelin kek"

"Bu,,, jangan malah di gosipin, kasiyan tau bu," tegur tukang sayur

Sesampainya naya dirumah
"Naya kenapa wajahnya lesu?" tanya bu Wati

"Itu bu, anak tetangga sudah ada yang mau nikah lagi"

"Siapa?"

"Dita bu, anaknya bu Lila?"

"Oh, yang baru lulus kuliah itu?"

Naya mengangguk lalu membenamkan wajahnya pada lipatan tangan diatas meja
Wati mengelus kepala naya yang tertutup hijab,

"Ibu ngerti perasaan kamu, sabar ya"

Tubuh naya terguncang, dia terisak, lalu mengangkat wajahnya

"Kenapa bu, aku gag minta yang macem macem bu sama Allah, aku gak minta yang tampan, aku gak minta yang kaya, jikapun duda aku terima bu, yang penting dia bisa menjaga imanya, itupun sudah cukup bu" ucap naya pelan sambil terisak

"Sabar ya,, mungkin masih belum waktunya" tidak ada yang bisa wati ucapkan lagi. Diapun ikut pilu dengan perasaan naya saat ini

TBC.
Update bagian 1 readers,
Sandra nya kemana? Kog belum muncul? Sabar dulu ya, emang sandra masih belum waktunya muncul. Maaf kalo masih ngambang.

Bukan (Salah) CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang