Canggung. Begitulah rasanya. Diruangan shani, benar benar canggung. Vino. Yang notabennya mantan shani sekarang berada di hadapan shani. Dan yang lebih mengejutkannya lagi, vino adalah sepupu tersayang gracia. Dunia memang sempit.Gracia berdehem, menatap shani maupun vino datar. Tangannya terkepal, gracia sudah mendengar semuanya dari vino karena sedari tadi shani menundukan kepalanya.
"Jadi kamu mantan vino" bukan sebuah pertanyaan, justru lebih menuju pernyataan. Gracia menggertakkan giginya.
"Dan lo yang udah sakitin shani" gracia menatap vino, sedangkan yang ditatap hanya menutup mulut. Gracia benar benar kecewa sekarang.
"Kalian bisa ngobrol, gue keluar"
"Gausah, bukannya lo yang mau ngobrol sama shani?" gracia menahan vino, kemudian bangkit.
"Gre... " gracia hanya melirik shani sedikit, kemudian menghela nafasnya kasar. Dan tinggalah shani dan vino dikamar itu.
"Dir... "
"Mau apa lagi?"
"Aku cuma mau jelasin apa yang harus aku jelasin"
---
Gracia berjalan gontai menuju toilet. Dirinya berdiam diri didepan cermin. Tangannya kembali mengepal kuat.
"Kenapa... "
"Kenapa kamu harus mantan vino"
"Kenapa shan... "
"Kenapa?" perlahan tubuh gracia jatuh kebawah, lututnya ia tekuk menutupi wajah cantiknya. Menangis dalam diam. Mungkin gracia membutuhkan itu.
Setelah gracia mencuci wajahnya, ia kembali ke kamar shani. Dan sialnya, vino benar benar membuat emosi gracia memuncak. Vino memeluk shani. Gracia membanting pintu, membuat vino maupun shani terlonjak.
"Gracia!"
"Dirr, mau kemana?!"
"Jangan sentuh aku lagi. Gracia!" shani berlari mengejar gracia. Sedikit kesulitan karena shani masih merasa kakinya lemas dan kepalanya berdenyut. Namun shani tidak memperdulikan itu, ia tetap mengejar gracia.
Shani berlari mencari gracia, namun sayang sepertinya gracia tidak ada di sekitar rumah sakit. Shani menyerah, denyutan di kepalanya semakin menjadi jadi. Ia memegang dinding untuk menopang tubuhnya, tibatiba ada sebuah tangan menggapai pinggang shani.
"Dirr... " shani menoleh, melihat vino sedang menahan tubuhnya kuat kuat. Kepala shani serasa berputar, ia menggumamkan nama gracia
"Gracia... " keseimbangan tubuh shani menghilang seiring dengan pandangannya yang mengabur.
---
Yang gracia butuhkan skarang hanyalah ketenangan. Ia melangkahkan kakinya ke Taman belakang rumah sakit. Kemudian ia menemukan sebuah bangku kosong. Tanpa babibu ia duduk disitu dan mendongakkan kepalanya ke langit sambil memejamkan matanya.
"Gracia?" jantung gracia berhenti berdetak selama beberapa sekon. Suara ini. Suara yang gracia rindukan selama beberapa tahun belakang
"Ini bener gracia?" gracia membuka matanya dan benar saja.
"Gracia! Aku kangen kamu gre!" seseorang itu memeluk gracia erat, gracia mengerjabkan matanya
"O-okta?"
Okta. Ayu safira oktaviani. Teman masa kecil gracia. Teman yang meninggalkan gracia karena gracia menyukainya. Dan sekarang okta kembali. Layaknya tidak terjadi apa apa.
"Apa kabar gre?"
"Aku baik" okta tersenyum
"Lagi ngapain disini?"
"Diem aja"
Okta tertawa hambar "Yah, gracia sekarang berubah ya. Gak cerewet dan ngeselin kek dulu" okta menundukan kepalanya, gracia menelan ludahnya susah payah. Ingin rasanya memeluk okta saat itu juga. Namun ia sadar, itu hanyalah membuat luka dihatinya kembali terbuka.
"Kalo gaada urusan lagi, aku duluan" saat gracia melangkahkan kakinya, sepasang tangan menarik badannya dan memeluk gracia
"Gre, ota kangen kamu. Ota nyesel pergi ninggalin gre waktu dulu" okta menangis dibahu gracia
"Ota baru sadar, ota juga sayang sama gracia. Ota gabisa hidup tanpa gracia" gracia benar benar tidak tahu harus bagaimana. Akhirnya ia membalas pelukan okta, hanya untuk menenangkan. Tidak lebih
"Gre, ta?" gracia maupun okta menoleh dan menemukan vino yang menatap keduanya dengan alis bertaut.
"Kak vino?! Okta kangen kak vino!!" okta melepas pelukan gracia kemudian memeluk vino.
Sudah bukan hal aneh okta dekat dengan vino. Bagaimanapun juga, dulu okta dekat dengan gracia. Otomatis juga dengan keluarga gracia.
Vino mengelus punggung okta. Ia melepaskan pelukannya dan mengacak-acak rambut okta
"Wah okta! Kamu udah besar aja" okta terkekeh
"Kak vino juga, makin ganteng" goda okta, vino tertawa lalu mencubit pipi okta. Pandangan vino beralih pada gracia yang sedang menatapnya juga. Tatapan mereka bertemu selama beberapa detik sebelum gracia mengalihkan pandangannya.
"Shani pingsan" gracia menoleh cepat, raut wajahnya seketika berubah panik. Kemudian ia berlari menuju ruangan shani, tapi sebelumnya vino membisikan sesuatu ke telinga gracia
"Shania gracia, sendirian lagi... "
---
Gracia menatap tangan shani yang berada di genggamannya sekarang. Ia mengusap kasar airmatanya, lalu mengelus pipi shani.
Gracia berdiri dari duduknya, ia menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi kening shani dan mengecup kening itu lama. Gracia menjauhkan wajahnya dan menatap wajah shani lagi.
Gracia bingung, kesal, marah, kecewa. Ia tidak tau apa yang harus ia lakukan setelah ini. Tetap mempertahankan shani, atau melepaskan shani dan membiarkan sepupu tersayangnya membahagiakan shani layaknya wanita normal diluar sana. Gracia tidak ingin menghancurkan masa depan shani, dengan hubungan yang tabu ini. Gracia mencintai shani, sangat bahkan. Saking mencintainya, gracia tidak ingin membuat masa depan shani menjadi tidak jelas.
Gracia tidak ingin egois, ia tidak bisa membayangkan jika shani tetap bersamanya. Impian yang shani damba dambakan, yang shani selalu ceritakan kepada gracia, impian bahwa shani ingin sekali menggendong seorang bayi mungil nan lucu, impian bahwa shani ingin memiliki anak sebanyak banyaknya. Gracia tidak bisa menghancurkan impian shani.
Air mata gracia kembali menetes, kali ini bukan satu atau dua tetes. Gracia menangis dengan air mata yang dengan kurang ajarnya turun dalam jumlah banyak. Sampai membuat pipinya basah.
Dan kedatangan okta pun selaku teman lama yang beralih menjadi Cinta pertama gracia, semakin membuat hati gracia bimbang. Pernah dengar? Cinta pertama sulit dilupakan? Kalau kalian menganggap itu mitos, kalian salah. Dengan jelas, gracia tidak pernah bisa melupakan Cinta pertamanya. Bahkan setelah ia menemukan shani.
Apa ini waktunya gracia melepaskan shani?
Apa ini waktunya gracia membiarkan shani bahagia bersama orang lain?
Apa ini waktunya gracia untuk, berhenti berjuang?
Apa ini waktunya gracia, kembali menjadi sosok yang dingin dan tak tersentuh?
.
.
.
Tbc guys 😂
Oke aku minta maaf kalo konfliknya gak jelas dan sebagainya:" aku gak pandai bikin cerita. Mohon bantuannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dingin | Shania Gracia, Shani Indira
Fanfic"dia dingin, tapi aku suka" -shani ©ketgils, 2k17