Prolog
" Mama.. mama..," lamunanku buyar ketika putraku tersayang menarik-narik bajuku seraya memanggil-manggilku. " Ada apa sayang?" ucapku sambil mengelus puncak kepalanya dengan sayang.
" Hari ini Kevin dapat nilai A dan coklat dari Pak Gama karena bisa memasang rangkain listrik di papan sirkuit dengan benar. Hebat kan," ucapnya penuh kepuasan dan kebanggaan.
Kutatap wajah tampan putraku dengan penuh kebahagiaan. Di usianya yang masih menginjak 8 tahun, kepintarannya sudah melebihi teman-teman sekelasnya. Seluruh pelajaran dikuasainya dengan mudah. Rasa ingin tahunya yang sangat besar memang sangat merepotkan, tapi membuatku bahagia karena dia tumbuh dengan sehat dan cerdas. " Terus, coklatnya mana? Kamu makan sendiri ya?"
Dia menggeleng pelan sambil tersenyum. " Kevin makan berdua sama Cindy. Cindy nyium Kevin di pipi karena ngasi dia coklat loh," jawabnya polos dengan mata berbinar-binar.
Ternyata sisi playboy dalam dirinya sudah mulai muncul. Setahuku dua hari yang lalu dia senang sekali bisa mengajak Tika bermain ayunan bersamanya. Sekarang ada saja gadis lain yang diajaknya bermain. Sepertinya aku harus siaga lebih awal mengantisipasi efek dari ketampanan putraku yang satu ini. " Oh iya? Kamu ngasih coklat ke Tika juga nggak?"
" Nggak. Tika udah asik main sama Dewi. Jadi Kevin ajak Cindy aja," jawabnya polos lalu berjalan ke kursi dekat jendela begitu saja. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar celotehan polos dari putraku satu-satunya ini. Perlahan kudekati dirinya dan duduk di sampingnya. Tatapannya kosong menerawang jauh keluar jendela. Tatapan penuh rindu yang juga sering menyiksaku dalam kesendirianku.
" Kangen Papa ya?" tanyaku sambil mencium puncak kepalanya. Sesaat dia melirik ke arahku lalu menyandarkan kepalanya di bahuku. Kurangkul bahunya dan kubelai kepalanya. Tanpa dijawab pun aku sudah tahu jawabannya. Dia sangat merindukan Papanya yang jarang pulang karena urusan pekerjaan. Sebagai lelaki dengan mobilitas yang tinggi, sulit baginya untuk menetap di satu kota dan meluangkan waktunya untuk sekedar berlibur dengan keluarganya.
" Papa kapan pulang sih, Ma? Emangnya sibuk banget ya?" tanyanya sambil mengerucutkan bibir mungilnya.
" Papa sibuk kerja supaya punya uang banyak dan bisa beliin Kevin mainan baru."
" Bisa ajak Kevin sama Mama liburan ke Disney World kan?" tanyanya penuh semangat.
" Iya.. makanya Kevin sabar aja nunggu Papa pulang."
" Tapi Kevin bosen," gerutunya sambil memandang keluar jendela dengan kesal. Tiba-tiba kepalanya menegak dan air mukanya berubah ceria seakan-akan dia baru saja mendapat ide yang briliant. " Biar nggak bosen, gimana kalau Mama nyeritain waktu dulu Mama sama Papa pacaran?" pintanya penuh antusias.
" Nggak mau ah.. Mama malu. Cerita yang lain aja ya," jawabku mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Kisah cintaku tidak berakhir sebahagia pangeran dan putri kerajaan yang hidup bahagia selamanya. Untuk anak seusia Kevin, belum tentu dia bisa mengerti betapa kompleksnya romansa dalam hidupku.
" Ayo dong, Ma. Ceritaiin.. Mama nggak pernah cerita dulu sama Papa gimana. Diana cerita kalau orang tuanya nikah karena mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Orang tua Dian pacaran selama 10 tahun baru nikah. Terus, Mama Papanya Ratna.."
" Woowowo.. kamu kok jadi kayak anak perempuan gini sih seneng ngomongin soal cinta-cintaan," tanyaku heran. Yang lebih mengherankan, kenapa nama teman-teman yang disebutkannya perempuan semua.
Sesaat Kevin terdiam. " Kata siapa aku kayak anak perempuan. Ardi juga cerita kok orang tuanya nikah di Inggris. Orang tuanya Andre membangun usaha mereka dari susah sampe jadi besar kayak sekarang. Semua teman sekelas Kevin cerita soal orang tuanya. Cuma Kevin yang nggak tahu tentang Papa sama Mama," jawabnya dengan ekspresi terpukul. Dapat kurasakan betapa sedihnya dia ketika teman-temannya menanyakan tentang orang tuanya tapi dia tidak bisa menjawab apa-apa.
Setelah kupertimbangkan cukup lama, akhirnya kuputuskan untuk menceritakannya. " Jangan sedih dong. Sambil nunggu Papa pulang, Mama ceritain deh tentang Mama sama Papa," jawabku sambil mengedipkan mataku padanya.
" Beneran Ma!?" serunya penuh dengan kegembiraan.
" Tapi ada syaratnya," kulipatkan kedua tanganku di dada dan berpura-pura pelit.
" Kenapa pake syarat-syarat segala sih," gerutunya sambil memanyunkan bibirnya.
" Mama bakal cerita dari awal sampai akhir. Tapi Mama pake nama samaran di setiap tokoh. Setelah cerita Mama selesai, tugas kamu adalah nebak tokoh mana yang jadi Papamu."
Tiba-tiba Kevin tertawa geli mendengar penjelasanku. " Mama dulu playgirl ya? Pake acara nebak Papa yang mana segala," celetuknya.
Spontan pipiku memerah mendengar celetukan anakku. " Hei! Tahu dari mana kamu istilah itu? Mama nggak kayak gitu ya. Lagian kamu pasti nggak tahu artinya," balasku sambil memeletkan lidahku seperti anak kecil.
" Kata Nadya, playgirl itu cewek yang suka main sama anak-anak cowok. Iya kan?"
Aku hanya terkekeh pelan mendengar penjelasan anakku. " Iya deh. Kira-kira sih kayak gitu. Jadi.. mau dengerin cerita Mama nggak?" tantangku.
" Mau!!" serunya penuh semangat.
#######################################################
I'm back with new story..
Ide cerita ini terus aja ganjel di otak waktu Ujian Nasional. Sebel banget kan? Rasanya kayak kentut. Kalau ditahan bikin galau, tapi kalau dikeluarin bikin ujian jadi berantakan.. Aku juga galau abis buat nentuin judulnya. o_0
setelah kanan kiri udah sepi alias udah selesai ujian, akhirnya dengan bangga kupersembahkan My Beautiful Romance
Yeeyyyyyyy.... Hope you like it
ComVo!!
YOU ARE READING
My Beautiful Romance
Teen FictionHanya ada dua pria yang berotasi mengelilingi hidupku dan memenuhinya dengan penuh cinta. Anca, si jenius kutu buku dengan senyumnya yang menenangkan, cinta pertamaku sejak SMA dan Ando, jurnalis tampan dengan pesonanya yang luar biasa. Mereka datan...