"...kau bukan orang yang tidak tahu agama, Hilal." Dhiroya tercekik ketika menyebut nama itu. Dadanya bergemuruh. Nafasnya tersengal.Sementara pria yang dipanggil Hilal itu kemudian mengarahkan matanya untuk memandang gadis dihadapannya dengan tatapan yang tidak dapat ditafsirkan ketika ia dengar namanya diucapkan dengan begitu lirih.
Dhiroya menaikkan kepalanya, masih dengan deru cepat jantungnya. Kedua matanya dapat dengan jelas menangkap tatapan mata Hilal. Mata yang khas. Mata yang lama tak ia jumpai.
Kedua mata itu saling bertemu. Bertautan satu sama lain. Cukup lama.
Dhiroya mengangguk lalu menunduk begitu dalam. Seolah hanya dengan saling menatap seperti ini, ia sudah tau apa isi kepala Hilal. Ia sudah tau meskipun tak akan pernah di sampaikan pria ini. Ia juga sudah tau kenapa Hilal senekat ini. Hilal bukan pria tanpa tujuan.
"Roya.."
Dhiroya tercekik lagi. Jantungnya berdebaran sangat kencang. Suara berat Hilal membuat pertahanan hatinya porak-poranda, sama sekali tidak seperti Dhiroya si rois yang ganas. Keringat dingin benar-benar membuat tubuhnya basah. Sekujur badannya kemudian membeku. Hanya detak jantungnya sendiri dan gema suara Hilal yang ia dengar.
"Roya.." ucap Hilal sekali lagi. Sambil tak henti manik matanya mengawasi wajah bersinar gadis dihadapannya tanpa kedip. Penampilannya persis seperti Roya yang ia kenal sejak dulu. Tak berubah. Selalu menawannya berkali-kali.
"Hentikan, Hilal." Teriak Roya reflek, lalu berlari sekencang-kencangnya membiarkan Hilal berdiri dengan mata yang masih diarahkan padanya.
Rindu ini kenapa sedemikian keji. Menjadikanku lemah berkali-kali. Merobohkan tekad yang payah disusun secara rapi.
***
"Bakenas harus berbenah. Kejadian seperti semalam sebagai bukti keamanan perlu segera instropeksi, apa yang sebenarnya sudah kita kerjakan sampai kecolongan sebesar ini?" kata mbak Jannah mengumpulkan semua anggota keamanan dan pengurus inti. Rapat akbar.
Ini pondok pesantren, entah kenapa, susah sekali menjaga rahasia disini, seolah-olah banyak sekali berterbangan burung yang siap mengabarkan berita terbaru dari satu kamar ke kamar lain. Benar-benar sangat memperkeruh keadaan. Lagi-lagi membuat mbak Jannah begitu pusing.
"Alhamdulillahnya, sama sekali tidak ada berita kehilangan mbak. Kemungkinan besar pria itu memang gila sampai sebegitu beraninya masuk area akhwat only." Lapor bawahan mbak Jannah.
Semua mengangguk bersyukur.
"Bodohnya CCTV di aula ternyata sudah mati sejak tiga hari lalu mbak." Lapor Ria kemudian, seharian ia dan kawan-kawannya sibuk mengotak-atik file CCTV yang lumayan menguras tenaga.
"Kalau begitu, sepertinya ronda perlu diterapkan terutama pada jam-jam sepi mulai pukul satu sampai pukul 3." Usul wakil rois. Kebetulan Dhiroya ada urusan mendadak sehingga tidak dapat menghadiri rapat genting kali ini.
"Kalau begitu lebih baik segera disusun jadwal ronda sesegera mungkin."
Rapat yang semula bertujuan menangkap pelaku 'penyusupan' kali ini agak gagal. Namun setidaknya mereka sudah berusaha menyusun strategi agar keadaan pesantren tidak tegang seperti sekarang. Paling tidak, sebagai keamanan, mereka berusaha memberi rasa aman kepada seluruh santri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GUS HILAL
SpiritualRating: 15+ Karena cerita ini lumayan berat. Jadi mohon maklumnya untuk pembaca sekalian. Disclaimer: Semua part untuk sementara waktu di private. Mohon bagi yang akan membaca silahkan follow terlebih dahulu. Segala bentuk plagiarisme, penjiplakan d...