22. Senandung Luka

1K 200 21
                                    

"Kau benar-benar tidak mau pulang ya?"

"Sehun, tidak ada yang menunggu kita di rumah, Kara Noona juga tidak ada. Jadi untuk apa kita pulang cepat?" Jongin bosan, dia ingin jalan-jalan ke Mall dengan Sehun alih-alih pacar barunya yang cantik dan seksi. Kata Jongin: semua mantan pacar dan gebetan, terlalu merepotkan kalau diajak belanja.

"Mereka sibuk sendiri dan mengabaikanku, hanya urusan pembayaran saja mereka baru mendekat. Dasar matre."

Sejujurnya mall bukan tempat favorit Sehun, dia lebih suka main game di rumah atau balapan mobil degan para pelayan di halaman belakang. Masalahnya menolak permintaan Jongin, sama saja merelakan kepala jadi pening, karena rengekan Jongin lebih menyebalkan dari bayi. Kyungsoo yang punya kadar kesabaran bak malaikat saja, nyaris butuh obat penenang tiap kali Jongin merengek minta itu ini. Jadi sudah barang tentu Sehun memilih mengalah, menemani Jongin jalan-jalan. Rencana Jongin; makan siang di restoran Perancis langganan ibu mereka, beli lego super hero, beli sepuluh bungkus ramen, beli baju dan sepatu. Dalam balutan coat yang melapisi seragam sekolah, mereka mulai berkeliling.

"Aku benar-benar rindu Kara Noona. Belum genap dua minggu dia pergi, tapi rasanya sudah lama sekali."

Jongin menyeret Sehun masuk ke toko pakaian. Dua asisten toko menyambut mereka, menyapa bersama senyum terprogram yang ramah dan hangat. Dalam hitungan detik Jongin yang memang suka sekali belanja sudah sibuk bersama dua kemeja, tiga kaos, celana jeans sobek-sobek dan jaket hitam penuh paku di bagian bahu. Dia berjalan menuju ruang ganti, ditemani dua asisten penjualan toko.

Ruang-ruang ganti itu seperti bilik, dari kayu, dicat sewarna gading yang mengkilap, berdinding kaca di bagian dalamnya. Jongin membuka seragam sekolahnya, mencoba celana jeans, menenteng dua kemeja di kedua tangan, lalu keluar dari ruang ganti tanpa mengenakan atasan. Dua asisten toko yang menunggunya di luar mendadak bersemu merah jambu, memperhatikan otot bahu, dada, dan perut Jongin yang terbentuk sempurna.

"Noona, kemeja mana yang lebih cocok untukku." Jongin tersenyum, dua asisten meleleh seperti tumpukan es di musim panas. Perlu diingat. Senyum dan tubuh atletis Jongin, punya efek meluluh lantakkan perasaan.

Sehun menggeleng melihat kelakuan Jongin, playboy tengik itu bahkan meminta dua asisten penjualan untuk menemaninya di dalam ruang ganti. Sehun menelusuri rak-rak pakaian dengan tidak minat, tapi setelah itu dia kedapatan tersenyum, teringat saat menemani Kara belanja tempo hari. Sejatinya Sehun juga merindukan Kara sama seperti Jongin, tapi dia tidak seperti Jongin yang bisa terang-terangan mengutarakan risalah hati. Sehun lebih senang menyembunyikannya.

Sehun melipir ke pintu toko, bermaksud untuk mencari udara segar. Sehun hafal, Jongin memerlukan banyak waktu kalau sudah belanja pakaian. Tanpa disangka-sangka seorang wanita kisaran umur hampir empat puluh tahun, berdiri di depan toko. Dia cantik, tubuhnya yang tinggi kurus dibalut coat scarlett sebatas lutut, memberi kesan segar untuk warna kulitnya yang pucat. Pandangan Sehun memaku pada wanita itu, pupilnya melebar, dunia serasa beku hanya dalam hitungan detik jarum jam. Wanita itu buru-buru berlalu, mengurungkan niat untuk belanja di toko itu.

Sehun kian terpaku, dia bahkan hampir lupa untuk sekedar menarik napas, memandang punggung wanita yang baru saja menghilang di balik kerumunan pengunjung mall. Sehun mencengkram ujung coat kuat-kuat, lalu berjalan cepat, hingga akhirnya berlari menyusul wanita itu. Sehun memperlambat langkah ketika sudah berada di belakangnya, lalu berhenti saat mereka berdua sudah berbelok, berdiri berhadapan di salah satu sudut mall yang sepi.

"Siapa kau? Kenapa mengikutiku?"

Sehun mengeratkan genggaman tangannya pada ujung coat, rahangnya mulai mengeras, giginya beradu, menahan emosi yang mulai tersulut.

Secret of The SwainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang