Dear Markeuu... 👑
Markeuu, kamu sedang apa? Merindukanku tidak? Ahh mengapa aku bertanya, tentu saja kau merindukanku!
Hey, Markeuu! Aku merindukanmu..
Kamu yang selalu datang kepadaku kapan pun dan di manapun. Lalu datang dengan wajah khawatirmu itu.
Ohh ya, bagaimana kornea mataku? Apakah pas untuk Koeun? Aku harap kornea itu akan selalu berada di mata Koeun.
Kenapa? Karena setidaknya ada bagian dari diriku yang dapat selalu melihat dirimu. Setidaknya ada bagian dari diriku yang akan selalu kamu lihat. Kkk~
Jangan marah, Markeuu. Aku tau, pasti sekarang kamu sedang marah saat membaca surat ini dan berencana untuk menceramahiku, sama seperti dahulu saat aku melakukan hal bodoh tanpa seizinmu.
Tapi, kamu tak akan bisa menceramahiku sekarang. Kenapa? Karena aku yakin, saat kamu membaca surat ini. Aku sudah terbang di angkasa lalu menari-nari di atas awan.
Jadi, kamu tidak akan bisa menangkapku.
Mark, aku ingin mengomel sedikit saja. Kkk~
Maafkan aku. Aku selalu saja merepotkanmu. Aku selalu saja meminta ini itu padamu tanpa memikirkan perasaanmu.
Tapi salah, sebenarnya aku sangat mengerti perasaanmu. Namun, aku terlalu bingung untuk berbuat sesuatu.
Aku benci dirimu, Mark. Dirimu yang selalu ada untukku kapanpun itu.
Namun, aku lebih benci dirimu yang tiba-tiba saja menghilang dan menjauh dariku.
Aku benci disaat kamu selalu ada untuk orang lain, bukan aku. Aku benci saat mengetahui fakta, bahwa bukan aku lagi prioritasmu.
Aku benci saat melihatmu lebih peduli pada Koeun dibanding diriku. Aku benci saat kau lebih mengkhawatirkan Koeun dibanding aku.
Aku benci saat kau tidak tau apa-apa tentangku, padahal dahulu kau yang paling mengerti tentang diriku.
Aku benci segala hal yang dulu tapi kini telah hilang pada dirimu, Mark.
Tidak, aku tidak menyalahkanmu.
Ini semua salahku, karena akulah yang menyakiti perasaanmu terlebih dahulu. Aku lah yang mendorongmu untuk menjauh, bukan?
Mark, berjanjilah padaku. Untuk selalu menjaga sebagian dari diriku yang ada pada Koeun.
Aku mungkin memang tidak akan merasakan atau melihatnya. Namun, setidaknya aku hanya ingin dirimu bisa selalu mencintaiku meski aku tak ada lagi di sekelilingmu.
Maaf, bila aku telat mengatakannya padamu, Mark. Bahwa perasaanmu itu, tidak hanya kau yang rasakan. Namun aku juga.
Dan berbahagialah, Markeuu. Agar aku juga bisa bahagia melihat wajah bahagiamu.
Saranghaeyo ♡
Yerimiee 🐢_ _ _ _ _ _ _ _ _ _
"Bodoh! Siapa yang menyuruhmu melakukannya? Bodoh! Kau selalu saja bertindak bodoh dan tidak memikirkan akibatnya saat berbuat sesuatu. Bodoh! Bila sekarang kau tidak ada, siapa lagi yang akan aku khawatirkan dengan sikap bodohnya! Bila kau pergi, siapa yang akan aku jemput dengan tampang bodohnya menanti? Bila bukan dirimu, siapa lagi Yeri!? Kumohon, kembalilah, Yer! Aku berjanji tidak akan menyebutmu bodoh lagi... "
Meraung-raung tidak jelas. Lantas, apalagi yang bisa dia lakukan disaat sebagian hidupnya telah menghilang?
Apa yang bisa dia lakukan lagi disaat sebagian kegiatan hidupnya tidak akan pernah dia lakukan lagi.
Siapa yang nanti akan dia ceramahi lagi? Siapa lagi nanti yang akan menantinya dengan tampang polosnya, tak peduli kondisi apapun?
Siapa lagi yang akan menolaknya dan lebih memilih sahabatnya?
Dia, lelaki bermarga Lee itu hanya dapat tersenyum miris saat tiba-tiba sekelebat peristiwa dahulu kembali muncul di memorinya.
Dimana disaat untuk pertama kalinya dia mengacuhkan sebagian dari hidupnya.
Hanya karena dia lelah.
Apabila dia benar-benar mencintai wanitanya, bukankah seharusnya kata lelah tidak pernah ada dalam otaknya atau bahkan sekedar lewat dalam pikirannya?
Bukankah bila dia benar-benar ingin menjaga wanitanya, kata lelah adalah suatu hal yang biasa bahkan bukanlah hal yang penting.
Namun, dia malah merubah kata lelah itu menjadi sesuatu yang mengerikan. Sesuatu yang malah membuatnya tanpa sadar menjauh dari wanitanya.
Lalu, kemana saja dirinya saat itu?
"Apabila kita bertemu di kehidupan selanjutnya, akankah aku akan mengenalimu, Yer? Ahh, tentu saja. Aku akan mengenalimu sebagai gadis yang selalu sok tegar dan selalu bertindak bodoh, bukan? Aku tidak masalah bila dikehidupan selanjutnya kau tidak mengenaliku. Cukup aku saja yang mengenalimu. Dan pada saat itu aku berjanji, tidak akan melepaskanmu dari jangkauanku. Aku berjanji, tidak akan menyerah meski apapun kondisinya saat itu. Jadi, mari bertemu dikehidupan selanjutnya, Yer.."
_________________________________________
Annyeong~ ^^
Oke fix, Yun tau kok. Kalau part ini gak jelas banget 😂
Karena Yun bener-bener bingung mau nulisnya kek gimana. Serasa ngetik ini lebih menegangkan dibanding nulis surat proposal 😂
Oke, Yun tau ini un-feel banget 'kan? :') Meski begitu, Yun tetep berharap kalian suka. Yun gak maksa kok hehee..
Spesial double update yaap, biar FF nya cepet selese hehee..
Berarti hutang Yun tinggal sequel 'kan?Yun yakin, kalian bakal bakar masal Yun pas baca sequel nya *tawa jahat*
Kenapa? Ntar juga kalian tau, hehee..Ohh ya, tentang sequel. Kayaknya Yun gak yakin bisa fast update. Soalnya pas-pas lebaran gini pasti kehidupan real life Yun bakalan sibuk *sok sibuk elah* 😂
Jadi, Yun mohon maklum kalau mungkin Yun baru bisa update sequelnya pas H+2 lebaran hehee. Tapi, Yun usahain H+1 lebaran semoga biaa yaap *rayu readers* 😂
Makasii buat yang masih setia baca FF un-feel Yun yaap, Yun akan terus belajar buat cerita yang lebih bisa dinikmati chingu 🙏🙆❤
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 🌟🌟🌟❤❤🎉🎉🙏🙏🙏
#maaf typo berserakan
Yun 🐼
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sadness [MARKRI & JUNGRI]
Hayran KurguKebahagiaan sejati. Mengapa sangat sulit untuk mendapatkannya? Mengapa sangat sulit untuk meraihnya? Satu hal yang tidak pernah terlintas dalam hati seorang Kim Yerim, keegoisan. Bohong bila seseorang tidak pernah ingin egois dalam suatu hal. Nam...