Saat Harapan Untuk Tetap Bersamamu Tinggal Secangkir Bocor Air Laut

38 0 0
                                    

Geiá sou...

Butuh waktu cukup lamabagi saya untuk bertemu denganmu, merasa nyaman dan lantas tak bisa kehilangan.Namun cukup sesingkat kejap mata untuk saya menikmati, dan lantas menyadarikita tak bisa melanjutkan kisah ini. Kisah yang berakhir tanpa pernahbenar-benar dimulai... 

Geiá sou...

Sygnó̱mi̱. Maaf. Saya memimpikanmu lagi malam tadi. Padahal kamu sudah melarang saya menghadirkan dirimu di mana saja, meskipun itu hanya dalam mimpi dan khayalan saya. Kamu sungguh pelit. Lalu di mana lagi saya bisa menemuimu? Hanya di dalam mimpi saya merasa nyata memiliki.

♫♪

Geiá sou...

Saya kangen sekali padamu. Tapi kamu sibuk. Tapi kamu buru-buru.

Saya tahu kamu meminta bahwa hubungan yang rumit antara kita lebih baik diakhiri. Saya keberatan, karena itu berarti kamu akan pergi. Saya keberatan, tapi saya menyetujui. Saya bisa apa lagi?

Hubungan kita sudah selesai. Tapi masih tak bisa jugakah saya bertemu denganmu lebih lama lagi? Orang-orang tak akan curiga. Karena diantara kita sudah tak ada apa-apa. Tak ada yang istimewa.

Iya.

Saya bukan siapa-siapa.

Kamu bukan siapa-siapa.

Hubungan kita, mungkin sampai kapanpun tak akan bernama.

Kita. Tidak. Ada. Apa. Apa.

♫♪

Geiá sou...

Listen, sampai kapan pun saya tetap menunggu.

Sebab, kamu telah berjanji.

Janji yang sebenarnya saya izinkan jika kamu ingkari.

Janji yang saya perbolehkan jika tak bisa kamu tepati.

Apalagi yang lebih indah dari sebuah janji? Dan membayangkannya di dalam mimpi.

Saya tetap menunggu. Dan rindu, selalu.

♫♪

Geiá sou...

Ti kánete? Yah, saya tahu kamu pasti baik-baik saja. Sedangkan saya disini selalu ketakutan. Takut pada kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Takut pada perasaan saya terhadapmu yang mekar tak terkendali. Takut mengangkat tangan dan melihat kekosongan di sela jari. Kamu pergi. Tak menggenggam tangan saya lagi.

Saya takut kehilangan. Padahal saya juga tak pernah memiliki.

♫♪

Kita duduk bersisian dalam diam. Saya menatap jemari saya yang saling bertautan karena gelisah. Kamu menatap saya dari samping. Hati saya berdesir, jantung berdegup tak karuan. Selalu seperti itu, setiap bertemu denganmu. Saraf-saraf saya terasa beku.

Ada apa, tanyamu lembut, dengan tatapan itu. Tatapan yang bisa membuat saya lupa segalanya jika saya lihat secara langsung. Saya lupa semua rasa, kecuali keinginan untuk tak mau kehilanganmu.

Saya mendongak, namun tak menoleh ke arahmu. Saya masih diam. Menatap orang yang lalu-lalang di depan kita.

Kenapa, tanyamu lagi.

Saya tidak keberatan jika saya harus sembunyi. Tapi kamu tahu rahasia ini sudah tak sempurna lagi. Dan saya tidak bisa jika dia membenci saya, kata saya akhirnya, tak sesuai dengan kalimat panjang yang sudah saya susun dalam pikiran.

Saat Harapan Untuk Tetap Bersamamu Tinggal Secangkir Bocor Air LautWhere stories live. Discover now