Devan meminta Nayla duduk di atas ranjang UKS, ia melihat pergelangan tangan Nayla yang memerah, ia terlalu erat menggenggam tangan Nayla tadi. Kalau tidak seperti itu gadis itu akan terus menghindarinya, Devan tidak mau. Masalah mereka harus segera di selesaikan.
Devan melangkah ke arah rak untuk mengambil kotak P3K setelah menemukan benda yang di carinya, ia kembali mendekati Nayla duduk di bangku yang sudah di gesernya hingga posisinya sekarang berhadapan langsung dengan Nayla.
Dia mengoleskan salep ke pergelangan tangan Nayla tanpa mengucapkan sepatah katapun. Setelah selesai, Devan kembali meletakan salep tersebut ke tempatnya.
Nayla sudah akan beranjak dari duduknya, tidak ingin berlama-lama dengan laki-laki yang seharusnya ia hindari itu.
"Mau kemana? Kita harus bicara Nay!" Devan mencegah Nayla yang sudah akan beranjak.
"Apa?" Tanya Nayla datar.
"Lo kenapa?" Nayla mengerutkan keningnya.
"Gue kenapa? Gue gapapa, memengnya gue kenapa?" Nayla balik bertanya. Devan diam, melihat itu Nayla turun dari ranjang UKS berniat keluar.
"Ini yang lo bilang gapapa? Lo ngindarin gue Nay!" Nayla menhentikan langkahnya, tapi tidak berniat membalik badannya.
"Gue Cuma melakukan apa yang harus gue lakukan." Setelah mengatakan itu Nayla benar-benar pergi meninggalkan Devan yang masih berusaha mencerna ucapan Nayla barusan.
Di depan pintu Nayla berpapasan dengan Gaby yang akan memasuki UKS, langkahnya semakin mantap untuk pergi dari sana.
"Van kok lo gak masuk kelas kan bel masuk udah bunyi dari tadi!" Gaby mengatakan itu sambil memeluk lengan Devan seolah takut Devan akan lari jika dia tidak memeluknya.
Devan menyingkirkan tangan Gaby, dan berlalu dari sana meninggalkan Gaby yang sudah mengerucutkan bibirnya karena penolakan Devan.
Nayla berjalan ke perpustakaan, tempat yang menurutnya cocok untuknya sekarang, ia butuh ketenangan, ia lelah dengan semua ini. Jika bisa memutar waktu rasanya ia ingin kembali ke masa dimana ia belum mengenal Cinta, apalagi harus merasakan pahitnya patah hati.
Nayla mengetikan sebuah pesan kepada Vano, meminta abangnya itu menjemputnya, toh percuma saja dia mengikuti pelajaran pun tidak akan bisa fokus.Sambil menunggu Vano, Nayla duduk di deretan bangku yang biasa di gunakan para siswa untuk membaca, terdapat sebuah meja besar di hadapannya. Dia menjatuhkan kepalanya ke atas meja menjadikan tangannya sebagai alas, matanya terpejam berniat mengistirahatkan pikirannya. Beberapa helai rambutnya sudah keluar dari ikat kudanya.
Ponsel yang bergetar di atas meja sama sekali tidak ia hiraukan. Lama kelamaan kesadarannya mulai menghilang, Nayla tertidur dengan jejak air mata di pipinya. Vano sudah tau Nayla berada di perpustakaan, jadi tidak masalah kalau ia tertidur.
*****
Nayla melihat lalu lalang kendaraan dari balik jendela mobil yang di kemudikan Vano. Ia tidak berniat mambuka pembicaraan, rasanya ia terlalu lelah hari ini, lelah hati, lelah pikiran.
Vano pun tidak berniat sama sekali untuk mengusik adiknya itu, di lihat dari bagaimana kacaunya keadaan Nayla sekarang Vano yakin adiknya tidak dalam keadaan baik. Dia akan menunggu sampai semua membaik, baru dia akan menanyakan apa yang terjadi.
Sampai rumah Nayla langsung masuk pergi ke kamarnya, yang ingin dilakukannya sekarang hanya mengurung dirinya di dalam kamar. Tanpa ada satu orangpun yang mengganggunya.
Lagi-lagi Nayla menangis dalam diam, mengapa semua ini terjadi padanya, apa salahnya sampai-sampai Devan tega mempermainkannya? Dan kenapa para sahabatnya tega menyembunyikan semuanya dari Nayla..
Pikirannya terus berputar, ini berat untuk Nayla hadapi sekarang ia tidak memiliki teman untuk bercerita. Bagaimana tidak, ketika ketiga sahabatnya sudah membuatnya kecewa.
Seharian Nayla berada didalam kamar, bergelung di balik selimut. Sampai matanya lelah menangis dan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer (New Version)
Teen FictionSebelumnya Nayla tidak pernah berpikir akan merasakan cinta di masa putih abu-abu. Terlebih kepada dia, yang sudah mengerjai Nayla di hari pertamanya masuk sekolah baru. Sampai semuanya berubah, Nayla tidak bisa lagi mengendalikan perasaannya. Nayla...