Cinta Mati

275 0 0
                                    


Kutu kupret !! makiku di hati.
Baru kali ini aku merasa tidak berdaya. Terkapar di tubuh malam, merintih tertusuk cahaya rembulan yang bagai sembilu menancap pada jiwaku dan meremukkan mimpiku.

......

Aku tahu dia tidak berdaya. Menangis, merintih, menggelepar dan terkapar seperti ayam di penjagalan. Meraung dan menangis menahan kesakitan jiwanya seperti orang edan. Merutuk dan memaki kebodohannya.

.............

Aku cinta dia. Kata-kata dan rasa itu hanya bisa berputar-putar di kepalaku, merasuki setiap lorong pori-pori rambutku, melilit otakku dan mengacaukan pikiranku.

Aku tak berdaya, tak berkutik. Tak bernafas. Aku mati. Aku cinta mati. Cintanya membuatku mati. Aku kosong. Berjalan, berlari, makan, minum, tidur, mandi bahkan sekedar kentut pun aku enggan. Kakiku, tanganku sampai batok kepalaku terasa kelu. Aku cinta dia. Kata-kata dan rasa itu membuatku gila.

......

Dia cinta aku. Sekian lama aku nanti, aku tunggu kata-kata itu keluar dari bibirnya. Aku menunggu seperti besi yang berkarat diguyur hujan terpanggang mentari. Aku membatu laksana lahar beku yang dimuntahkan merapi.

Aku tak berdaya. Tak berkutik, tak bernafas. Aku mati. Aku nyaris mati. Kebisuannya membuatku mati. Harusnya dia bicara, berkata, berteriak atau apalah agar aku tahu itu rasa. Dia cinta aku. Rasa itu hanya dia yang tahu. Rasa itu membuatku hidupku kaku dan sungguh nyaris gila.

.............

Harusnya aku benci dia. Wajah bopengnya yang penuh kepalsuan, senyum liciknya, bau apeknya.

Huh !! harusnya ku buang dia jauh-jauh dari hatiku. Atau ku bakar saja potret dirinya dari hidupku.

Dia congkel mataku, menjahit bibirku, menyumpal telingaku, memenuhi otakku dengan racun cintanya. Dia ada di mana-mana, merusak jantungku, meracuni darahku, menguliti tubuhku dan mematahkan tulang-tulangku dengan manis kata.

Aku muak melihatnya tapi aku suka.

......

Dia tak akan bisa menjauh dariku bahkan melupakanku sekalipun. Aku seperti udara yang berkelana dalam rongga dadanya menjelma menjadi nafas yang memompa jantungnya meski ia tahu yang ku suguhkan hanyalah bualan semata. Dia pintar tapi juga bodoh. Dia cerdik tapi juga tolol. Dia telan semua yang ku beri, bujuk rayu, manis kata, dan secuil perhatian sebesar kutil.

Aku suka padanya tapi muak dengan keangkuhannya.

..............

“ Aku ini perempuan. Harusnya kau tahu, aku tak mungkin mengatakan perasaanku padamu dan semestinya kau tahu tanpa ku beri tahu ! “ teriakku padamu.

“ Kau memang tak punya perasaan, mati rasa atau bukan manusia. Seenaknya kau buat aku menderita. Lalu kau tertawa-tawa melihat kegundahanku. Kau gila, kau buat aku jadi gila !! “ lanjutku.

Tapi kau tersenyum lalu tertawa terkekeh-kekeh dengan penuh kelicikan. Uh !! sebal hatiku padamu. Aku bersumpah tak akan pernah bicara lagi atau bertemu muka denganmu.

......

“Aku tahu itu. Tapi aku juga tahu betapa besar kepalamu jika kau tahu aku menyadari perasaanmu itu. Aku juga ingin tahu seberapa besar dinding hatimu membungkam suara-suara dari hatimu yang angkuh !” ucapku ketus.

“ Aku lelaki, logika lebih berkuasa padaku ketimbang perasaan cengeng yang kau miliki. Kegundahanmu pun ku rasa sebagai kegundahanku tapi aku tak perlu menangis melihatmu menderita. “ lanjutku

Kau menangis tersedu-sedu. Air mata menganak pinak di pipimu. Hm… iba hatiku padamu, aku bersumpah akan selalu di sisimu dan menjaga hatimu.

10 Mei 2008

WanitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang