Chapter 2

150 28 1
                                    

Tujuh Tahun Lalu..

Chaeyoung menangis histeris setelah berdiam ber jam-jam di kamarnya. Chanyeol segera masuk menghambur dan mendapati Chaeyoung memeluk buku bersampul biru berbahan kulit.

Ia menangis hebat meraung-raung setelah membaca isi buku yang Jungkook tinggalkan.

Hampir semu-- tidak. Bahkan semuanya tentang Chaeyoung. Dari kata pertama, berisi namanya. Halaman selanjutnya, hingga halaman terakhir adalah keseharian Jungkook dan bagaimana perasaannya setiap kali bertemu Chaeyoung.

"Dia.. Dia mencintaiku.." Chaeyoung menangis, menatap Chanyeol dengan mata berairnya.

Chanyeol mengangguk iba, menarik Chaeyoung ke pelukannya.

"Tolong, katakan kalau dia masih hidup.. Aku bahkan.. Bahkan tidak sempat berpamit--"

Ia kembali menangis. Mengingat kembali ketika ibu Jungkook melarang keras Chaeyoung untuk sekedar menjenguk atau sekedar mengetahui kabar Jungkook setelah hari kecelakaan.

Chaeyoung menunggu setiap hari di depan ruangan Jungkook, walaupun tidak diberi kesempatan untuk melihat wajahnya.

Hingga suatu hari, ibu Jungkook keluar dengan mengatakan dia kata yang membuat dunia Chaeyoung seolah hancur seketika.

"Dia meninggal."

Telinganya tuli beberapa saat, darahnya terasa berhenti mengalir, waktu di sekitarnya terasa berhenti berputar. Chaeyoung tidak tahu harus merespon apa selain tubuhnya yang refleks melangkah memaksa masuk ke ruangan Jungkook.

"Jangan. Aku bahkan tidak akan mengijinkanmu melihatnya untuk terakhir kalinya," Ibu Jungkook menahan tubuh Chaeyoung.

Chaeyoung menggeleng. "Dia pasti masih hidup.." Chaeyoung dengan mata yang mulai berair meronta.

"Aku harus melihatnya, aku harus--"

"Kamu tidak berhak!! Kamu yang membuatnya seperti ini, kalian berdua mengalami kecelakaan tapi kenapa hanya anakku yang sekarat?! Kenapa hanya anakku?! Kamu tidak berhak!"

Chaeyoung menghentikan gerakannya, tubuhnya ambruk seketika. Mulai menangis, "kumohon.. Ini tidak mungkin. Tidak mungkin, aku sudah berjanji, kita sudah--"

Ibu Chaeyoung berlari ketika melihat anaknya menangis, memeluknya erat.

"Bawa anak anda. Saya tidak ingin melihat anak ini lagi selamanya, jauhkan dia dari hadapanku. " Ucap Ibu Jungkook sembari melangkah kembali masuk ke ruangan Jungkook.

Chaeyoung mengangkat wajahnya, melihat monitor yang menuliskan nama dan waku kematian yang membuatnya menangis semakin menjadi-jadi. Kata-kata permohonan terus terucap dari mulutnya agar bisa melihat Jungkook.

...


Berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan hal itu terus berlangsung. Meskipun tidak separah beberapa bulan pertama. Chaeyoung mengalami sedih berkepanjangan.

Chaeyoung berubah seratus delapan puluh derajat. Dia sering berdiam diri, Ia bahkan melakukan hal yang sebelumnya tidak mungkin ia lakukan.

Suatu hari, sekolahnya menyimpan bunga mawar putih di meja Jungkook, sebagai bentuk bela sungkawa.

Chaeyoung datang dengan mata sembab. Ketika matanya tertuju pada meja belakang. Dia berjalan cepat, meraih beberapa tangkai mawar putih tersebut lalu melemparnya lewat jendela.

"Dia belum mati!! Apa kalian gila?!" Dia menatap seisi kelas dengan amarahnya, sama sekali tidak pernah Ia lakukan selama sekolah disini.

"Dia.. Dia hanya menjalani pengobatan di luar negeri! Jangan konyol!" Chaeyoung merapikan meja dan kursi Jungkook seolah-olah Jungkook akan kembali lagi.

Just One Day, Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang