3

2.8K 412 15
                                    

Mengenal Wonwoo itu seperti mengupas bawang, kau harus tahu lapisan sebelumnya untuk mengetahui lapisan selanjutnya.

***

"Ya, Jeon Wonwoo! Ireona,"

Aku terus mencoba membangunkan Wonwoo yang masih terlelap di bangkunya.

Satu yang tidak kumengerti dari makhluk berkacamata ini adalah, kenapa ia begitu pemalas di sekolah?

"Aku akan mengumpulkan tugas ini, jadi bangunlah, kau bahkan belum menyingkat sebaris pun."

Aku kembali berusara. Satu juga yang tidak kumengerti dengan cara kerja Tuhan, yaitu, kenapa di setiap tugas kelompok, aku selalu satu kelompok dengannya?!

"Jeon Wonwooooooooo."

"Baiklah, baiklah, aku bangun. Astaga." Ujarnya dengan sedikit menggerutu.

Aku tidak mempedulikan Wonwoo yang masih menekuk wajahnya, aku malah tersenyum lalu menyodorkannya sebuah buku paket, "nah, kau ringkas bagian yang ini." Ujarku lalu menunjukan beberapa penggalan paragraf kepadanya.

Dia bergeming. "Aku benci sejarah." Ujarnya kemudian, tak lama Wonwoo kembali menguap, "kau saja yang kerja."

"Ha?"

Aku menghela napas, sepertinya aku harus banyak bersabar jika itu berhubungan dengan Wonwoo.

"Tapi nilai sejarahmu tinggi,"

Wonwoo berbalik menatapku. Ada kilatan terkejut dari tatapannya.

"Aku tidak sengaja melihatnya kemarin di ruang guru sewaktu menemani Jihyun mengumpulkan form siswa kelas XII." Jelasku.

Wonwoo mengangguk lalu aku melanjutkan, "mungkin hanya kau yang membenci sejarah tapi mampu mendapatkan nilai hampir sempurna di mata pelajaran itu."

Aku menjeda lalu berbalik menatapnya, "maka dari itu, jangan buat alasan apapun dan kerjakan tugasmu!"

Wonwoo masih diam dan aku memilih meletakkan pulpen dan secarik kertas di hadapannya, tugas ini harus selesai sebelum bel istirahat berbunyi.

Tak lama kemudian aku melirik Wonwoo dari ekor mataku dan tersenyum simpul ketika melihat laki-laki itu mulai menulis beberapa kalimat di kertasnya.

Aku berdehem, "kau kenapa tidak suka sejarah?"

"Membosankan."

"Ha?"

Padahal sejarah itu menyenangkan, setidaknya itu menurutku.

"Tidak bergambar dan isinya hanya persoalan masa lalu."

Aku nyaris terbahak ketika mendengar Wonwoo mengatakan 'Tidak bergambar', apa dia mengira dirinya adalah anak TK yang senang dengan buku bergambar?

"Kau kenapa?"

Aku berbalik melihatnya, berdehem lalu menggeleng, "tidak kenapa-kenapa."

"Kerjakan tugasmu, jangan menatapku terus." Lanjutku.

Pletak.

Satu sentilan berhasil mendarat di dahiku, dan aki bersumpah bahwa itu saaaakiiit sekali!

"Ya, Jeon Wonwoo!"

"Kenapa kau suka sekali menyentil dahiku, sih?"

"Memangnya kenapa?"

"Kau tidak tahu ini sakit?"

"Tahu, tapi aku suka."

"Jan-"

[1] Hello | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang