BAGIAN 19 : AKU MENCINTAINYA

1.2K 72 2
                                    

Davin berjalan di koridor sekolah yang sepi dan gelap dengan penuh amarah dan sorot mata penuh kebencian. Terlihat dari kedua tangannya yang terkepal di samping tubuhnya, mata merah menyalang seakan sedang berburu mangsa. Visual Davin kali ini benar – benar mengerikan.

Ia berjalan menuju rooftop sekolah yang baru dia tempati beberapa waktu terakhir ini untuk menemui seseorang yang sangat ingin dia habisi malam ini juga.

"Habis kamu di tangan aku malam ini, brengsek!" Gumam Davin dengan penuh amarah.

Berjalan dan berjalan dalam kegelapan yang sunyi dan hanya diterangi sedikit cahaya temaram dari lampu di setiap ujung koridor. Sampai akhirnya Davin tiba di rooftop. Berdiri di depan dua orang yang kini membelakangi tubuhnya.

"Axal!" Panggil Davin dengan nada dinginnya. Sebetulnya, Davin sudah sangat tidak sabar untuk menghabisi orang yang kini membalikan badannya untuk menghadap ke arahnya.

Baru saja dia akan menghantam salah satu dari mereka, kepalanya dengan otomatis memutar kata-kata Thalia dulu yang entah kenapa selalu terngiang dalam pikirannya ketika emosinya mulai tersulut, kata – kata yang sedikit menghangatkan hatinya dan mampu meredam emosinya, dan kata – kata yang terekam dalam kepalanya itu akan selalu teringat olehnya.

"Gak semua permasalahan harus diselesaikan sama otot. Jangan memulai sebelum dimulai. Laki – laki sejati gak akan mukul lawan duluan."

"Kamu boleh habisin aku sekarang." Kata Axal saat menyadari bahwa Davin kini tengah berdiri di belakang tubuhnya. Terdapat nada sedih dalam setiap katanya.

Davin terkekeh sinis, perlahan dia berjalan menghampiri dua cowok yang tak lain adalah Axal dan Amar dengan sorot tajamnya yang tak pernah lepas memandangi wajah tak berdosa lawan yang kini menatapnya dengan tatapan datar

"Dia pulang dengan selamatkan? Aku tahu dia pasti nelepon kamu."

"Bacot!" Davin maju dan mencengkram kerah baju Axal. Rahangnya terlihat mengeras hingga Axal dapat mendengar gemertak yang dihasilkan oleh gesekan antara gigi atas dan bawahnya. Sudah pasti ia sedang menahan amarah.

"Pengecut! Cowok sejati gak akan pernah ninggalin cewek sendirian, apalagi sudah malam! Banci!"

Bugh

Satu bogeman mentah mendarat tepat pada tulang pipi Axal hingga membuat Axal terhuyung ke belakang.

"Maaf Lia. Untuk kali ini aku gak bisa nahan emosi aku." Gumam Axal dalam hatinya seraya menghembuskan nafas kasar memandangi lawannya yang sudah tersungkur di bawah sana.

Axal mencium bau amis yang keluar dari sudut bibirnya yang sedikit robek akibat bogeman tadi.

"Gila! Gak usah pake kekerasan juga Vin!" Amar berbicara dengan sedikit menyentak.

"Aku gak ada urusan sama kamu! Kecuali kalau kamu mau ikut campur, kamu juga bakal berhadapan sama aku." Davin menjawab dengan nada dingin. Selanjutnya, ia kembali mencengkram kerah baju Axal.

"Aku udah peringatin kamu dari awal! Jangan ngasih harapan terlalu tinggi pada Thalia!"

"Dari awal aku gak ada niatan buat deketin Thalia!" Akhirnya Axal angkat bicara juga, setelah sekian lama terdiam.

Bugh bugh bugh

Lagi – lagi Davin mendaratkan bogemannya pada rahang Axal secara bertubi – tubi, hingga membuat Axal terkapar tak berdaya. Axal sama sekali tidak melawan dan memang tidak ada niatan dalam dirinya untuk melawan setiap pukulan yang didaratkan oleh Davin padanya, karena dia juga benci pada dirinya sendiri.

So Far Away ✔✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang