“Lo nembak dia?” Teriak seorang perempuan yang melihat laki-laki penuh darah di depannya.
“Emm,”
“Lo gila?” Teriak Ify, lagi. Ify,perempuan tangguh yang selalu menemani sahabatnya melakukan pekerjaan-pekerjaan gila.
“Kayak baru pertama kali lihat aja,”
“Karena sering lihat kayak begini makanya kurangin kebiasaan lo itu Yo,”
Rio Pradipta, laki-laki dengan perawakan tinggi dan berkulit agak eksotis. Laki-laki ini selalu terlibat dalam hal ‘kriminal’. Namun, apapun yang dilakukan oleh Rio selalu membuat Ify bangga. Rio bekerja sebagai kaki tangan seorang pemilik perusahaan besar yang bernama Adam. Adam merupakan pemilik perusahaan DARK’s. Perusahaan besar di kalangan mafia. Orang sipil bahkan pejabat Negara pun mungkin tidak akan mengetahui perusahaan ini.
Rio duduk di atap sebuah gedung tua. Ify duduk di sampingnya sembari membersihkan bercak darah yang menempel di tubuhnya.
“Orang itu, mau lo apain?” tanya Ify pada Rio.
“Biarin aja disini, gak bakal ada yang tau,” jawab Rio tanpa beban. Ify hanya diam. Untuk beberapa saat, baik Ify maupun Rio tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun.
“Mau sampai kapan lo kerja kayak gini?” Tanya Ify membuka pembicaraan.
“Lo tau jawabannya, ngapain tanya,”
“Gue tau tujuan lo baik. Gue juga tau kalo lo ngelakuin ini supaya lo nemuin jawaban atas apa yang terjadi sama lo selama ini. Tapi cara lo itu agak salah menurut gue,” Rio hanya tersenyum ketika mendengar ucapan Ify.
“Trus lo maunya apa?”
“Gak usah ngelukain atau bunuh orang, lakuin dengan cara yang agak manusiawi , tolong.”
“Kalo lo gak suka yaudah, gak usah ngikutin gue. Lo bisa ninggalin dunia gue sendiri,”
***
Ify duduk sendiri di sebuah café dekat tempat tinggalnya. Ia terus membolak-balikkan buku yang ia baca dan sesekali meminum kopi yang ia pesan.
“Ini makanan buat lo. Jangan minum doang,” Laki-laki berwajah oriental duduk di depan Ify dengan sebungkus roti di tangannya. Ify melihat laki-laki tersebut sembari tersenyum senang.
“Makasih Vin,”
Alvin tersenyum ke arah Ify kemudian memperhatikan sahabatnya itu dengan lekat. Tahu bahwa Alvin terus memperhatikannya, Ify langsung menutup buku dan meletakkannya di atas meja.
“Kenapa liatin gue terus?” tanya Ify dengan senyum di wajahnya.
“Lo serius mau nglanjutin kuliah?” tanya Alvin dan dijawab dengan anggukan oleh Ify. “Terus gimana sama kerjaan lo?” tanya Alvin lagi.
“Gue bakalan kuliah sambil kerja.”
“Lo masih mau kerja bareng Rio?”
Ify mengangguk yakin. Alvin menghela nafas panjang melihat respon Ify.
“Kenapa Vin?”
“Gue tau lo bantuin Rio sekaligus nyari jawaban atas kematian orangtua lo. Tapi sebagai sahabat kalian, gue pengen kalian berhenti kerja di tempat Pak Adam. apalagi setelah kematian Sivia,”
“Sivia meninggal tuh bukan karena gue maupun Rio. Lo lebih tau kenapa dia meninggal,” kata Ify dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Hhh.. maaf gue nyinggung itu lagi.” Alvin merasa bersalah membahas kematian Sivia di depan Ify.
Bukan tanpa alasan Alvin melarang Ify bekerja dengan Rio di ‘DARK’s’. Setelah kedua sahabatnya mengenal Pak Adam, kehidupan mereka berubah. Alvin yang rumahnya berada di depan rumah Ify tentu saja sudah mengenal Ify sejak kecil. Ia mulai mengenal Rio ketika mereka bertiga berada di kelas yang sama sewaktu SMA. Terlebih lagi, orang yang selama ini merawat Ify adalah Mama Rio. Mama Rio yang tak lain adalah sahabat dari kedua orantua Ify kerap menginap di rumah Ify yang tinggal sendirian. Semua kejadian rumit yang timbul selama ini terjadi setelah Ify tahu bahwa kematian kedua orangtuanya ada kaitannya dengan kematian Papa Rio.
Alvin, orang jenius yang diterima di BIN (Badan Intelijen Negara) setelah lulus SMA terus mengawasi gerak-gerik Ify dan Rio . Ia cukup terampil untuk menggunakan senjata berbahaya dan menggunakan teknologi modern. Tanpa mengurangi kewajibannya untuk terus menimba ilmu di BIN, ia juga beberapa kali membantu Ify dan Rio dalam menyelesaikan pekerjan mereka.
“Gue tau maksud lo baik Vin. Makasih udah care banget sama gue. Tapi lo gak usah khawatir, gue sama Rio bukan orang awam di bidang kayak gini. Apalagi kita punya lo,” kata Ify dengan senyum tipis. “Dan.. gue juga udah nyoba bujuk Rio buat berhenti dari pekerjaan ini, tapi dia keras kepala,” lanjutnya.
“Lo serius Fy ? Lo bakalan berhenti?” tanya Alvin antusias.
“Iya, Gue pengen Rio juga keluar dari DARK’S. Tapi gue bakal tetep nglanjutin kerjaan ini tapi melalui cara yang lebih halus, gak dengan kekerasan,”
“Maksud lo?”
“Ayolah Vin, lo lebih pinter dari gue masa gak ngerti maksud gue sih,”
***
“Yo tolong berhenti dari kerjaan ini,” pinta Alvin dengan sungguh-sungguh.
“Kenapa tiba-tiba lo bilang kayak gitu?” tanya Rio dingin.
“Ify udah terlalu jauh masuk ke dunia lo,”
Rio hanya diam mendengar ucapan Alvin.
“Gue gak yakin harus bilang ini atau gak, tapi ada yang aneh dengan Pak Adam.”
“Aneh gimana? Jelasin tuh yang bener Vin, jangan setengah-setangah”
“Maaf Yo, tapi gue belum bisa ngomong ke lo. Ada yang harus gue pastiin dulu. pokoknya lo harus berhenti dari pekerjaan itu secepatnya,”
“Gue gak bisa.”
Alvin semakin frustasi mendengar jawaban Rio. “Gue mohon banget ke lo yo, please,”
“Apa yang lo sembunyiin dari gue?” tanya Rio dengan tatapan tajam pada Alvin.
***
Tiba-tiba pengen buat cerita kayak gini. Tolong tinggalkan jejak ya, komentar untuk perbaikan sangat dibutuhkan. Terimakasih sudah membaca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side of Love
FanfictionTidak selamanya manusia selalu menjadi manusia. Mereka yang merenggut kebahagian orang lain apakah bisa disebut manusia? Jika aku mengambil kehidupanmu, apakah aku masih manusia? Terkadang, aku senang ketika aku menjadi 'Bukan Manusia'.