Dua puluh dua

309 36 14
                                    

Sorry for supeerr late update🙏,enjoy please

Arnes berada di depan cermin. Ia mengenakan kaos putih polos dibalut jaket bomber warna donker, celana jins hitam, dan sneakers hitam. Terlalu kasual untuk acara makan malam? Tidak. Arnes tidak pergi ke acara makan malam tersebut.

Yap, malam itu sudah tiba.

Ada yang lebih penting baginya, yaitu menghabiskan malamnya bersama Alana.

Arnes mengambil selimut, lalu memasukkannya ke dalam tas. Membawa beberapa cemilan sekaligus minuman juga di dalam tas itu. Arnes menggemblok tas pada satu bahunya.

Ia membuka pintu kecil, mengintip. Sepertinya, kedua orang tuanya berada di bawah.

"Arnes?"

Tebakannya salah. Ia buru-buru melempar tasnya ke belakang pintu.

Winna mendekatinya, "Kamu kok pake bajunya begitu? Kenapa gak pakai jas?"

Arnes menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gini aja gak papa lah, Ma. Namanya juga cowok."

Winna mengangguk, "Ya udah. Terserah kamu aja."

"Oh iya, Ma, papa mana?"

"Papa kamu di bawah, udah siap." Winna hendak menuruni tangga, tapi Arnes memanggilnya lagi.

"Ma, Arnes bawa ransel gak papa kan? Nanti pas acara, tasnya Arnes taruh di mobil." Arnes meringis mendengar perkataannya sendiri.

"Iya, gak papa."

Setelah Winna menuruni tangga, Arnes menghela napas panjang. Tangannya masih memegang kenop pintu. Ia tidak bisa langsung kabur. Tiba-tiba ia ingat seseorang. Mengmbil tasnya, Arnes mengetuk kamar yang berada tidak jauh dari kamarnya.

Tok tok

"Iya, sabar!" seruan dari dalam menjawabnya. Agnes.

Membuka pintu, Agnes menaikkan sebelah alisnya bingung. Pertama, bingung mengenai penampilan Arnes. Kedua, bingung ada urusan apa Arnes dengannya saat ini.

"Dek, kamu cantik deh malem ini." Arnes tersenyum menatap adiknya. Dres berwarna donker, senada dengan jaket yang dikenakan Arnes, wajah dengan make up tipis, dan rambut di-curly.

Agnes memutar kedua bola matanya, menahan senyum. "Abang pasti ada maunya kan?"

Arnes menatap ke tangga waspada, lalu menatap Agnes lagi. "Abang mau ngomong di dalem, ya?"

"Hmm," Agnes bingung. "Ya udah."

Arnes menutup pintu kamar bernuansa pink itu lalu menguncinya. Agnes bersedekap, menatap abangnya sambil memicing. Arnes duduk di tepi ranjang Agnes, sementara adiknya tetap berdiri.

"Abang mau minta tolong, boleh?" tanyanya pelan.

"Kok pelan-pelan ngomongnya? Emang Abang mau minta tolong apa?"

"Kamu tau Kak Alana, kan?" tanya Arnes membuat adiknya mengangguk.

"Ya kali enggak, Bang."

"Malem ini, Abang mau ajak dia jalan-jalan. Kamu kan tau, Abang gak suka sama Bella. Dinner bareng dia apalagi. Ogah."

"Maksud Abang, Abang mau kabur dari acara dinner ini? Terus?"

"Sssht!" Arnes meletakkan telunjuknya di depan mulut Agnes karena volumenya cukup keras. "Bantuin Abang."

"Jadi partner kejahatan Abang nih? Aku dikasih apa nanti?" tantang Agnes dengan senyum manis.

"Album 5SOS."

Heart Like YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang