Chapter I: Kesempatan

105 7 4
                                    


23 Desember, 3954, Pukul 12:12

Aku bangun dari tidur siangku, Astaga, alarm retro ini sangat menganguku. Aku mematikannya dan tiduran untuk sementara, Aku terus memikirkan apa yang terjadi di Kota dan apa yang terjadi dibagian dunia yang lain. Di desa ku kami tidak memiliki TV atau apapun yang menurut kalian sebagai benda masa depan. Yang terus aku pikirkan tentang kota adalah tempat dimana kebahagiaan ada dan kita bisa mencoba semua benda dan teknologi yang sangat keren. Ya tuhan, aku terus melakukan hal ini. Ini sudah ke-76 kalinya.

Setelah itu aku bangun dari tempat tidurku dan pergi mandi, setelah mandi aku merasa segar kembali dan aku memakai baju rapih dan jaket favoritku, jaket ini memiliki sebuah tanda yang mengartikan sesuatu. Aku tidak tau apa artinya, namun aku menyukainya. Hal buruknya, aku belum mencuci jaket ini selama 5 hari. Setelah itu Ibu berteriak dan menyuruhku mengantarkan sesuatu. Aku langsung pergi ke ruangan Ibu

"Finn, nak, tolong antarkan masakan ibu ke Desa Freska." Saur Ibu

"Desa Freska?" Kataku

Waw, Desa Freska? tempat itu lumayan jauh dari sini, sekitar 50 kilometer, namun Desa itu sangat indah sekali. Kita bisa melihat pemandangan dari jauh, dan kita bisa melihat perbatasan kota dan desa! Aku bergegas pergi ke kamarku untuk membawa teropong.

"Finn, apa yang kau bawa?" Kata Ibuku

"Ayolah, Ibu, kau tau, Desa Freska sangat indah. Aku tidak mau melewatkan kesempatan ini, aku ingin membawa teropongku." Kata diriku dengan semangat.

"Baiklah, kau bisa bersenang-senang. Ini bawa barang-barang ini ke motormu." Sambil memberi barangnya kepada diriku

"Dan, Finn, ajaklah adikmu. Jangan biarkan dia terus sendiri dirumah. Dia harus tau bagaimana dunia luar. Perintah Ibu.

Tanpa banyak berpikir aku langsung mengajak Mincy.

"Mincy! Ayo, ikut denganku ke Desa Freska. Kita lihat dunia luar!" sontak diriku.

Mincy sedang duduk dikamarnya, dia terlihat sangat lelah, tapi dia harus keluar. Dia sudah begitu sejak beberapa hari yang lalu, dia harus merasakan udara segar.

"Baiklah, aku akan membawa tasku." Katanya.

Dan setelah itu kita berangkat dengan kendaraanku Schaufel. Kendaraan ini jauh berbeda dari kendaraan retro. Schaufel semacam motor namun lebih nyaman dibandingkan itu, tapi aku tidak pernah mencoba namanya motor karena itu sudah lama sekali. Ibu sudah mengizinkanku menaiki kendaraan, karena yak, aku sudah mengantarkan beberapa dagangan ibu ke tempat-tempat tertentu. Apapun itu, aku tak lupa juga memberi salam untuk pergi kepada Ibu. Selama perjalanan adikku terus menanyakan bagaimana Desa Freska. Aku terus menjawab bahwa itu adalah Desa yang memiliki pemandangan sangat indah. Adikku sangat semangat, dia ingin melihat pemandangan ini. 

Beberapa jam berlalu.

Kami sampai di Desa Freska, aku mematikan Schaufelku, dan ternyata adikku sedang tidur sambil memegang badanku. Aku pun langsung membangunkannya.

"Mincy, Hei, Mincy!" 

Tapi sepertinya dia terlalu nyenyak dalam tidurnya, aku terus mencoba membangunkannya.

"Mincy, kita sudah sampai, adikku." bisikanku padanya.

"Apa?" dia langsung bangun dan mencoba membuka matanya.

"Apa yang aku lewatkan?" Tanya Mincy, aku pun langsung menunjukkan indahnya Desa Freska.

"Astaga, Indah sekali!" kagum dirinya.

"Kau melewatkan banyak hal, Mincy, tadi ada pemandangan yang bagus sekali, aku kira kau bangun ternyata kau sedang tidur terpulas." kataku.

Setelah mematikan Schaufel, aku dan Mincy membawa bawaan Ibuku dan kita bergegas menuju desa. Mincy sangat semangat, tapi aku mengingatkannya hati-hati dengan bawaan Ibu. 

Future HoldsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang