Part 1

24.5K 748 85
                                    

Aku terbangun dari tidurku saat merasakan kecupan-kecupan di wajahku. Lalu, aku menoleh ke arahnya yang sedang tersenyum lebar menatapku.

"Selamat pagi, Sayang." katanya setelah mengecup bibirku sekilas.

"Pagi, James." Aku terkikik melihatnya cemberut. Dia, James. Kekasihku itu tidak suka jika aku memanggil langsung namanya tanpa embel-embel seperti sayang, my man, my hero, dan sederetan panggilan-panggilan lainnya yang menurutnya romantis.

"Aku mau mandi dulu." James berkata dingin, lalu bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamar ini.

Aku tertawa pelan melihatnya merajuk. Aku memang harus ekstra sabar menghadapi sikap kekanak-kanakannya. Aku hanya menggodanya saja, dan dia bersikap terlalu berlebihan. Ah, sudahlah!
Aku pun mememutuskan untuk menyiapkan baju, lalu menaruhnya di atas ranjang untuknya dan berjalan keluar kamar untuk mandi di kamar mandi yang ada di kamar tamu.

Setelah selesai dengan segala kebutuhanku aku berjalan menuju kamar anak-anak.

Anak-anak yang kumaksud di sini adalah anak dari pria tampan yang menjadi kekasihku. James. Siapa lagi jika bukan dia. James seorang duda beranak dua. Istrinya meninggal saat melahirkan anak kedua mereka.
Sekarang aku yang menjadi peran sebagai ibu untuk kedua anaknya. Hanya ibu. Bukan istri.

Ya.

Kami belum menikah!

Aku sudah menjalin hubungan selama 2 tahun dengan James. Aku bahkan sudah tinggal dengannya di rumah ini sejak baru 3 bulan berjalannya hubungan kami. Tapi, hingga sekarang rasanya belum ada tanda-tanda James ingin menikahiku.
Terkadang aku mulai merasa ragu, apakah dia benar-benar serius menjalin hubungan denganku. James selalu berusaha meyakinkanku, bahwa dia sangat mencintaiku dan akan segera menikahiku. Tapi hingga saat ini pun, James belum menepati janjinya padaku. Aku pun tidak ingin terlalu memaksanya, aku hanya ingin menikmati kehidupanku saat ini.

Aku memutar kenop pintu dan mulai masuk ke kamar yang didominasi warna biru muda. Dan aku mulai berjalan mendekat ke arah ranjang untuk melihat anak-anakku sedang tertidur di ranjang masing-masing yang bersebelahan.

Aku duduk di pinggir ranjang putriku, dan mengelus rambut cokelatnya lembut. Perlahan matanya terbuka menampakkan matanya yang berwarna biru. Dan sedetik kemudian dia langsung bangkit dari tidurnya dan memelukku.

"Mama!" Panggil putriku dengan manja. Aku terkekeh dan langsung balas memeluknya.

"Ayo Jessi, kamu harus mandi. Jangan sampai terlambat ke sekolah!" Kataku sambil melepaskan pelukanku.

"Siap, Ma!" seru Jessica sambil berlari ke arah kamar mandi. Aku pun beralih ke arah ranjang putraku, yang ternyata sudah terduduk di atas ranjang dengan mata terpejam. Ku rasa dia masih mengantuk.

"Hei, baby boy. Kau sudah bangun." Sambil menggendongnya dan membawanya kedalam pelukanku.

"Mama, Jason masih ngantuk." Katanya sambil menyenderkan kepalanya pada bahuku.

"Kau tidak mau ikut mengantar Kakakmu, hm?"

"Jason ikut, Ma!" Katanya dengan mata yang terbuka lebar. Kakaknya adalah Jessica Alexandra Harrison. Anak pertama dari James dan mendiang istrinya. Jessi adalah panggilan akrabnya, yang sekarang sudah berumur 7 tahun dan sudah masuk kelas 2 Sekolah Dasar.
Sedangkan yang berada di gendonganku adalah anak kedua, yang sekarang berumur 3 tahun.

"Baiklah, kalau begitu saatnya mandi. Tapi kita tunggu Kakak Jessi ya." Sambil menunggu aku pun menyiapkan seragam sekolah yang akan di pakai Jessi. Lalu, setelah sekitar 5 menit menunggu barulah Jessi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya.
Aku pun masuk ke kamar mandi dengan menggandeng Jason dan mulai memandikannya, setelah itu memakaikan baju untuknya.

Aku benar-benar menjalankan peran sebagai ibu untuk mereka. Dan aku menikmatinya. Mengurus mereka berdua membuatku merasa ini yang namanya hidup.

"Nah, Anak-anak sekarang waktunya__"

"MAKAN!" teriak mereka bersamaan. Dan aku tertawa melihat mereka yang begitu ceria.

Kami pun turun bersama menuju ke dapur untuk sarapan. Disana kulihat James sedang meminum kopinya di meja makan.

Aku pun mengecup pipinya dan berbisik, "I love you."
Kulihat James berusaha menahan senyumnya. Kurasa dia sudah melupakan aksi merajuknya. Lalu kami pun memulai sarapan kami dengan nasi goreng yang dibuatkan oleh Bi Minah, salah satu pelayan di rumah ini. Seperti biasa aku akan menyuapkan 2 bayi besar--James dan Jason-- ini terlebih dahulu, kecuali Jessi yang menyantap makanannya sendiri tanpa perlu aku suapi. Dia memang anak yang mandiri. Dan dia putriku.

Anggap saja begitu.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang