Tidak ada yang mati hanya karena patah hati.
— Mai —Waktu begitu cepat berlalu. Tiba-tiba sudah enam bulan saja sejak aku bercerai. Ternyata memang tidak ada yang mati karena patah hati. Aku bisa melewati semuanya dengan baik, meskipun berjalan sambil meraba-raba.
Sebulan setelah tinggal di kosan, aku mendapat beberapa panggilan kerja. CV yang ku sebar, membuahkan hasil. Aku dulu beruntung dengan meneruskan kuliah magister meski keteteran karena sambil bekerja. Tapi berkat itu, usahaku untuk mendapatkan pekerjaan tidak terlalu sulit.
Kriteria pendidikan dan lulusan dari salah satu kampus bergengsi dengan IPK cumlaude, menjadikan aku kandidat yang cukup kuat. Akhirnya dari tiga perusahaan yang menghubungi kembali, aku menerima pekerjaan di perusahaan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Pertimbanganku, hanya karena cuma perusahaan ini yang bersedia menggajiku dengan gaji yang lebih tinggi dari dua lainnya.
Hidup yang aku jalani stagnan. Tidak ada yang spesial, kecuali bapak pemilik kos-kosan yang sering mengirimkan makanan atau mengajak aku makan di luar. Dan seminggu sekali menjadi teman ngegym.
Aku sih sebenarnya curiga, dia memiliki perasaan yang lebih terhadap aku. Tapi aku tidak mau berbesar kepala. Takutnya, aku saja yang ke GR-an.
Setidaknya, kehidupanku berjalan ke arah yang lebih baik. Tinggal jodohnya saja Ya Allah. Aku merapal doa.
Istigfar Nad. Nyebut lo Nad nyebut!!!! Inget, baru juga 3 bulan lo selesai masa idah. Masa iya, udah nyari jodoh lagi aja
Wah, aku memang tidak waras. Beberapa bulan lalu aku masih menangis karena bercerai, hari ini sudah kepikiran minta jodoh lagi saja. Aku menggeleng-gelengkan kepala.
Daffi, cukup populer sebagai bapak kosan yang ramah dan baik hati. Tampangnya adem, sesuai dengan tebakanku dia memang mas mas Jawa. Khadafi berdarah asli Yogjakarta. Dia bekerja sebagai ASN di kementrian dirjen pajak. Kos-kosan ini ternyata pemberian orang tuanya, agar Daffi punya penghasilan sampingan.
Aku jadi tau, kalau Daffi ternyata anak orang berada. Gaji Daffi full hanya untuk biaya hidup. Mobil yang diapun pakai hadiah saat Dafi lolos tes menjadi PNS. Sedangkan, penghasilan kos-kosan, dia simpan untuk tabungan di masa tua.
Untuk sekelas Daffi, gaya hidupnya dia terkesan sederhana. Daffi memakai baju-baju lokal brand. Dan bukan orang yang hype gunta ganti kendaraan meski dia mampu membelinya. Orangnya rajin, ramah, dan tidak neko-neko.
Selama enam bulan aku mengenalnya, aku jadi tau kalau Daffi juga masih sendiri. Tidak punya pacar. Entah apa alasannya, padahal beberapa anak kosnya secara terang-terangan menunjukan ketertarikan pada Daffi. Tapi Daffi seperti tidak tertarik. Awalnya aku pikir, mungkin Daffi punya ketertarikan seksual yang menyimpang. Tapi semakin kami dekat, aku jadi tau dia normal, dan melakukan pendekatan dengan aku dengan cara yang luar biasa sopan.
"Sampai neng," kata Mang Ojak, ojek langganan aku yang suka mangkal dekat kosan.
Kalau pagi, aku memang lebih memilih menggunakan ojek ketimbang transportasi umum. Jakarta pagi-pagi itu kaya pacaran beda agama. Macet. Susah untuk maju.
Aku turun dari motor, lalu merogoh uang di tas yang aku selempangkan. Membayar Mang Ojak, sambil mengucapkan terimakasih.
Mang Ojak tidak langsung pergi, malah menunggui aku. Aku jadi berpikiran yang tidak-tidak, mungkin Mang Ojak maunya aku cium tangan gitu ya?
"Kurang Mang?"
Mang Ojak malah cengengesan, sambil menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANDA TAPI PERAWAN (JANDA RASA PERAWAN)
ChickLitHighestrank 1 (3 Februari 2018) #rank 14 (6 des 2017)#rank 11 (8 des 2017)#rank 9 (9 des 2017)#rank 7 ( 13 des 2017)#rank 6 (16 des 2017)#rank 4 (1januari2018) #rank 2 (6januari2018) Perhatian : ini belum di revisi. Masih banyak typo. Masih banyak...