Suatu malam yang cerah, semua warga kota New York dikagetkan dengan berita bahwa seluruh masyarakat dalam kota ini harus berkumpul di balai kota. Aku juga sangat teramat bingung dengan berita ini, bahkan aku sangat malas meninggalkan kamarku hanya untuk ke balai kota, meninggalkan waktu tidurku yang sangat berharga.
Tapi ayolah, ayah dan ibu memaksaku. Mereka bilang bahwa ini sangat penting. Akhirnya aku mengikuti mereka menaiki mobil agar segera sampai di balai kota.
Saat di perjalanan aku hanya menyandarkan punggungku di jok belakang dengan mata terpejam. Tak tahu harus berbuat apa, karena mataku saja masih sangat terasa berat untuk terbuka. Apalagi aku harus ikut menimpali obrolan ayah dan ibu yang aku tak mengerti sama sekali. Aku malas rasanya.
Tapi tepat ketika mobil ayah terparkir di antara banyaknya mobil lain, aku dipaksa bergegas membuka mata dan mengikuti mereka keluar mobil.
"Astagaa ...."
Aku langsung disuguhkan dengan penampakan banyaknya lautan manusia di sini, bagaimana tidak, ini kota besar. Aku mengedarkan pandangan mataku ke kanan dan kiri, melihat banyaknya warga kota yang telah hadir. Ada yang memasang raut wajah takut, cemas, dan ngantuk sepertiku. Setidaknya ada orang lain yang nasibnya sama sepertiku.
Aku merasakan cekalan tangan ayah di pergelangan tanganku, dan ayah langsung menarikku ke dalam kerumunan banyaknya manusia itu berdiri. Itu membuatku sedikit terlonjak kaget sebelum mengikuti langkah ayah beserta ibu di depanku.
Ternyata ayah mengajakku dan ibu ke barisan paling depan, dan yaa ..., ini sungguh sangat melelahkan, berjalan di antara banyaknya manusia membuatku sesak dan seluruh tubuhku terasa remuk karena terkena senggol kanan-kiri.
Saat sudah berdiri di barisan terdepan dengan usaha yang lumayan, aku berdiri di tengah antara kedua orang tuaku. Kini aku bisa mendengar ayah sedikit mengumpat karena tertinggal menyaksikan acara sambutan-sambutan dari sang wali kota, aku bahkan merasa senang karena tidak perlu berlama-lama lagi.
Saat ini yang berdiri di atas mimbar kekuasaan adalah seorang pria yang tinggi, berpakaian serba hitam, mungkin umurnya sebaya dengan ayah. Dia terus saja berbicara, tapi aku benar-benar malas mendengarkannya. Akhirnya aku menggapai tangan ibu yang berada di sampingku, lalu menggantungkan tanganku sembari menyandarkan kepalaku ke tangan. Aku mengantuk dan tak tahan ingin segera tidur.
Namun beberapa menit saat mataku mulai terpejam, aku merasa tubuhku perlahan terangkat ke udara. Mungkin itu efek dari mimpiku malam ini karena tertidur di samping ibu. Lalu aku merasakan tangan ibu sudah tidak bisa aku gapai, mungkin karena ibu risih dengan tanganku yang bergelayut manja pada tangannya. Akhirnya aku rentangkan kedua tanganku ke udara, dingin ....
Entah apa yang aku rasakan, malam ini, tidurku di tengah keramaian sangat terasa dingin sampai mataku enggan terbuka lagi. Namun aku sadar akan satu hal, aku sedang berada di tengah keramaian, tapi ketika tanganku direntangkan, mengapa ....
"Huaaaa ...." Aku berteriak histerias ketika tubuhku berada beberapa meter di atas lautan manusia yang tadi aku lihat dari bawah, kini aku bisa melihatnya dari atas. Dengan kaki yang menggelantung bebas ke bawah.
Di sana, ibu dan ayah menatapku dengan mata mereka yang sembab, aku masih dapat melihatnya. Aku menggelengkan kepala, berusaha agar tubuhku jatuh ke bawah, tapi tak bisa, aku seperti kaku berada di atas sini.
Aku dengar beberapa orang mulai teriak histeris lagi, bahkan kali ini terdengar lebih keras saat aku teriak tadi. Aku menoleh, melihat satu, dua, tiga, bahkan lebih dari sepuluh anak seumuranku mulai melayang sepertiku. Bahkan aku bisa melihat sahabat dekatku juga ikut melayang, akhirnya aku ada teman juga.
Tapi apa maksud dari semua ini? Apa kita semua yang sedang melayang akan diterbangkan ke langit? Mana mungkin. Lalu ada apa? Oh Tuhan ..., aku belum ingin mati saat ini, aku masih ingin hidup. Meskipun aku suka tidur, tapi aku tak mau tidur untuk selamanya saat ini.
Kakiku mulai lemas karena terus saja berontak ingin turun, akhirnya kudongakkan kepala ke atas langit. Di mana dapat kulihat langit dengan taburan bintang indah di atasnya. Tapi bintang yang bersinar tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa. Tapi tak dapat aku hitung juga, aku terlalu malas.
Kedua tanganku masih terlentang, menikmati sejuknya angin malam di udara. Di tengah keramaian manusia yang saling berteriak histeris karena semakin banyak anak mulai terbang.
Aku sempat berpikir saat melihat ke bawah dan mendapati pria yang berdiri di atas mimbar hanya berdiri tenang dengan seulas senyum meremehkan miliknya. Sungguh menjijikkan, sebenarnya apa yang dia rencanakan? Dan apa semua anak seumuranku yang terbang ke udara? Tapi saat aku menjelajahinya ke bawah, tidak, tidak semua. Masih ada beberapa anak yang masih tinggal di bawah sana.
Tapi di atas sini, yang mengapung di udara, aku bisa jamin kalau semuanya anak seumuranku, maksudku ... pasti semuanya masih seorang pelajar, karena mereka terlihat masih sangat muda.
Tubuhku tiba-tiba terhuyung ke samping kanan, lalu ke kiri, ke depan, belakang, lalu memutar. Membuat aku memegangi kepalaku karena terasa sangat pusing akibat putaran yang entah diciptakan oleh siapa. Entah dorongan dari mana, aku kembali mendongak, menatapi langit dengan bintang yang bersinar, lalu pandangan mataku seketika mengabur karena cahaya bintang yang mendominasi penglihatanku.
~~~
¤ ¤
Dengan susah payah aku membuka mata, karena sinar mentari benar-benar membuat mataku terasa panas. Aku rentangkan tanganku dengan kuat ke samping."Aww!" Aku meringis karena saat menggeliat tak bisa merasakan empuknya kasurku seperti biasanya.
Karena aku tidur terlentang, mataku saat terbuka langsung di suguhi dengan langit biru muda yang sangat cerah. Bukan langit-langit kamarku yang berwarna putih bersih, tapi ini benar-benar langit pagi.
Dengan spontan aku segera duduk, lalu tanganku meraba sekitar, dan betapa kagetnya aku ketika tanganku mendapati pasir di samping tubuhku, tidak, tapi sejauh mata memandang, aku rasa semua itu adalah pasir. Jadi aku tidur di atas pasir? Tapi kenapa tidak ada pantai?
Yang bisa aku lihat hanya manusia-manusia yang baru terbangun sama sepertiku, dan anehnya mereka juga terlihat kaget, sama sepertiku. Heyy ..., apa yang terjadi?
Aku memijit keningku dengan pelan, karena pusing yang melanda kepalaku, aku jadi tidak bisa berpikir atau mengingat-ingat kejadian apa yang membawa kita semua berada di atas pasir yang sangat luas ini.
"Felly?"
Aku mendongak, mendapati teman baikku berdiri menjulang di hadapanku. Dengan buru-buru aku bangkit. Tanpa membersihkan celana jeans terlebih dahulu karena telah tertidur di atas pasir, aku langsung berhambur ke dalam pelukan sahabatku.
"Niaa ...," lirihku saat kita menyudahi acara pelukan kami.
"Apa yang terjadi, Ni? Kenapa kita bisa ada di sini?" tanyaku karena terlalu khawatir, aku juga khawatir dengan Ayah dan Ibu.
"Kejadian semalam yang membawa kita kemari."
< to be continued >
YEAVYY.., cerita baru? Iya.
Baru nyoba sih sebenarnya, jadi.., maklum kalau agak aneh dan gak nyambung :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Star of Luck
FantasyStar of Luck [minor romance] Apa kalian percaya akan keberuntungan? Aku tidak. Karena sampai saat ini keberuntungan tak pernah berada di pihakku, dia selalu menjauhi orang-orang sepertiku. Orang yang tak pernah percaya keberuntungan. Tapi untuk kali...