'Jalan-jalan.'
Saat Reava keluar dari kamarnya, dia bisa melihat ada dua orang laki-laki sedang berbincang santai di sofa ruang duduknya. Reava menghampirinya dan melihat kalau itu adalah Devan dan Reova. Reava hanya bisa menahan kernyitan tidak suka di dahinya saat melihat laki laki yang baru kemarin ditemuinya lagi ada di dalam apartemennya lagi.
"Hai, Dev." Sapa Reava pada Devan, lalu perempuan itu duduk di samping Devan.
"Yo. Mau jalan jalan, ya? Kita berdua ikut lho. Diajakin kakak lo." Ucap Devan sambil mengambil cangkir coklat panas Reava yang sekarang sudah menjadi hangat, bukan panas. Dia menyerahkan cangkir itu dan Reava menerimanya lalu menyeruputnya sedikit.
"Coklat hangat lo emang yang paling enak." Ucap Reava memuji. Devan hanya tersenyum bangga. Lalu tangannya bergerak meraih sepiring lasagna untuk Reava, menusuk sedikit lasagna itu dengan garpu dan mendekatkan garpu itu ke bibir Reava.
"Ayo makan." Reava hanya mengangkat kedua alisnya dan membuka mulut. "Enak?" Tanya Devan.
Reava mencubit pinggang Devan. "Jelaslah. Kan gue yang bikin. Lo manasin doang." Ucap Reava bangga. Devan hanya tertawa menanggapi itu. "Iya aja deh, ibu koki." Lalu Devan menyuapkan lasagna lagi dan lagi, sedangkan Reava sibuk berkutat dengan ponselnya sambil sesekali menunjukkan ponsel itu kepada Devan, lalu mereka berdua tertawa, atau mengomentari gambar yang ditunjukkan di layar ponsel.
Reova merasa gondok. Dia merasa benar-benar menjadi obat nyamuk di situasi itu. Dan dalam sekejap, aura di ruang duduk itu menjadi tidak menyenangkan. Dia tau dan sangat sadar kalau Reava tidak ingin berbicara dengannya walau untuk sekedar berbasa-basi. Tapi bisakah baik Reava maupun Devan tidak usah memanas-manasi dengan bertingkah sok mesra di depannya?
"Ekhm." Reova berdehem, berudaha menyadarkan kedua insan di depannya akan eksistensinya di ruangan itu. Devan menoleh dan menyuapkan lasagna dari garpu yang dipakai oleh Reava ke mulutnya sendiri. Reova mengernyit tidak suka.
"Bukannya yang barusan itu ciuman tidak langsung?" Sindirnya pada Devan. Devan tersenyum miring. "Santai aja, Bro. Lo bahkan yang rebut ciuman pertamanya. Gak usah sok cemburu gitu deh. Enggak langsung juga." Ucap Devan. Reova merasa, kalau Devan sengaja mengibarkan bendera perang tepat dihadapannya.
"Oh... Gue lupa. Lo juga kan yang ngambil keperawanannya. Jadi, kalo lo jealous, gue bener bener gak habis pikir. Lo udah dapet semuanya yang pertama loh. Kenapa mesti cemburu coba?" Kelanjutan kalimat itu membuat Reova benar-benar murka.
Reova bangkit dan menarik kerah baju Devan dan meremasnya. "Apa maksud lo, hah?!"
"Weitss.. Santai.. Kenapa marah? Emang benerkan?" Berkebalikan dengan Reava yang sudah menahan teriakannya, Devan malah tampak santai.
"Lo!!!" Reova hendak melayangkan tinjunya ke wajah Devan, tetapi Reava segera menahan kepalan tangan itu. "Anda mengganggu kenyamanan disini. Saya bisa panggilkan satpam agar anda diusir jika anda menyakiti dia." Kata Reava dengan nada dingin dan tajam. Berkebalikan dengan tangannya yang hangat dan lembut, seperti yang dirasakan Reova saat ini.
Reova, dengan kemarahan yang masih tersisa, melepaskan cengkeramannya dari kerah Devan, bersamaan dengan Reava yang menarik kembali tangannya.
"Re. Aku minta maaf." Ucapnya kepada Reava dengan tulus. Sedangkan Devan hanya menaikkan kedua alisnya, menyaksikan drama yang terjadi di depannya.
"Aku mohon, jangan pake saya-anda lagi. Kita enggak sejauh itu. Jangan buat aku berpikir kalau kamu menganggap aku orang asing."
"Saya memang menganggap anda orang asing." Ucap Reava datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reova & Reava
RomanceReova Edward Julian, aktor muda terkenal yang sudah melangkah ke dunia internasional. Devan Enrico Stevenson, sahabat sang aktor muda, Reova, yang juga seorang model. Dia berurusan dengan Reava karena ingin Reava berkarier sama dengannya. Reava Vale...