Sorot mata Hong-lay-mo-li beralih kepada Khing Ciau, katanya dingin: "Oh, dari cara bicaramu ini, agaknya kau sudah tahu siapakah pelakunya, siapa dia?"
"Benar, aku memang tahu, tapi aku tidak sudi mengatakan kau bunuh akupun takkan kukatakan!"
"Terhadap orang yang pantas dibunuh aku tidak akan memberi ampun, kalau tidak patut mati seujung rambutnyapun aku tidak akan mengusiknya, kau kira aku sembarangan membunuh orang? Tanpa kau katakanpun aku sudah dapat meraba siapa orang yang kau curigai."
Melonjak jantung Khing Ciau, terdengar Hong lay-mo-li bertanya pula: "Menurut apa yang kutahu, ayahmu Khing Tiong dengan Pok-bi-jhi Cin Jong adalah sahabat karib, tentunya kau cukup tahu keadaan keluarga Cin bukan?"
Agaknya Hong-lay-moli belum tahu bahwa Cin Jong adalah pamannya, namun pertanyaan ini sudah bikin Khing Ciau kaget bukan main, sahutnya tergagap: "Cin Jong? Dia, dia, sudah mati!"
"Aku tahu dia terbunuh oleh musuhnya, sekarang belum sempat aku mencari tahu sebab musabab kematiannya. Aku cuma ingin bertanya kepadamu, dia punya berapa putri?"
"Untuk apa kau tanya ini? Dia hanya punya seorang putri!"
"Oh, urusan semakin ganjil." gumam Hong-lay-mo-li, "Bingcu, coba kau kisahkah pengalaman nona Cin belakangan ini. Aku tidak suka bikin orang merasa penasaran."
Bing-cu adalah nama dayang yang menyamar jadi rampok coba membegal Cin Long-giok dan memaksa dia menggunakan Toh-kut-ting, bersama San San, Tai Mo dan Kian Yan berempat adalah dayang pribadi yang selalu mengiringi Honglay-mo-li dalam setiap perjalanan.
Baru sekarang Cin Long-giok tahu seluk beluk persoalan belit2 ini, heran dan tak habis mengerti pula, katanya: "Ada kejadian itu? siapakah dia, kenapa dia menyamar aku melakukan pembunuhan yang begitu kejam?"
"Sekarang aku berani pastikan pembunuh kejam yang menyaru kau membakar Thian-ling-si itu, adalah pembunuh ayahmu pula."
Sampai di sini tersirap darah Khing Ciau, sebab selama ini Hong-lay-mo-li selalu menuduh Lian Ceng-poh yang menjadi biang keladi kematian dan kebakaran Thian-ling-si, karena ini berulang kali Khing Ciau berdebat dengan Hong-lay-mo-li, namun setelah jiwa sendiri tertolong oleh Hong-lay-mo-li, karena taburan jarum beracun dan menyedot asap berbisa dari pelor kabut berjarum ganas Lian Ceng-poh, yang disambitkan kepada Hong-lay-mo-li dalam usahanya melarikan diri setelah dikalahkan dalam pertempuran maka keyakinan ini semakin luntur, kini semakin goyah pula, mau tidak mau sekarang dia rada percaya, pikirnya, "Semakin terang persoalan semakin aneh kejadiannya, ternyata bukan saja sebagai pembunuh para Hwesio Thianling-si, Ceng-pohpun pembunuh pamanku pula. Ai, kepada siapa aku harus percaya?"
Ketika ia sedang berpikir dalam, didengarnya Cin Long-giok berteriak gugup: "Siapakah pembunuh kejam itu?"
"Jangan kau ter-buru2, nanti akan kau ketahui sendiri, batal ke Thian-ling-si, kau putar ke jalan lain, akhirnya dengan siapa kau bertemu di tengah jalan?"
"Bertemu dengan seseorang dari kerajaan, dia hendak menangkap aku."
"Apa dia seorang Bintara?" tanya Hong lay-mo-li heran, agaknya hal ini di luar dugaannya.
"Ya, seorang Bintara yang memiliki sebuah cambuk panjang, hebat sekali permainan cambuknya itu, sekali sabet tahu2 pedangku sudah digulung lepas dari cekalan, sekali lecut lagi aku kena dilukainya."
"Bintara itu adalah Pakkiong Ou." teriak Khing Ciau kaget.
"Eh, darimana kau tahu?" tanya Cin Long-giok.
"Selanjutnya bagaimana?" tanya Khing Ciau dengan napas memburu.
"Untung aku bertemu dengan seorang Lihiap, dia gebah lari Pakkiong Ou dan menolong aku. lihiap itu adalah..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Latah (Tiao Deng Kan Jian Lu)
AdventurePemuda ini bernama Khing Ciau, rumahnya berada di Siok-shia, kira-kira seratus li dari Tiong-toh (Pakkhia), setelah Siok-shia terebut dan diduduki pasukan negeri Kim, ayahnya pernah menjabat kedudukkan cukup tinggi di dalam pemerintahan. Terbayang a...