4. Gotcha!

517 87 3
                                    

[Ehwa's POV]

Ah mobilnya berhenti! Di depan rumah kumuh?!

Yup! Aku benar-benar mengikutinya. Lagipula tak ada yang bisa kulakukan di rumah, jadi mengikutinya tak kan menjadi masalah besar.

Ia turun bersama sekongkolannya itu dan memasuki rumah kumuh itu.

Rumah itu memang besar tapi tak mungkin itu rumahnya!

Aku memasuki rumah itu setelah 5 menit. Untungnya, pintunya tidak ditutup.

Berbahaya memang, membuntuti laki-laki pintar dan licik kedalam rumah kumuh yang tidak bertetangga.

Biarkan saja, ini kan hidupku. Aku akan melakukan apapun yang ku mau.

ASTAGA.

Baru selangkah di depan rumah aku dikejutkan oleh tumpukan mayat yang tergeletak begitu saja di belakang pintu rumah tersebut.

Ya Tuhan...

Ia benar-benar membunuh?!

Tapi membunuh siapa? Tak ada satupun mayat yang kukenal diantara mayat-mayat itu.

Atau... Pembunuh bayaran?!

Tidak mungkin. Aku tau kehidupan dan masa depannya sudah terjamin.

Lantas apa?

DORR!

Jantungku bagai berhenti sejenak rasanya. Suara tembakan pistol terdengar entah darimana.

Aku menyerah! Aku berbalik, ingin meninggalkan rumah ini.

Persetan dengan apapun yang dia lakukan!

























"JANGAN BERGERAK!"






















SYUUU!! CTASS!!









Aku membeku.

Pisau dilempar dan tertancap di bagian sebelah kiri pintu, sejajar dengan mataku.

Pisaunya bersih... Tanpa darah.

.

[Khun's POV]

(Saat diperjalanan...)

"Sepertinya ada yang mengikuti kita tuan. Haruskah aku menangkapnya?"

Aku sudah tau dari sebelumnya, Ehwa Yeon-lah yang mengikutiku.

Aku tersenyum miring.

"Biarkan saja. Teruslah berpura-pura tidak tau, aku yang akan bertindak."

"Kau pikir aku tidak menyadari kehadiranmu?" Ucapku.

Tubuhnya bergetar hebat.

"Tak usah takut, aku tidak membunuh." Ucapku dengan tenang.

Ia membalikkan tubuhnya, "Lantas apa itu?! O-orang.. m-mayat-mayat itu?!"

Ia menunjuk tumpukan mayat yang sengaja kuletakkan di belakang pintu masuk.

"Rumah ini dulunya adalah tempat bunuh diri dan mayat-mayat itu adalah orang-orang yang bunuh diri. Mayatnya sengaja ku kumpulkan disitu agar penyusup tak memasuki rumah ini." Jawabku.

Ia tak bergeming, tampak masih shock. Matanya menelusuriku. Oh ayolah, aku bukan pembunuh.

"Kau tidak akan membocorkan hal ini kan? Lagipula, siapa yang akan percaya? Ahaha."

"Apa teman-teman tau tentang ini?" Tanyanya.

"Penyusup sebelum kau hanyalah si buaya. Seems like you guys got nerves of steel." Sindirku.

Ia menatapku dengan tajam. Sudah berapa kali ia melakukannya?

"Pertama, aku bukan pembunuh. Kedua, penyusup selalu mendapatkan pertunjukkan yang tidak menakutkan. Yah, seperti kau tadi. Bagaimana? Keren bukan? Seperti seorang tokoh utama di film action?" Aku menyeringai.

"Kau..." Matanya menatapku amat tajam, seolah-olah api akan menyembur dari matanya.

"Aku tak habis pikir! Hidupmu nyaris sempurna! Kenapa kau malah mendatangi rumah seperti ini?! Bukankah kau justru menyia-nyiakan waktu dan keberuntungan mu?!" Teriaknya.

Hidupku sempurna katanya?

"Jangan sok tau." Ucapku.

Ia terdiam, tetapi tatapannya seolah-olah ia meminta jawaban.

"Dengar, rumah ini adalah tempatku latihan menembak ditemani supirku yang sedang dihalaman belakang sekarang. Alasanku tidak menembak sebelumnya adalah karena aku tau ada kau." Aku menjelaskannya.

Ia diam.

Ekspresi keras kepalanya tidak berubah.

"Sekarang pergilah, dan dengar... Aku adalah bagian dari telur yang busuk." Ucapku.

Kemudian aku berlalu, melanjutkan latihan menembakku yang terhenti.

[To be continued...]

Telur yang busuk = baik diluar, buruk didalam ;)

Jangan lupa vomments ya!^^
-Khun A.A's fiancee

Rainy Way to the Rainbow [Tower of God fanfiction] [RE-PUBLISHED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang