SUDAH beberapa kali Devin melihat Alfar yang selalu mengikuti Velin. Entah Alfar yang sengaja mengikuti Velin kemanapun atau Velin yang suka Alfar di sampingnya.
"Kan gue udah bilang Dev. Rencana lo ngejauh dari Velin nggak bakal berhasil," kata Eza sambil menyeruput minumannya. "Bukannya Velin ngerti sama perasaannya dia malah semakin jauh dari lo."
Pandangan mata Devin mengedar keseluruh kantin. Entah apa yang dia cari, tapi yang bisa dia lihat hanya para penjaja makanan, murid-murid yang sedang menunggu makanannya, dan orang-orang yang berlalu lalang.
"Mending lo hentiin Dev, rencana lo." Farel ikut menimpali. "Seharusnya lo gerak cepat sekarang, daripada Velin nanti gue embat."
Mendapat pelototan Devin, Farel hanya nyengir.
"Nggak tau ah, pusing kepala gue." Devin memijit pelipisnya yang mendadak pening memikirkan hal itu semua.
Ketiga temannya hanya geleng-geleng kepala melihat Devin.
"Udah berapa cewek yang lo tembak sih, Dev?"
Kepala Devin yang menunduk terangkat memandang Rafael dengan alis terangkat. "Maksud lo?"
"Lo ngomong 'gue suka sama lo' ke cewek-cewek yang lo tembak itu. Kayaknya gampang banget," ungkap Rafael, yang semakin membuat Devin tidak mengerti.
"Tapi kenapa lo susah ngomong itu ke Velin. Padahal lo sama dia udah bersama dari kecil. Seharusnya itu memudahkan lo buat nyatain perasaan lo ke dia."
Helaan napas Devin, mengartikan kalau dia mengerti maksud ucapan Rafael. Tetapi harus Devin akui tidak semudah itu mengatakan perasaannya kepada teman kecilnya. Devin menganggap Velin berbeda, dia tidak sama seperti pacar-pacarnya yang sebelumnya.
Semua perempuan itu hanya untuk Devin jadikan pelampiasan sedangkan Velin, perasaannya sudah ada sejak dia kecil. Bahkan rasa itu semakin besar. Dan Devin takut akan menyakitinya.
●●●●
"Lo lagi nyari buku apa Vel?"
Velin hampir saja menjatuhkan buku yang dia pegang mendengar suara itu. Menoleh ke samping, Velin terkejut saat menemukan Thalita yang menyapanya.
"Lagi nyari buku untuk resensi," jawab Velin.
Thalita mendengung, seperti ragu ingin mengatakan sesuatu pada Velin. Tetapi pada akhirnya dia berhasil mengatakannya.
"Gue minta maaf."
Alis Velin tertaut bingung. "Untuk?"
"Untuk, soal dulu gue pernah nyuruh lo pergi dari Devin," ucap Thalita, masih ada keraguan di nada suaranya.
Velin hanya mengangguk-anggukan kepala, lalu hendak pergi jika tangannya tidak ditahan Thalita.
"Gue ngelakuin kesalahan karena nyuruh lo pergi." Melihat Velin yang hanya diam tidak berniat membalas perkataannya, Thalita meneruskan.
"Gue janji gue bakal ceritain semuanya ke Devin. Gue bakal ngejelasin semua hal itu ke Devin."
Binar senang di mata Velin tidak bisa lagi dia tutupi. Membayangkan Thalita akan menjelaskan semua itu membuatnya yakin kalau dia akan mendapat kepercayaan Devin lagi.
"Kamu serius?"
Thalita mengangguk. "Tapi gue butuh waktu untuk ungkapin itu semua." Melihat raut Velin yang langsung berubah lalu Thalita menambahkan. "Tapi lo tenang aja gue pasti ngomong kok ke Devin."
Ketika Velin ingin membalas ucapan Thalita. Suara intrupsi yang memanggil nama Velin membuat kedua perempuan itu menoleh. Alfar yang memanggil namanya, cowok itu berjalan mendekat ke arah mereka.
Thalita hanya bisa terpaku di tempat, tidak bisa bergerak. Cowok yang dulu selalu menebarkan senyuman padanya, sekarang hanya menatapnya datar dan tidak menyapanya sama sekali. Dia hanya menyapa Velin.
Velin yang menyadari situasi yang menjadi dingin karena kedatangan Alfar langsung membuat Velin ingin sesegera mungkin pergi.
"Aku mau balik ke kelas ya," pamit Velin dan berbalik pergi meninggalkan perpustakaan dengan langkah terburu-buru.
Alfar yang melihat Velin pergi membuatnya hendak menyusul Velin. Namun Thalita menahan lengannya.
Terpaksa Alfar menoleh menatap tajam perempuan yang berdiri kaku di depannya ini.
"Lepasin tangan lo!" Alfar menyentak tangan Thalita dan lantas langsung terlepas.
"Gue juga mau minta maaf sama lo."
Mendengar permintaan maaf Thalita, Alfar hanya merespon dengan satu alis terangkat.
"Devin nggak salah, Al," ungkap Thalita. "Yang salah di sini gue, Devin nerima gue karena Devin nggak mau buat gue malu di depan umum. Devin bilang ke lo kalau dia nerima gue karena balas dendam. Dia itu bohong Al."
Alfar terkekeh sinis, "Dan lo kira gue peduli." Alfar tersenyum miring, membuat Thalita menatapnya tak percaya dimana Alfarnya yang baik.
"Gue cuma mau liat Devin ngerasain yang dulu gue rasain, ditinggal sama orang dia cintai."
Menekankan kata meninggalkan, Thalita sangat paham maksud ucapan Alfar. Thalita tahu dia bersalah karena sudah memanfaatkan Alfar dulu, hanya untuk melihat kecemburuan di diri Devin. Memanfaatkan Alfar saat cowok itu benar-benar mencintainya. Dan meninggalkan Alfar saat pernyataan cintanya diterima oleh Devin.
"Jadi lo beneran punya rencana sesuatu?" tanya Thalita was-was.
Alfar memasukkan kedua tangannya di saku celana lalu mengangguk.
Pupil mata Thalita melebar melihat anggukan Alfar. "Jangan Al, kasian Devin, keluarga hancur dan lo juga mau hancurin hatinya," ucap Thalita penuh peringatan.
Alfar tertegun selama beberapa detik. Namun, wajahnya berubah seperti tadi, senyum miringnya masih terus melekat di wajah.
"Kalo aja lo nggak ninggalin gue waktu itu, Thal mungkin saat ini gue nggak pernah membenci Devin."
Setelah mengucapkan kata yang menyakitkan bagi Thalita, Alfar berbalik pergi meninggalkan Thalita yang hanya diam berdiri sambil menatap punggungnya yang semakin menjauh.
Thalita tertawa miris dalam hati, dia tahu ini salahnya.
To Be continue
(22 Juni 2017)●●●●
MAKASIH
Aping♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Velina My Love ✓
Novela Juvenil[SELESAI] [follow terlebih dahulu untuk membaca] Menceritakan tentang persahabatan antara Devin 'si cuek' dan Velin 'si cerewet'. Bermula dari janji dan masa lalu yang mengubah kehidupan mereka berdua. •Karena janji, Velin meninggalkan Devin selama...