00. Elf x Hero

2.4K 163 25
                                    

Mentari pagi kembali datang. Cahaya hangat menyinari tanaman dan memberikan kehidupan bagi makhluk hidup yang membutuhkan.

Cahaya pagi ini juga menjadi sebuah tanda bagi makhluk hidup untuk memulai aktivitasnya.

Dan itu juga berlaku pada sebuah rumah kecil yang berada di bawah pohon raksasa ini.

Di dapur terdengar suara dari bahan makanan yang digoreng dan suara dari piring yang disiapkan di meja makan. Meskipun yang melakukannya seorang ahli, namun salah jika berpikir dia adalah ibu rumah tangga.

Sosok yang melakukannya adalah seorang lelaki dengan rambut hitam panjang lurus yang menyerupai seorang wanita. Wajahnya yang begitu muda dan tampan tak kalah dari ketampanan seorang pangeran. Tetapi yang paling mencolok adalah telinga runcingnya yang menunjukan kalau dia bukanlah manusia. Ya. Pria ini adalah salah satu ras yang disebut sebagai Elf.

Hari ini bukan hari yang biasanya. Kenapa? Normalnya dia akan menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, namun kali ini dia membuat porsi tambahan.

"Aku pikir ini sudah cukup."

Dengan senyuman yang sanggup melelehkan hati wanita manapun, dia senang saat semua sarapan sudah siap dan tertata rapi di meja.

Sayangnya, senyuman itu dengan cepat berubah menjadi senyuman masam penuh rasa jengkel.

Masih memakai apron, dia mengambil panci dan pengaduk sup yang terbuat dari kayu.

Kemudian dia pergi ke ruangan lain di rumah kecilnya. Ruangan yang dia tuju adalah ruang tamu.

Di sana, dia semakin jengkel saat melihat sosok yang tertidur pulas di salah satu sofa miliknya.

Normalnya lelaki akan jengkel jika sosok itu adalah seorang pria jelek atau kurang ajar, namun sosok itu adalah seorang gadis jelita yang tak kalah dari bidadari.

"...ua...aa..."

Gadis cantik itu masih tertidur pulas. Dia sesekali merubah posisinya. Karena dia tidur dengan pakaian tipis dan celana dalam, saat ini gadis itu sangat menggoda dan terlihat seperti bidadari mesum, tidak, mungkin lebih tepat jika disebut succubus.

Kedua dadanya yang tak terlalu besar, namun juga tak terlalu kecil. Bisa dikatakan itu adalah ukuran yang sempurna. Pusarnya terlihat seolah menggoda untuk disentuh. Kulitnya seputih susu, namun tubuhnya yang kecil dan ramping membuat orang ragu kalau dia seorang yang sering melakukan kegiatan berat. Tetapi yang paling mencolok mungkin adalah rambutnya yang merah membara membuat dia bagaikan api suci simbol keberanian.

Melihat semua itu, seharusnya tak ada yang membuat pria elf itu jengkel. Sayangnya, dia punya alasan kenapa jengkel.

Dengan kerutan di dahinya, dia mengangkat panci di atas wanita itu. Lalu dengan sekencang kencangnya dia memukul bawah panci dengan pengaduk sup.

*TOONG TONG TOOOONG!!!

Suara berisik langsung menerbangkan burung burung yang masih belum bangun sepenuhnya.

Tentu wanita itu juga bangun karena terkejut. Dia bahkan sampai terjatuh dan memperlihatkan dadanya secara langsung pada pria elf itu.

Sayangnya, meskipun wanita itu sangat menggoda, namun tak ada tanda pria elf itu tertarik.

"...ugh... Apakah ini caramu memperlakukan seorang tamu?"

Sekali lagi kerutan muncul di dahi elf.

"Apakah ada tamu yang berbuat sesukanya seperti dirimu?"

Sang wanita tertawa kecil saat mengingat perbuatannya.

"Bukankah aku sudah meminta maaf atas perbuatanku?"

Red Hero and Black ElfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang