"Lo yang jangan main-main sama Ariel," ucap seorang cowok yang berdiri didepan kelas. "Minggir."
Cewek itu bergeming. Menahan posisinya.
"Gue bilang minggir ya minggir, Viona. Susah banget sih lo dibilangin." ucap Gavriel lalu menarik paksa tangan Ariel. "Lo gapapa?"
"Gue oke." ucap Ariel pelan. Tidak percaya sepupunya datang disaat yang tepat. Tidak percaya sepupunya mengenal orang yang membulinya.
"Sekali lagi gue lihat lo macem-macem sama sepupu gue, gue apain ya enaknya?"
"Udahlah, Gav. Ayo pulang." ajak Ariel.
"Gue bakal bikin lo dikeluarin dari sekolah. Money is everything, right?" ucapnya lalu menarik Ariel keluar kelas dan masuk ke mobilnya.
"Gav, gue masih ada eskul basket," keluh Ariel.
"Ada yang lebih penting dari itu, Ri." ucap Gavriel tetap fokus menyetir.
Perasaan Ariel jadi tidak enak. "Ada apa, sih?"
"Lo.., cukup berdoa yang terbaik aja," sahut Gavriel.
Ariel diam, tak bertanya apa-apa lagi. Takut akan segala jawaban.
"Ah, iya. Jadi cewek itu yang ngebuli lo dari kemarin?" tanya Gavriel.
"Iya, lo kok bisa kenal? Siapa namanya tadi?"
"Viona, mantan gue pas SMP. Emang gitu tabiatnya dari dulu, nggak berubah. Herman gue." ucap Gavriel mencoba bergurau, tahu kalau Ariel pasti tegang karena ucapannya barusan.
"Dia nyuruh gue buat jauhin cowok yang lagi deket sama gue," Ariel mulai bercerita.
"Ternyata lo bisa deket sama cowok juga selain gue, hahaha," Gavriel tertawa renyah.
"Berisik. G-gue deket gara-gara lomba doang." Sepertinya Ariel mulai salah tingkah karena pipinya memerah seperti Jeng Kelin.
"Tapi setahu gue dia masih suka sama gue. Bukannya ge-er, loh. Tapi kemarin aja dia masih ngajak buat balikan. Pake ngasih-ngasih barang segala, dikira gue reseller apa?"
"Hahaha, gue kira harga diri dia tinggi. Terus lo apain barangnya?" tanya Ariel setelah tawanya reda.
"Gue balikin, dia nolak. Yaudah gue kasih temen-temen gue. Untung udah beda sekolah."
Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul di ponselnya.
Anonymous : viona nyerang lo lgi kan?
Ariel : tau drmn lo?
Anonymous : gw ini pengamat kelas atas
Anonymous : dan viona itu ketua cheers di sklh kitaAriel : bukannya Bianca?
Anonymous : bianca wakil
Anonymous : lo tau kn mrka sedeket apa?Baru Ariel mau membalas tidak tahu, tapi otaknya seolah-olah mengingat suatu kejadian. Saat Bianca mem-posting soal dirinya yang sakit, Viona memberi komentar cepat sembuh. Tidak salah lagi, itu pasti Viona. Lalu kenapa bisa Bianca tidak tahu kalau Viona yang membulinya?
Anonymous : udh bisa ngerangkai semuanya?
Ariel : gue butuh clue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motley (1) : Le Gagnant
Teen Fiction"Gue bukan bidak catur yang bisa lo gerakin ke sana ke mari. Gue, Ariel, punya permainan sendiri yang gue jamin akan gue menangkan." - Ariel Magena Neala Zaman sekarang, mencari orang yang tulus sama seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami. S...